Chereads / The Kingdom of NETERLIANDIS / Chapter 11 - Seleksi Tahap Pertama Pemilihan Putra Mahkota Neterliandis

Chapter 11 - Seleksi Tahap Pertama Pemilihan Putra Mahkota Neterliandis

Hari yang dinantikan para ksatria Neterliandis telah tiba, hari dimana nasib mereka untuk menjadi putra mahkota dipertaruhkan. Semua tingkatan kasta diperbolehkan hadir, dan nampak antusias untuk menyaksikan sendiri siapakah calon pemimpin kerajaan Neterliandis selanjutnya.

Sebuah kompetisi pemilihan putra mahkota pertama yang dilakukan kerajaan Neterliandis, tinggallah menghitung menit saja. Banyak calon putra mahkota yang gugur dalam pra seleksi berkas karena catatan perilaku yang kurang baik, hal ini menunjukkan keketatan dalam seleksi ini sangat tinggi.

10 calon putra mahkota yang telah lulus pra seleksi kini berdiri tegak di arena yang menjadi tempat seleksi pertama. Hanya ada 5 diantara mereka yang akan lolos untuk seleksi tahap kedua yaitu seleksi kecerdasan .

Poutttt....

Suara tiupan dari terompet kebesaran kerajaan Neterliandis telah dibunyikan, tertanda kompetisi ini akan segera dimulai. Raja Indra telah bersiap dengan sihirnya untuk membakar Oborahea untuk meresmikan pembukaan kompetisi ini.

Oborahea adalah ritual wajib dalam acara kebesaran kerajaan Neterliandis. Ritual ini berupa penyalaan obor dengan sihir oleh Pemimpin Neterliandis.

Pouttt..... Pouttt..... Pouttt

Oborahea telah sepenuhnya terbakar, seleksi tahap pertama kompetisi pemilihan putra mahkota resmi dimulai.

Giliran pertama seleksi fisik menggunakan senjata di dapat oleh Bangsawan Syarif, kali ini ia menggunakan senjata khas dari bangsawan tingkat dua yaitu tombak mata tiga. Tiga buah sasaran yang bergerak diletakkan dengan jarak semakin kecil semakin jauh dan semakin tinggi pula pointnya.

Ayunan tombak Syarif melesat dan menancap sempurna di sasaran pertama dan kedua. Riuh tepukan tangan dari para bangsawan dan rakyat yang menonton bergema di arena komputasi, mereka memberikan semangat pada Pangeran Syarif untuk dapat mengenai sasaran terakhir dengan poin tertinggi.

Tombak terakhir telah dilemparkan begitu kuat oleh Pangeran Syarif, namun tombak itu tak menancap pada sasaran. Pangeran Syarif meminta agar dipastikan lagi karena ia melihat tombak itu sempat mengenai sasaran tapi memang tak tertancap. Semua orang yang menonton ikut terdiam menunggu kepastian hasil dari lemparan terakhir tadi. Seorang Prajurit berlari memastikan apakah tompak itu memang sempat mengenai sasaran atau tidak.

Kedua tangan prajurit itu menyilang, mengisyaratkan bahwa tombak tak mengenai sasaran sedikitpun. Dan nol poin yang didapat Pangeran Syarif untuk lemparan terakhir tadi.

Beberapa Pangeran telah menunjukkan kemampuan terbaiknya dalam seleksi fisik dan skill bersenjata, giliran ke tujuan di dapat Pangeran Antoni dari keluarga kerajaan.

Pangeran Antoni menunjukkan kemampuan bersenjatanya dengan menggunakan pedang pusaka yang berasal dari magma gunung berapi, salah satu pusaka yang diturunkan dari raja terdahulu.

Kemampuan dan kepekaan insting Pangeran Antoni untuk mendeteksi sasaran yang dirancang dapat berpindah dengan teleport membuat semua mengenai sasaran dengan telak. Poin penuh untuk Pangeran Antoni dari semua juri penilai.

Peserta selanjutnya adalah Pangeran Ryan dari bangsawan tingkat tiga, bangsawan yang terkenal akan kemampuan fisik sangat kuat. Bangsawan tingkat tinggi terbiasa berlatih dengan besi yang begitu berat dalam latihan fisiknya karena memang fantalis sihir mereka adalah besi itu sendiri.

Ribuan sasaran yang diberikan di arena dapat dihancurkan dengan mudah oleh Pangeran Ryan hanya dengan menggunakan senjata tongkat besi biasa. Para juri penilai dibuat kagum akan kemampuan fisik yang ia tunjukkan, poin sempurna untuk Pangeran Ryan dari bangsawan tingkat tiga.

Peserta ke sepuluh atau peserta terakhir adalah Pangeran Dinata putra dari Yang Mulia Raja Indra. Dengan kemampuan gerak tangan kanan yang sedikit terbatas karena penarikan energi kekuatan dari bara kristal merah di tangan kirinya, Dinata memutuskan menggunakan senjata Panah dalam seleksi ini.

Sasaran pertama yang diberikan adalah sihir dibuat menyerupai burung kecil yang terbang tinggi di atas arena. Burung ini berukuran sangat mini yaitu sekitar 0,2 cm untuk mempersulit pemanahan nanti. Sasaran kedua adalah seekor kelinci yang dikelilingi oleh singa yang siap menerkam.

Pangeran Dinata yang memiliki kemampuan perhitungan yang sangat teliti dapat menembak dengan mudah burung kecil. Ia mulai menerik busur panah dengan kencang dan dalam hitungan detik anak panah ini melesat tepat mengenai burung itu.

