Chereads / The Kingdom of NETERLIANDIS / Chapter 8 - Mitos Rasi Triangulum

Chapter 8 - Mitos Rasi Triangulum

Semua orang di ruang rapat kerajaan sudah berjalan pergi meninggalkan kerajaan dan kembali ke kediaman mereka. Putri Liliana berlari kecil menghampiri Pangeran Antoni yang sudah bergegas pergi.

"Pangeran Antoni," panggilan Putri Liliana pelan, ia takut mengganggu tamu lain jika harus teriak.

Langkah kaki Liliana mendadak terhenti ketika tulang keringnya terasa menendang sesuatu.

Ah...

Teriak dari seseorang yang berhasil membuat lensa mata Liliana langsung melihat ke sumber suara tadi. Sosok yang familiar di mata Liliana tengah meringis mengusuh kepalanya yang sedikit merah.

"Pangeran Dinata, ma maafkan saya. Saya tak sengaja, apakah ini sakit?" tanya Liliana mengelus pelan kepala Pangeran Dinata.

Diposisi lain Antoni yang mendengar suara Putri Liliana memanggilnya, ia kemudian membalikkan wajah dan melihat sebuah pemandangan yang membuat hatinya terbakar cemburu. Putri Liliana tengah mengelus rambut orang yang akan dijodohkan padanya, Pangeran Dinata.

"Mengapa Liliana ada di sini? Apa yang sedang dilakukannya dengan Pangeran Dinata?" gumam Pangeran Antoni bertanya-tanya.

"Putri Liliana, apa yang membuat kamu terburu-buru sampai tak melihat saya yang tenga membenarkan sepatu di bawah sini?" tanya Pangeran Dinata sedikit penasaran.

"Sekali lagi maafkan saya Pangeran Dinata, tadi saya sedang mengejar seseorang sehingga saya tidak terlalu fokus dan menabrak Pangeran."

"Iya tidak masalah, tapi kekuatan fisikmu cukup kuat juga yah untuk seorang putri seperti salah satu ksatria perang saja," ucap Dinata diiringi tawa kecil darinya.

"Ah, apakah Pangeran ingin mencoba pukulan dariku?" gurau Liliana disertai dengan senyum manisnya.

Hahah....

Tawa dari Pangeran Dinata dan Putri Liliana yang begitu terdengar bahagia yang kembali menambah percikan api di hati Pangeran Antoni. Tak ia sangka kekasihnya semudah itu memberikan senyum pada orang yang baru ia kenal. Sebelum hatinya hangus terbakar cemburu, Pangeran Antoni segera memalingkan wajahnya dan pergi dari sana.

"Oh iya, darimana Pangeran Dinata mengenali nama saya tadi? Seingat saya kita baru pertama kali bertemu."

"Saya tahu dari ayah tentang kamu, paman Tomi yang sudah banyak menceritakan kamu kepada ayah," jawab Pangeran Dinata.

"Ah, masalah perjodohan maaf, sepertinya saya tidak bisa melakukan itu, Pangeran Dinata," sambil menundukkan kepalanya.

"Ehm, tak apa. Saya sudah paham hal itu, kamu sudah memiliki kekasih bukan?"

"Iya, saya sudah memiliki kekasih, Pangeran."

Suasana mendadak canggung, tak ada yang berani memulai kembali obrolan ini. Hanya senyum canggung yang merekah di masing-masing bibir keduanya, hingga Putri Liliana yang kemudian sadar dengan tujuan awalnya dan segera pamit pergi.

Luasnya istana Neterliandis membuat Liliana cukup kebingungan untuk mencari sosok Pangeran Antoni diantara tamu-tamu kerajaan yang masih sangat ramai. Putri Liliana yang sudah mulai kelelahan kemudian berjalan ke arah timur istana Neterliandis, tak disengaja ia masuk ke dalam taman pribadi Pangeran Dinata.

Bermacam tanaman tumbuh subur di lahan taman yang terbilang cukup kecil itu. Mulai dari tanaman hias hingga ramuan obat-obatan tampak hijau dan rimbun. Bunga Lencena yang merupakan tumbuhan langka di daratan Neterliandis sedang mekar, menebar bau wangi di area taman.

"Wah, bunga itu memiliki keharuman yang sungguh luar biasa. Apakah itu benar-benar Lencana?" Ucap Liliana yang kemudian berjalan mendekati tanaman langka yang begitu wanginya, "ternyata benar ini Lencena."

Liliana yang terus melirik kagum ke setiap sudut-sudut taman tiba-tiba melotot heran ketika melihat kolam air yang membeku. Ia kemudian berlari menuju kolam untuk memastikan apakah airnya memang benar membeku atau hanya tertimpah sinar matahari yang menembus jendela-jendela kaca istana.

