Apabila seorang wanita mengerjakan sholat lima waktu, berpuasa dibulan suci ramadhan, menjaga kemaluannua(kehormatannya) dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya,
"Masuklah kamu kedalam syurga dari pintu mana saja yang engkau kehendaki "
Sebuah hadist yang selalu terngiang dalam pikiranku.
Aku bangun dan mengambil air wudhu...kemudian aku melaksanakan serangkaian sholat sunah yang rutin aku lakukan, setelah selesai aku selalu berdo'a kepada Alloh agar membukakan pintu hidayah untuk suamiku.
Kemudian aku membaca al- qur'an sambil menunggu adzan subuh tiba.
Adzan subuh berkumandang...aku berdo'a agar Allah membukakan pintu hati suamiku.
Aku melepas mukena dan melipatnya, kemudian aku membangunkan suamiku dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang.
"Mas Aldo...bangun...sholat subuh dulu...nanti bisa tidur lagi setelah solat..." aku menggoyang- goyangkan bahunya tetapi dia malah mendorongku...hingga aku terjerembab jatuh disamping tempat tidur kami ..
Aku menangis dalam diam...ku elus dadaku agar tidak ada amarah disana...agar tidak membatin hal- hal yang buruk...aku berdiri dan keluar dari kamar tidurku...masih banyak pekerjaan rumah yang menantiku..
***
"Aisyah...dimana sarapanku..." suara teriakan suamiku mengagetkanku yang sedang menjemur pakaian dibelakang rumah.
Akupun berlari ke dalam menghampirinya...takut amarahnya akan lebih besar saat aku tak segera memenuhi panggilannya.
"Darimana saja kamu Aisyah...kenapa kau menhabaikanku..." hardik suamiku...
"Maaf mas...bukan maksudku srperti itu...aku hanya menjemur pakaian...sarapanmu sudah siap..." aku tetap tersenyum padanya meski dia tidak menggubrisku.
Tidak pernah jam menunjukkan pukul tujuh pagi dan suamiku sudah bangun seperti biasanya, kecuali aku selalu menyambutnya dengan senyuman yang lebih manis daripada indahnya pagi. Aku juga sudah menyiapkan bajunya, sarapan paginya, dan semua yang dia perlukan.
Kemudian aku mengucap do'a- do'a nan jujur,agar Allah menetapkan taufik kepadanya dihari itu. aku bersikapnseolah- olah tiada masalah yang terjadi antara diriku dan dirinya, dan seakan- akan dia tidak pernah menyakitiku sama sekali. Yang demikian itu bukan karena aku tidak memiliki perasaan seperti wanita lain pada umumnya, akan tetapi aku mengetahui bahwa diriku tak mampu berbicara kepada hatinya kecuali dengan kebaikan, membalas perlakuan buruknya dengan perlakuan yang lebih baik,membaguskan cara berinteraksi dengannya, mengucapkan kata- kata yang indah, tersenyum semanis mungkin yang seharusnya tidak pernah padam selamanya.
Aku menginginkan puncak perhatian matanya terjatuh pada pakaianku, keadaanku, dan rumahku. Din- sebelum segala hal adalah mu'amalah.
***
Aku berusaha mengingatkan suamiku akan agungnya kewajiban ini( kewajiban sholat subuh) disetiap kesempatan.
Aku melakukannya karena memenuhi perintah Allah, " dan ingatkanlah, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang- orang yang beriman"{Adz-dzariyat : 56}
Walau demikian,aku tetap belum berhasil membuka pembicaraan tentang sholat pada waktu apapun.
Apabila sudah tiba waktu sholat, dia bermalas - malasan untuk mengerjakannya, dan apabila iqomah sudah dikumandangkan, dia tetap tidak segera bangkit mengerjakannya...
"Sabaaar Aisyah....sabaaarrrr.