Sasaran kedua kelinci, sedikit sulit untuk Pangeran Dinata menyerang dan menghindar dari singa sekaligus harus membidik kelinci ini. Hasilnya anak panah tepat mengenai kelinci dalam waktu yang sedikit lambat dari panah pertama. Dan hanya menghasilkan poin 9 untuk panah terakhir, dengan catatan fisik sedikit lambat namun skil senjata panah sempurna.

Berakhirnya pertunjukan dari kekuatan fisik serta kemampuan bersenjata dari Pangeran Dinata, menandai berakhirnya penampilan semua calon putra mahkota. Sekarang giliran team penilaian mengumumkan 5 calon putra mahkota yang berhak ikut seleksi kecerdasan yang akan dilaksanakan pekan depan.

Sihir visual telah meluncurkan ke atas arena udara, sihir visual ini diperuntukkan untuk semua orang dapat menyaksikan nama-nama dari 5 orang yang berjarak masuk ke seleksi selanjutnya.

Crying ....

Nama-nama dari pangeran yang lolos muncul satu bersatu di udara beserta poin yang mereka peroleh. Pangeran Antoni dan Pangeran Ryan menduduki posisi paling atas untuk seleksi fisik dan kemampuan senjata ini dengan poin sempurna.

1. Pangeran Pransa Antoni dari Keluarga Kerajaan dengan poin 10/10

2. Pangeran Ryan Triwangka dari Bangsawan Tingkat tiga dengan poin 10/10

3. Pangeran Paluevi dari Bangsawan Tingkat satu dengan poin 9.8/10

4. Pangeran Pradinata Kusuma dari Keluarga Utama Kerajaan dengan poin 9.6/10

5. Pangeran Herli William dari Bangsawan Tingkat tiga dengan point 9.4/10

Tepukkan tangan dari orang-orang yang menyaksikan seleksi ini bergema di udara Neterliandis, ada yang kecewa dan ada pula yang tersenyum bahagia melihat hasil dari seleksi tahap pertama ini.

Raut wajah tegang Raja Indra telah berubah bahagia ketika melihat putranya lolos pada seleksi tahap pertama ini. Kecemasannya bukan tanpa alasan, pasalnya ia tahu persis kemampuan putranya tak sehebat pangeran-pangeran lain dalam segi kemampuan fisik. Pangeran Dinata harus mengontrol energi tubunya untuk tidak tertarik oleh bara kristal merah jika terlalu besar, pada akhirnya pergerakan tangannya agak berat dan lambat.

Di sisi lainnya Pangeran Dinata dan Pangeran Antoni saling memberikan selamat atas terpilihnya mereka berdua untuk ikut ke seleksi selanjutnya. Suasana hangat tercipta tak ada iri dan dengki terasa di sana, semua murni karena persahabatan.

Mereka telah menjadi sahabat baik setelah kejadian di hutan Pinus kemarin. Pertemanan mereka terasa sangat kuat saat keduanya memutuskan akan berlatih bersama di hutan Pinus. Mereka telah berjanji akan menerima siapapun yang terpilih menjadi putra mahkota tanpa rasa dendam.

"Wah sepertinya kau akan menjadi putra mahkota kerajaan Neterliandis, Antoni," ucap Pangeran Dinata tersenyum kecil sambil mengulur tangannya untuk bersalaman, "selamat, poinmu sempurna pada seleksi ini."

"Ehm, iya terima kasih tapi sepertinya sahabat sekaligus rivalku ini akan mendapatkan poin sempurna pada seleksi kedua," tangan Dinata di sambut oleh Pangeran Antoni.

"Ah," Pangeran Dinata mengingat tentang seleksi kedua, "sepertinya kau sudah tahu kecerdasanku sangatlah tinggi sampai pendidikan dapat saya selesaikan kurang dari dua tahun, Pangeran Antoni," ucap Dinata disusul gelak tawa mereka berdua.

"Antoni," sapa Putri Liliana yang berjalan menghampiri Pangeran Antoni di pinggir arena.

Antoni segera mengenali suara yang begitu khas itu, "Liliana?" Pangeran Antoni langsung menoleh ke Liliana yang tersenyum manis ke arahnya, "ada apa kamu ke sini, Liliana?"

"Kenapa kamu bertanya seperti itu? Apa aku tidak boleh memberi selamat pada kekasih sendiri?" Goda Liliana dengan wajah setengah cemberut.

"Ti...tidak," Antoni mulai gugup, takut membuat kesalahpahaman semakin parah, "saya tidak bermaksud seperti itu, Liliana."

Liliana tak mampu menahan tawanya ketika melihat ekspresi wajah Pangeran Antoni yang begitu tegang, "saya hanya bercanda, Antoni. Bagaimana bisa saya marah padamu yang sangat manis ini," Liliana kemudian melakukan cubitan khasnya pada lengan Pangeran Antoni.

AHM...

Pangeran Dinata tampak berpura-pura batuk didepan Liliana dan Antoni yang tampak begitu mesra, "sepertinya kalian melupakan saya di sini," ucap Pangeran Dinata memasang wajah polos diantara mereka.

"Oh iya, maafkan saya Pangeran Dinata. Saya lupa ada seorang putra Raja Indra di sini," tawa Pangeran Antoni dan Liliana bersamaan.

"Lupakan saja saya, sekarang dunia hanya milik kalian."

"Sudahlah, yang belum punya pasangan saya harap tidak melihat adegan ini," goda Antoni pada sahabatnya ini.

"Yah...yah, saya paham," disertai angukan kepala yang senada, "saya juga harus pergi menemui Bibi Sekar. Sampai jumpa lagi Liliana, Antoni."

"Sama jumpa, Pangeran Dinata."