Chereads / The Kingdom of NETERLIANDIS / Chapter 7 - Satu Jalan Sudah Terbuka

Chapter 7 - Satu Jalan Sudah Terbuka

Sosok yang ditunggu akhirnya tiba, dengan gagahnya Pangeran Dinata masuk didampingi beberapa pengawal kerajaan. Pria jangkung berkulit putih dengan rambut silvernya muncul dari balik pintu masuk. Baju biru yang ia kenaka senada dengan mata ungu muda gelap yang ia punya, mata yang begitu berbeda dengan keluarga kerajaan. Mata teduh namun tajam yang membuat semua bangsawan bertanya-tanya tentang kejelasannya. Sosok calon putra mahkota yang begitu ditutup-tutupi itu sekarang telah berdiri di hadapan mereka.

Antoni yang telah memperhatikan Pangeran Dinata sejak masuk tadi sedikit kaget dengan pria yang dilihatnya, matanya berwarna ungu muda gelap beda dengan mata yang umumnya kuning cerah atau merah. Apakah dia benar calon putra mahkota? jika dilihat wajahnya memang mirip Raja Indra tapi matanya? Batin Pangeran Antoni bertanya-tanya tentang sosok yang telah berdiri di hadapannya kini.

"Liliana, itu dia Pangeran Dinata yang ayah ceritakan. Menurut orang kepercayaan ayah, memang genetika matanya lebih mirip mendiang Ratu Nias Kusuma. Bagaimana menurut kamu matanya teduh namun tajam, seperti sebuah tompak yang melesat di atas air, tampan bukan?" bisik bangsawan Tomi pada putrinya, Liliana.

"Sudahlah, Ayah dia biasa saja di mataku. Tapi wajahnya sedikit familiar di ingatanku, sepertinya aku pernah melihat dia sebelumnya."

Desas-desus dari beberapa bangsawan di sana hampir sebagian terdengar oleh Pangeran Dinata. Banyak keraguan di ucapan mereka tentang sosoknya. Ah, aku harus memulai rapat ini kembali sebelum semuanya tambahan kacau, ucap batin Pangeran Dinata.

"Baiklah para bangsawan dan keluarga kerajaan yang terhormat, saya Pradinata Kusuma. Saya memiliki gen sedikit berbeda dari keluarga kerajaan lainnya, karena Gen dari ibu saya mendiang Ratu Nias Kusuma lebih dominan di tubuh saya," jelas Pangeran Dinata pada para bangsawan yang tampak heran dengan dirinya, "saya sudah mendengar beberapa pendapat dalam rapat ini tentang keadilan, izinkan saya mengirim visual dan pendapat kalian semuanya dalam rapat secara langsung menggunakan sihir saya kepada para Rakyat kerajaan Neterliandis. Biarkan mereka ikut berpartisipasi supaya keadilan yang kita bicarakan sekarang dapat mereka rasakan. Mereka adalah bagian dari kerajaan walau berada pada kasta terbawah," tutur Pangeran Dinata yang berhasil mengalikan pikiran semua orang untuk kembali pada topik pembahasan RUU.

Para bangsawan dan keluarga kerajaan dalam ruang rapat ikut terdiam atas ucapan Pangeran Dinata, mereka membicarakan keadilan tanpa tahu arti keadilan sebenarnya yang mereka debatkan itu. Raja Indra yang ikut memperhatikan putranya hanya mampu tersenyum kagum atas kecerdasan yang dia miliki.

Sihir Pangeran Dinata mulai terlepas dari tangannya, sebagai menyebar keluar ruangan dan sebagiannya lagi tetap berada di dalam ruang rapat. Sebuah telegram gambar dari para rakyat yang mulai berkumpul melihat visual sihir dari Pangeran Dinata telah tersaji di depan para bangsawan dan keluarga kerajaan. Tampak para rakyat sangat antusias sekaligus kebingungan melihat rapat ini secara langsung.

"Sekarang marilah kita mulai keadilannya," ucap Pangeran Dinata memulai kembali rapat pengajuan RUU.

"Baiklah Pangeran Dinata, saya telah melihat keadilan yang anda berikan pada rakyat. Saya berharap hal yang sama akan tercipta pada hari ini tentang pembagian tingkat bangsawan termasuk pemilihan calon pemimpin selanjutnya berdasarkan kemampua, semua orang disini memiliki hak yang sama untuk mencalonkan diri menjadi putra mahkota," mata Antoni tertuju pada Pangeran Dinata.

"Saya sendiri tidak masalah dan setuju dengan pendapat dari Pangeran Antoni. Sudah selayaknya orang yang memiliki kemampuan bagus mendapatkan posisi yang tinggi pula. Termasuk seorang putra mahkota yang nantinya menjadi raja harus memiliki kemampuan dan dapat memimpin kerajaan Neterliandis dengan bijak," jawab Pangeran Dinata dengan penuh ketenangan.

"Nah, kalo begitu bagaimana keputusan dari Raja Indra sendiri?" tanya Perdana Menteri Suliam yang mulai ikut berbicara.

"Jika semua bangsawan dan keluarga kerajaan sudah yakin dengan hal ini, maka saya setuju. Kita adakan kompetisi pemilihan putra mahkota," mata Raja Indra menatap para tamu di ruang rapat dan kemudian berhenti ketika beradu pandang pada putranya yang tersenyum dengan keputusan bijak ayahnya itu.

"Akan ada tiga seleksi dalam pemilihan putra mahkota kerajaan Neterliandis. Pertama seleksi kekuatan fisik, seorang calon pemimpin harus memiliki kemampuan yang kuat untuk bisa memimpin sebuah peperangan. Kedua seleksi kecerdasan, sebuah keputusan yang bijak lahir dari seorang pemimpin yang cerdas. Yang terakhir adalah seleksi kekuatan sihir, hanya2 kandidat terkuat dari seleksi sebelumnya yang diperbolehkan mengikuti seleksi terakhir ini. Tak peduli apapun kekuatan sihir seorang calon putra mahkota ketika dia memiliki fantalis yang kuat untuk menang dari calon lawannya, maka terpilihlah dia sebagai putra mahkota dari kerajaan Neterliandis," tutur Raja Indra.

Para bangsawan dan keluarga kerajaan serta seluruh rakyat yang tengah menyaksikan rapat ini setuju dengan keputusan Raja Indra. Maka tersepakati RUU tersebut menjadi undang-undang baru di kerajaan Neterliandis, serta berlaku terhitung satu hari setelah pengesahan selesai yaitu esok pagi.

Senyum mengembang di wajah Perdana Menteri Suliam, ia berhasil mendapatkan peran yang kuat untuk putranya dalam permainan Raja Indra. Begitu juga Raja Indra tengah bernafas lega, dengan ditetapkannya Undang-undang baru ini maka sewaktu-waktu bila sihir dari Pangeran Dinata terungkap tidak akan ada penurunan tingkat untuk pengguna sihir atau pemilik fantalis yang berbeda. 'Satu jalan sudah terbuka', batin Raja Indra dan Perdana Menteri Suliam berkata bersamaan.