"Liliana, kemari ayah ingin berbicara padamu," panggil Bangsawan Tomi pada putri sulungnya.
"Ada apa, Ayah?" Tanya Putri Liliana pada ayahnya itu.
"Kamu sudah dengarkan RUU yang diajukan Raja Indra itu sangat mengancam posisi kita sebagai bangsawan tingkat satu di kerajaan Neterliandis. Sihir dan kemampuan kita sekarang sudah melemah, ayah takut posisi kita tergeser menjadi bangsawan tingkat dua atau tiga."
"Ayah, saya tidak bermaksud lancang, tapi menurut saya RUU itu cukup baik. Posisi kita mungkin terancam tapi pikirkan, keputusan itu akan menciptakan keadilan dan menjadikan kerajaan Neterliandis semakin kuat, Ayah," tutur Liliana, seorang putri yang memiliki paras cantik dan baik hati.
"Omong kosong apa itu, Liliana," bentak Bangsawan Tomi, "ayah tidak mau posisi kita tergeser."
"Tapi, Ayah.."
"Sudah cukup," potong Bangsawan Tomi, "ayah, perlu bantuan kamu untuk mendekati Pangeran Dinata dengan paras cantikmu, supaya posisi kita aman walaupun RUU itu disahkan."
"Maksud Ayah mau menjodohkan saya dengan calon putra mahkota, tidak Ayah. Saya sudah terlanjur mencintai Pangeran Antoni. Saya tidak bisa berpisah dengan dia."
"Liliana, apa yang kamu harap dari Pangeran Antoni yang hanya putra kakak dari Raja Indra, perdana menteri Suliam. Jelas, Pangeran Dinata lebih segala-galanya dari Pangeran Antoni."
"Ayah, semua bangsawan di sini saja belum pernah melihat sosok calon putra mahkota itu. Saya tidak tahu bagaimana sifat Pangeran Dinata, apakah dia memiliki budi pekerti yang baik atau hanyalah orang yang berlindung di bawah kekuasaan ayahnya," ucap Putri Liliana dengan tegasnya.
"Tak usah membantah, keputusan ayah sudah bulat untuk mendekatkanmu dengan Pangeran Pradinata Kusuma."
Putri Liliana merupakan sosok yang cerdas dan kuat, sedari kecil ia terbiasa melakukan semua hal sendiri. Walau statusnya sebagai putri sulung bangsawan tingkat satu, ia tidak pernah merendahkan orang-orang di dekatnya. Kebaikan hati dan paras yang cantik membuat Pangeran Antoni terpikat pada Putri Liliana, mereka bertemu ketika sedang melaksanakan pendidikan kebangsawanan satu tahun yang lalu.
Lokasi kediaman bangsawan tingkat satu paling dekat dengan istana Neterliandis, hal ini memungkinkan Pangeran Antoni sering keluar istana dan menemui Putri Liliana.
***
"Pangeran Dinata, sebelum anda menyelesaikan pendidikan ini dan pulang ke istana paman ingin menyampaikan informasi penting padamu. Bara kristal merah di tangan kirimu sudah hampir kehilangan fungsi dan padam, ayahmu sudah menyampaikan ini pada paman. Dan ayahmu berharap jangan terlalu sering menggunakan fantalis pada dirimu, karena hal itu akan mempercepat bara kristal merah padam," tutur Paman Gandara.
"Jika bara kristal merah ini meredup atau benar-benar padam apa yang harus saya lakukan, Paman?"
"Bila bara kristal merah meredup cukup minta sang pengguna sihir unsur api untuk membakar tangan kirimu. Bara di tangan kirimu akan menyerap fantalis pada sihir api yang ia keluarkan, untuk sementara bara kristal merah akan tetap menyala. Namun saat bara kristal merah benar-benar padam, Paman Gandara juga tak tahu apa yang akan terjadi pada tubuhmu. Dampak terburuk yang mungkin terjadi adalah tubuhmu membeku atau kematian."
"Baiklah Paman, saya akan terus menjaga bara kristal merah ini untuk tetap menyala."
"Tapi tetaplah ingat Pangeran Dinata, tak boleh ada orang lain yang mengetahui tentang bara kristal merah di tangan kirimu. Dan yang paling utama jangan sampai orang tahu jenis fantalis dan sihir yang anda miliki adalah pembeku atau kristal es."