Berita tentang Bangsawan Tomi datang ke istana dan ingin menjodohkan putrinya dengan Pangeran Dinata telah menyebar luas di keluarga kerajaan. Berita ini juga telah sampai ke kediaman Perdana Menteri Suliam, ayah dari Pangeran Antoni.
Tampak sosok Pangeran Antoni berjalan tergesa meninggalkan kediamannya yang masih dalam kawasan istana. Ia ingin segera bertemu Putri Liliana dan menanyakan kepastian berita itu langsung.
"Antoni," sapa Perdana Menteri Suliam yang tak lain ayah kandung dari Pangeran Antoni.
Langkah Pangeran Antoni berhenti sejenak setelah mendengar suara yang begitu familiar di telinga, "Ada apa, Ayah? Saya sedang terburu-buru saat ini."
"Untuk menemui Liliana bukan? Kau pasti sudah tahu tentang Bangsawan Tomi yang menjodohkannya dengan Pangeran Dinata. Ada beberapa orang yang melihat Bangsawan Tomi keluar dari ruangan Raja Indra dengan wajah cerah, sepertinya Raja Indra menyambut baik perjodohan itu," tutur Perdana Menteri Suliam, cukup membuat panas putranya.
"Walaupun begitu Liliana tidak mungkin semudah itu mau menerima titah ayahnya untuk dijodohkan dengan Pangeran Dinata, pasti ada hal lain, Ayah. Untuk itu saya akan menemui Liliana," ucap Pangeran Antoni yang bergegas pergi dengan kudanya.
***
Sudah beberapa jam Pangeran Antoni dan Putri Liliana membahas perjodohan yang dilakukan ayahnya dengan Raja Indra. Liliana sama sekali tidak ingin dijodohkan dengan Pangeran Dinata, karena cinta yang ia punya hanya milik Pangeran Antoni. Ia dipaksa ayahnya untuk menerima perjodohan dengan calon putra mahkota agar posisi kebangsawanan mereka tidak jatuh. Ayahnya juga meminta Liliana memutuskan hubungan dengan Pangeran Antoni karena Pangeran Antoni hanyalah putra seorang perdana menteri.
Mendengar hal itu Pangeran Antoni sangat geram hanya karena sebuah kepentingan, Bangsawan Tomi mengorbankan kebahagiaan putrinya sendiri. Dalam hati Pangeran Antoni telah bertekad untuk tidak akan membiarkan kekasihnya jatuh ke tangan siapapun termasuk Pangeran Dinata, sepupunya.
"Tenang saja, Liliana. Saya akan mempertahankan kamu walaupun harus bersaing dengan putra raja sekalipun atau bila perlu saya akan rebut posisi putra mahkota."
"Saya senang mendengar hal itu, tapi saya harap kamu tidak melakukan hal-hal yang melampaui batas hanya karena saya," ujar Putri Liliana sembari menatap lembut mata Pangeran Antoni yang dibalas anggukan olehnya.
"Sudah larut malam, kamu harus kembali, Liliana jangan sampai orang-orang di sana menghawatirkan kamu," ucap Pangeran Antoni sambil bangkit dari posisi duduknya, "mari saya antar menggunakan sihir saja, supaya lebih cepat tiba di kediamanmu."
Pangeran Antoni mulai mengeluarkan sihir apinya untuk membentuk dimensi penghubung, ia melempar sihirnya ke arah udara kosong dan terbentuklah asap-asap putih. Putri Liliana kemudian masuk di gumpalan asap itu dan tak berselang waktu ia tiba di depan pintu kediamannya.
"Selamat tidur, Liliana." Suara pangeran Antoni di balik gumpalan asap yang mulai menipis dan menghilang.
"Liliana, kamu dari mana saja?" ucap Bangsawan Tomi yang yang sudah dari tadi memperhatikan putrinya, "ayah sudah pernah bilang untuk kamu tidak berhubungan lagi dengan Pangeran Antoni. Kamu masih saja menemuinya diam-diam."
"Ayah, saya tak mungkin mengakhiri hubungan kami hanya karena keserakahan Ayah akan tahta."
"Jaga ucapan kamu, Liliana," bentak Bangsawan Tomi yang mulai tersulut emosi, "ah sudahlah, besok pagi kamu harus ikut ayah ke istana Neterliandis akan ada jamuan untuk membahas RUU. Kabarnya Pangeran Dinata sudah menyelesaikan pendidikannya dan telah kembali ke istana. Dia akan ikut andil bagian dalam rapat kenegaraan besok, ayah harap kamu bersikap baik padanya," ucap Bangsawan Tomi sedikit memaksa.
"Tapi, Ay..."
"Ini perintah."
"Baiklah, tapi aku tak berjanji bersikap baik jika Pangeran Dinata aslinya mengesalkan," ucap Putri Liliana terpaksa menyetujui perkataan ayahnya.