***

Kereta kuda dari Putri Liliana dan ayahanda berhenti tepat di depan kediaman mereka. Liliana yang hendak masuk ke kediamannya kemudian berhenti melihat sosok lelaki tampan berambut merah dan bermata kuning terang muncul dari balik gumpalan asap tipis. Ia menghampiri lelaki itu dengan wajah berseri. Pohon besar yang menghalangi separuh tubuh lelaki itu, tetap membuat Liliana mengenali sosok yang sangat familiar di matanya.

"Pangeran Antoni," peluk Liliana pada lelaki jangkung itu, "aku punya berita bagus untuk hubungan kita."

"Apa? Tentang Pangeran Dinata yang ternyata tampan dan kau menyukainya? Atau tentang kamu yang akhirnya menerima perjodohan itu?" tanya Antoni bertubi-tubi karena tak mampu menahan cemburunya saat melihat Liliana yang begitu akrab dengan Pangeran Dinata tadi.

"Apa maksudmu Antoni? Semua tuduhanmu itu tidak benar," ucap Liliana yang belum tahu arah pembicaraan Pangeran Antoni.

"Saya melihat kamu bersama Pangeran Dinata ketika usai rapat tadi, sepertinya kalian sangat dekat sampai tertawa seperti itu," ucap Antoni menekuk dahinya tanpa berani menatap langsung mata Liliana.

"Kamu cemburu? Wajahmu tampak lucu jika cemberut," goda Liliana sambil mencubit lengan kekar Pangeran Antoni, "ah sudahlah, saya hanya mengobrol dengan Pangeran Dinata. Tak lebih dari itu, saya bahkan membicarakan pembatalan perjodohan dengannya."

"Benarkah?" Tanya Antoni memastikan apa yang ia dengar tidaklah salah.

"Tentu," Liliana melihat senyum tertahan di wajah Pangeran Antoni ketika ia mengucapkan itu, "saya akan selalu mencintai kamu, tolong percayai saya!!"

"Maafkan saya, Liliana. Saya tadi bodoh tidak mempercayai kamu, malah cemburu dengan yang saya lihat dan belum pasti kebenarannya," tutur Antoni mendekap dan mengelus lembut rambut panjang Putri Liliana.

Suasana malam hari ini mengalir begitu hangat bagi Putri Liliana dan Pangeran Antoni, ini malam yang begitu indah. Tampak gugusan bintang membentuk beberapa rasi cantik yang ditemani cahaya bulan menyelinap di balik sabak putih.

Liliana langsung tertunduk ketika rasi bintang pertama yang ia lihat ketika menatap langit adalah Triangulum. Pikirannya langsung teringat akan mitos dari buku kuno Neterliandis, seorang yang tak sengaja menatap pertama Triangulum maka akan ada orang ketiga dalam kehidupan percintaannya. Mitos ini cukup dipercaya dikalangan para bangsawan, tak sedikit yang menjadi kenyataan.

Triangulum adalah rasi bintang kecil di langit utara. Namanya Latin untuk 'segitiga', berasal dari tiga bintang paling terang, yang membentuk segitiga panjang dan sempit. Sebuah rasi bintang kecil, Triangulum berbatasan dengan Andromeda di utara, Pisces di barat, Aries di selatan dan Perseus di timur.

"Tidak, ini cuma mitos Liliana, ini tidak akan terjadi. Tidak akan....." Batin Liliana terus melawan pikirannya tentang kebenaran mitos dari buku kuno itu, hingga tak sadar bahwa Pangeran Antoni terus memperhatikan dirinya sedari tadi.

"Liliana, kamu kenapa? Raut wajahmu berubah setelah melihat ke langit," Pangeran Antoni kemudian mencari-cari sesuatu yang mungkin terlihat aneh di langit, "aku tak melihat apapun yang mengganjal di langit."

"Ah, tidak ada sesuatu yang aneh. Saya hanya lupa ada pekerjaan yang belum saya bereskan di rumah," tepis Liliana sedikit berbohong, ia tidak mau Pangeran Antoni ikut khawatir hanya karena mitos yang beredar.

Pangeran Antoni tampak percaya dengan ucapan Liliana. Ia segera berdiri dan mengulurkan tangannya pada Putri Liliana, "ayo bangun, tak ada yang salah paham lagi di sini."

"Terima kasih," ucap Liliana yang sudah berdiri tegak.

"Oh iya, sebelum pulang ada hal lain yang ingin saya bicarakan, Liliana," wajah Pangeran Antoni sedikit serius dan menegang, "ayah saya meminta untuk saya ikut dalam pemilihan putra mahkota nantinya, bagaimana pendapatmu, apakah kamu setuju jika saya ikut?"

"Entahlah, saya tak bisa menjawabnya. Jika kamu memang benar mau ikut, saya tidak akan melarang sedikitpun. Semua terserah kamu, saya percaya kamu pasti memilih hal yang tepat," sinar mata Liliana begitu yakin akan keputusan dari Pangeran Antoni, "tapi ingat jangan sampai kehilangan kebaikan di hatimu hanya karena sebuah tahta, tanpa atau dengan alasan apapun."