Chereads / My Barbie / Chapter 5 - Ingatan Yang Hilang

Chapter 5 - Ingatan Yang Hilang

Sebanyak apapun kamu mengabaikanku pada dasarnya hatiku tidak bisa diam untuk mengabaikan-mu balik

Mata Kevin melirik kearah dua orang gadis yang sejak tadi memperhatikan dirinya dan Gallen, salah satunya bertubuh mungil dengan dua bola mata berbinar dan satu lagi dengan tubuh bak model dengan wajah kalemnya. Dahi Kevin mengernyit untuk wajah gadis mungil itu sepertinya tidak asing diingatan Kevin.

"Len len, lo lihat deh dua cewek itu.." tutur Kevin membuat Gallen yang tadi hanya diam menatap Kevin dengan wajah bingungnya.

"Kalau mau nyari cewek gak usah ngajak-ngajak gue.."

Kevin mendengus tak suka mendengarnya, memang omongan sahabatnya ini kalau soal cewek omongannya gak bisa santai tapi selalu pedes, Sungguh terlalu setia sahabatnya itu apa terlanjur bucin sepertinya.

"Gak anjir, ini itu anu cewek yang lebih pendek ituloh kayak nggak asing." Tutur Kevin menarik Gallen untuk lebih dekat dengannya, Gallen memutar bola matanya kesal. Mau kecil pendek ataupun montokpun Gallen tidak akan pernah tertarik kecuali itu Salsa.

"Udah ah, ayo masuk audi. Ntar juga ketemu dan gebet sepuas lo." Putus Gallen menggeret paksa Kevin kearah pintu auditorium.

"Tapi Len, anjir lo. Nyesel gak lihat gue yakin." Dengus Kevin kesal sedangkan Gallen hanya melirik dengan malas lalu berjalan kearah anggota SENAT yang lain.

-0-

Seluruh mahasiswa baru dan juga dewan kemahasiswaan juga senat berbaris berjejer menyambut seluruh mahasiswa baru untuk berdiri dan berbaris dengan rapi.

"SELAMAT PAGI TEMAN-TEMANKU SEKALIAN." Suara MC menyambut mereka, mata Gallen mengedar keseluruh penjuru barisan mahasiswa baru, entah Gallen tidak tahu tujuannya melakukan itu ia hanya ingin melakukannya.

Sedangkan sejak tadi mata Kevin menatap gadis mungil yang menjadi pusat perhatiannya sejak dirinya berada diluar ruang auditorium. Laki-laki itu masih mencoba mengingat siapa gadis itu dan dimana ia melihatnya.

Disisi lain Salsa menghela nafasnya bosan, sejak tadi kakinya merasa pegal karena berdiri memperhatikan kakak-kakak seniornya dengan serius.

"Mil bosenn." Keluh Salsa kepada Mila yang hanya memutar bola matanya kesal, dirinya sejak tadi memperhatikan Gallen yang tetap memasang wajah datarnya bahkan saat sekarang memegang mic untuk memperkenalkan diri.

"Banyak berubah ya lo Len sekarang."

"Nama gue Gallen Christian, kalian bisa panggil gue kak Gallen."

"Jika ada yang ditanyakan boleh mengangkat tangannya." Tutur Gallen mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru auditorium melihat apakah ada yang mengangkat tangannya.

"SAYA KAK!!!"

"Salsa!!" pekik Mila terkejut karena tiba-tiba Salsa mengangkat tangannya, Mila tidak begitu fokus tadi karena matanya sibuk menatap Gallen dengan pikiran kosongnya hingga tidak mendengarkan Salsa yang sejak mengoceh sendiri.

Gallen terdiam menatap seseorang yang kini tengah menatapnya dengan wajah polosnya, mata itu, pipi tembam yang selalu Gallen cubit dan juga suara cemprengnya yang sangat Gallen rindukan. Dan sekarang orang itu berdiri tak jauh darinya.

Apakah ini hanya mimpi atau justru sebuah ilusi yang membuat Gallen merubah wajah orang menjadi wajah orang yang selalu rindukan?