Di waktu yang hampir sama dalam kediaman Pangeran Antoni, Perdana Menteri Suliam meminta putranya untuk ikut hadir dalam jamuan kenegaraan besok. Ia berniat untuk membuat RUU yang diajukan oleh raja Indra tersebut disepakati. Perdana Menteri Suliam memiliki rencana besar dibalik sahnya RUU itu.
"Baiklah, saya akan hadir," ucap Pangeran Antoni yang membuat senyum tersungging di bibir ayahnya.
"Bagus, ayah percaya dengan kemampuan berbicara yang kau miliki, Putraku. Dengan disahkannya RUU ini otomatis ada keuntungan yang akan kita peroleh, posisi putra mahkota akan ayah berikan padamu. Kamu hanya perlu ikuti perintah ayah dan Putri Liliana akan menjadi milikmu nanti."
"Apakah Ayah mau berkhianat dari Raja Indra? Apakah ini tidak terlalu berlebihan? Raja Indra sudah cukup baik pada kita."
"Kita tidak berkhianat Antoni, kita hanya perlu ikuti bermain dalam permainan yang telah dibuat oleh Raja Indra dan tentu menjadi pemenangnya," senyuman licik menghiasi ucapan Perdana Menteri Suliam, "lagipula, Raja Indra tak pernah memperlakukan ayah seperti kakak kandungnya, melainkan hanya budak untuk kerajaannya. Ayah sudah mendapat perlakuan tidak adil dari kakekmu hanya karena menolak menikahi putri dari bangsawan dan lebih memilih wanita biasa. Tahta yang seharusnya diwariskan kepada ayah sebagai putra tertua diturunkan pada Indra."
"Baiklah Kalau begitu, Antoni akan berusaha melakukan yang terbaik untuk mendapatkan kembali hak ayah dengan menjadi putra mahkota."
***
Rancangan Undang-undang yang Diajukan Raja Indra :
1. Tingkat kebangsawanan akan dilihat berdasarkan kemampuan.
2. Semua orang memiliki hak yang sama untuk menunjukkan kemampuan yang dimiliki.
3. Rakyat dan para bangsawan wajib memberikan upeti hanya kepada petugas kerajaan resmi.
Rapat kali begitu banyak pro dan kontra dari keluarga kerajaan maupun para bangsawan. Banyak dari mereka sangat menantikan RUU ini disahkan dan tak sedikit pula yang menolaknya. Bangsawan tingkat dua yang diwakili oleh Anggara menolak RUU ini dengan alasan menghormati para leluhur yang telah mendirikan kerajaan Neterliandis. Ia berpendapat bahwasanya leluhur pasti memikirkan dengan sangat teliti tentang pembagian kasta tersebut, sehingga kita sebagai anak cucunya harus menghormati keputusan yang telah ditetapkan.
Putri Liliana cukup teliti memperhatikan para tamu undangan di ruangan tersebut, namun memang tak satupun yang mencolok sebagai calon putra mahkota kerajaan Neterliandis. Ia memang tak terlalu mengenali Pangeran Dinata tapi dari ciri-ciri yang disebutkan para pelayan dan ayahnya, di sini memang tak tampak sosok yang dia cari. Putri Liliana ingin memastikan orang seperti apakah Pangeran Dinata yang selalu dibicarakan ayahnya itu. Matanya sekarang beralih membulat melihat sosok Antoni yang tengah berbicara lantang di depan forum rapat. Antoni, dia ada di sini, batin Liliana berkata.
"Saya sebagai perwakilan dari Perdana Menteri Suliam, sangat setuju dengan RUU yang diajukan Raja Indra. Namun, pada point pertama tentang 'Tingkat kebangsawanan akan dilihat berdasarkan kemampuan' saya mengajukan sedikit perubahan. Saya berpendapat, untuk membuat keadilan yang memang benar-benar adil, seorang pemimpin harus dipilih berdasarkan kemampuan yang dimiliki pula. Jadi tak hanya bangsawan yang harus menunjukkan kemampuannya tetapi juga para keluarga kerajaan dan calon putra mahkota sendiri," tutur Antoni dengan lantangnya.
Para bangsawan di sana mengangguk kagum akan keberanian Pangeran Antoni, mereka semua setuju bila keluarga kerajaan harus melakukan hal yang sama seperti para bangsawan.
"Begini, Raja Indra. Kami semua setuju dengan ajuan penggantian ayat yang diucapkan Pangeran Antoni. Kami berpikir memang tak adil jika hanya para bangsawan yang harus dirombak tingkatannya tetapi untuk calon raja selanjutnya pun harus berdasarkan kemampuan yang dia miliki, baik kecerdasan, kekuatan fisik maupun sihir harus diatas para bangsawan," jelas bangsawan tingkat dua yang tadi tidak setuju dengan RUU yang diajuka.
"Ehm, mengenai calon putra mahkota bisakah kita mendengar pendapat dari putraku, Pangeran Pradinata Kusuma dahulu," ucap Raja Indra yang kemudian menyuruh salah satu pengawalnya untuk memanggil Pangeran Dinata.