"Yang mulia Raja maaf hamba harus menyampaikan berita kurang mengenakkan, Ratu Nias Kusuma mengeluarkan banyak darah dalam proses kelahiran bayinya dan keadaannya dapat dinyatakan sekarat," ucap seorang tabib kerajaan pada sosok kekar sang penguasaan kerajaan Neterlandis, Raja Indra.
"La-lalu bagaimana dengan anak yang dilahirkannya, tolong jelaskan!?" Ucap sang raja dengan suara yang terdengar bergetar, dapat dipastikan ia sedang dalam keadaan cemas dan khawatir.
"Anak yang dilahirkan yang mulia ratu berjenis kelamin laki-laki dan keadaannya pun tidak jauh lebih baik dari Ratu Nias Kusuma. Saat ini tubuhnya dingin dan kaku seperti bongkahan es, Yang Mulia." Jelas tabib.
"Jadi apa yang harus saya lakukan, untuk menyelamatkan mereka. Cepat katakan Tabib!!" Paksa raja Indra yang tampak begitu kacau.
Sang Tabib mengerutkan keningnya pertanda ia sedang berpikir keras. Jujur ia bingung, apakah harus mengatakan pada Raja Indra tentang satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan nyawa mereka atau memilih untuk tetap diam. Sungguh rasanya serba salah, dapat ia pastikan cara ini akan menjadi bumerang untuk Raja Indra kedepannya nanti.
Cukup lama ia berfikir dan kata-kata itupun akhirnya keluar dari mulut sang tabib, ia tak mampu menahan takdir yang sudah tersurat. Ini adalah takdir dari kerajaan Neterliandis.
"Yang Mulia, sebenarnya ada cara yang dapat kita lakukan tapi cara ini hanya mampu menyelamatkan salah satu dari yang mulia ratu atau anaknya," ujar sang tabib tampak berhati-hati.
"Cepat katakan bagaiman caranya?" jawab Raja Indra tanpa berpikir logis dengan ucap sang tabib.
"Caranya dengan menanam bara kristal merah pada salah satu dari tubuh mereka, maka akan menyelamatkan nyawanya. Tapi perlu saya ingatkan terlebih dahulu, cara ini tentu berisiko besar dan pasti memiliki efek jangka panjang." Tutur sang Tabib istana, lagi-lagi dengan penuh kehati-hatian.
Raja Indra sontak kaget dan sedih, dia harus memilih untuk menyelamatkan salah satu dari orang-orang yang sangat disayangi. Tak bisakah Raja Indra Egois sekarang? Rasanya mustahil bila ia harus memilih diantara keduanya.
Terlepas dari itu semua, ia harus siap-siap turun tahta bila saudara-saudaranya tahu sang pusaka pelindung kerajaan, bara kristal merah telah ia gunakan secara pribadi.
Setelah cukup lama Raja Indra terdiam dalam kecamuk pikirannya, hingga akhirnya sebuah keputusan final tersampaikan.
"Baiklah Tabib, saya telah memutuskan untuk menggunakan bara kristal merah untuk orang yang amat saya sayangi," ucap Raja Indra dengan penuh arti tersirat di matanya.
Sekali lagi ini adalah keputusan tersulit yang harus ia ambil seumur hidupnya memimpin sebuah kerajaan. Detik ini ia memilih egois, menyelamatkan seorang terkasih dan melupakan sebentar posisinya sebagai Raja dari kerajaan Neterlandis
"Baik Yang Mulia, mari kita lakukan."
Note: Belum direvisi, Typo dan kesalahan bertebaran dalam cerita