"Woi Len!"

"Jangan bengong!!" ujar Kevin membuat Gallen akhirnya tersadar dari lamuannya sendiri dan benar ini bukanlah sebuah mimpi.

"Kamu ingin bertanya apa?" Tanya Gallen sedikit bergetar melihat seseorang didepannya sekarang adalah nyata bukan hanya tipu belakang ataupun sebuah mimpi yang Gallen simpulkan tadi.

Orang itu nyata.

Salsa-nya benar-benar nyata sekarang. Dan berada tepat didepannya.

"Buat kakak yang tinggi putih dibelakang kak Gallen boleh dipending dulu gak perkenalannya, saya mau kekamar mandi kak hehe." Ujar Salsa membuat seluruh orang yang berada di auditorium itu tergelak mendengarnya dan Gallen hanya mengangguk karena masih merasa speechels membuat Salsa memekik riang dan lari begitu saja keluar dari ruang auditorium.

Gallen yang melihat itu segera menyerahkan mic-nya kepada Kevin yang sebenarnya juga terkejut karena orang yang Salsa maksud itu dirinya.

"Lo handle dulu, gue mau pergi." Pamit Gallen dan segera pergi keluar auditorium untuk mengejar Salsa.

Lain orang tentu lain perasaan, seperti yang dialami Mila sekarang gadis itu hanya bisa diam melihat reaksi Gallen saat mengetahui perihal Saksa. Dan dirinya sekarang merasa menyesal membawa Salsa untuk kembali ke tanah air.

-0-

Suara keran menggema didalam kamar mandi, seorang gadis mungil tengah membenarkan tatanan rambutnya dengan riang.

"Kakak alis tebal tadi baik juga ya, jadi memperlancar gue buat tahu senior yang mukanya pucet itu." Tutur Salsa, entah apa yang dipikirkan gadis itu yang ia inginkan hanya mengejar senior yang sudah menjadi incarannya sejak menginjakkan kakinya dikampus ini.

"Satu kata buat lo Sal, cantik!" serunya kearah kaca lalu melangkah menjauhi washstafle dan keluar dari kamar mandi.

"Ayo Sal…" gadis itu tiba-tiba mrnunduk karena merasa ada seseorang yang menarik tangannya, arah mata Salsa mengikuti tangan tersebut dengan perasaan yang deg-degan.

"Salsa?"

"Kak Gallen?"

Gallen sejak tadi meunggu didepan kamar mandi dengan perasaan cemas, apakah benar gadis itu gadis yang selama ini ia tunggu untuk kembali.

"Bener kamu Salsa?"

Dahi Salsa mengernyit saat mendengarnya, seniiornya ini mengenalnya? Tapi bagaimana bisa, bukannya Salsa belum memperkenalkan diri.

"Kakak tahu nama saya?"

"Jadi benar kamu Salsa, kamu kemana aja selama ini? Kamu…"

"Salsa!!" pekik seseorang membuat Salsa memalingkan wajahnya kearah seseorang yang berlari kearahnya dengan wajah cemas.

"Kak aku duluan ya, Mila nunggu disana." Putus Salsa membuat Gallen menatap Mila yang tiba-tiba terdiam kaku saat Gallen menatapnya. Jadi Mila juga tahu keberadaan Salsa selama ini? Lalu mengapa saat Gallen bertanya perihal soal Salsa gadis mengatakan bahwa Salsa sudah 'tidak ada'.

Permainan apa yang mengitari dirinya selama dua tahun ini?

"Gue takut lo nyasar makanya gue samperin, ayo balik." Ajak Mila tergesa-gesa dirinya belum siap bertemu dengan Gallen sekarang.

Salsa menoleh sebentar kearah Gallen yang diam kaku sebelum akhirnya berjalan mengikuti Mila, untuk kembali keruang auditorium.

"Kenapa?" gumam Gallen dengan rasa mirisnya. Dirinya merasa dibohongi oleh Mila temannya sendiri dan merasa miris dengan hatinya yang menahan rindu selama 2 tahun belakangan ini.

-0-