Mencoba mengatur pola detak jantung yang abstrak sambil melihat pemandangan diluar jendela, tanpa sadar aku larut dalam keheningan.
" Zatri ! kamu tiap kali duduk di pojok, kenapa suka melamun, sambil liat ke arah jendela ?. " Tanya Ani yang sangat Tiba-tiba.
Ah, lagi-lagi, Ani sadar kalau aku sedang melamun, secara alami entah kenapa aku sangat tenang menjelaskan ke Ani alasanku suka melamun sambil melihat ke arah jendela.
" Soal itu, mm... Rasanya asik aja, di posisi duduk yang ini, kadang aku suka berkhayal sesuatu yang aku impikan, sesuatu yang mungkin aku inginkan, dan berharap, suatu hari bisa jadi kenyataan." Ucapku.
Mendengar ucapanku, Ani terlihat kaget, aku memandang Ani, hembusan angin yang mengibaskan rambut indahnya yang menutupi wajah, samar-samar, terlihat senyuman di pipinya.
Dari kami berlima, yang turun terlebih dulu adalah Adam, rumah Adam masih terbilang dekat dengan sekolah, dengan waktu 10 menit sudah bisa sampai dirumah, sedangkan Aku, Ani, Nada, dan Ifah butuh waktu 45 menit untuk sampai di rumah.
Ternyata Nada dan Ifah bertetangga, dan turun lebih dulu dari Aku dan Ani, kini tersisa Aku dan Ani, kami berdua turun di pemberhentian terakhir.
Di pemberhentian terakhir, Ani lebih dulu turun, dan aku tepat dibelakangnya.
" Ini bang, 2 orang ya." Ucapku ke pengemudi Angkutan Umum.
Setelah membayar, untuk sepersekian Detik Ani terdiam.
" Ani, kamu mau naik becak ?. " Tanyaku.
" Mmm.. engga, aku mau jalan kaki aja bareng kamu." Ucap Ani dengan sedikit rasa cerianya.
Aku rasa, tadi Ani ingin naik Becak, karena lelah, dan belum lagi, matahari yang panas ini sangat menyengat, tapi tidak aku sangka, dia memilih jalan kaki, padahal terlihat jelas kalau Ani sudah letih.
" Kamu yakin, ga mau naik becak ? Kamu keliatan Capek. " Ucapku.
" He... Kamu kira aku ga sanggup jalan kaki ?." Tanya Ani dengan suaranya yang cempreng bercampur sedikit bumbu rasa kesal.
Eih, kenapa Ani malah kesal ya ? aku hanya khawatir dia tidak sanggup berjalan kaki.
" Bukan begitu Ani, Aku cuma khawatir kamu ga kuat Jalan kaki, soalnya kamu keliatan capek." Kataku.
" Zatri, sewaktu SMP dulu, aku pernah ikut PASKIBRA, panas-panasan, berdiri berjam-jam, dulu itu kulitku kucel, tapi masih kucelan kamu, wleee *meletkan lidah*. " Seru Ani.
" Terimakasih loh Ani atas pujiannya." Kataku.
" Bercanda Zatriiiiiiiii....Zatriiiii..
Bercanda!. " Ucap Ani dengan suaranya yang Cempreng dengan sedikit ngegas tapi manis.
" Dulu sewaktu SMP aku juga pernah ikut PASKIBRA, hal yang paling ga enak itu saat dihukum Makan Tulang." Seruku.
Obrolan yang terjalin padaku dan Ani, tanpa sadar, memperlambat langkah kaki kita untuk sampai kerumah, dan berharap obrolan ini tidak berakhir dengan cepat.
Bahkan bagiku sekarang, rasa panas matahari yang menyengatpun berubah menjadi sebuah kehangatan.
" Iya, itu parah tau, aku pernah gara-gara 1 temen ku salah, semua pada makan tulang, dulu aku ikut lomba PASKIBRA, itu tu nyesek banget tau Zatri, kita udah latihan tiap hari, panas-panasan, capek, pas di hari-H nya, itu temen ku, Roknya ke dodoran, jadi pas jalan di tempat, roknya merosot mulu, gimana ga kesel coba Zatri, makanya dari situ aku udah ga pernah mau ikut PASKIBRA, waktu itu juga aku di undang senior buat latihan lagi, aku nolak, bagiku udah cukup. "
Kata-kata Ani yang cukup panjang, aku memperhatikan setiap katanya, dia menceritakan kisah yang dia alami, keceriaan yang ada pada Ani, senyumannya, membuatku merasa ingin selalu berada di sampingnya.
" Waa, itu kalau aku jadi kamu, aku pasti marah, dan ngomel, kenapa rok barunya ga di coba dulu sebelum beli ? itu pasti temen kamu berfikir seperti ini Ani, dia beli rok barunya, ga dia coba dulu, pengen pamer rok baru, eh malah melorot." Ucapku dengan Intonasi yang sedikit mengejek Ani sambil memperagakan Rok yang melorot.
" Hahaha, Zatri ku colok mata kamu ya, Tapi emang bener sih, itu ngeselin banget, gagal karena 1 orang doang." Ucapan Ani yang terdengar begitu menyayangkan kejadian itu.
" Iya tapi dari kejadian itu kita belajar satu hal, kalau kerja sama team itu, bukan untuk kepentingan Pribadi, tapi kerja sama team, menyangkut orang lain juga, sebisa mungkin lakukan untuk kemenangan bersama, dan bukan untuk kemenangan sendiri." Kataku sambil mencoba menghibur Ani.
" Iya Zatri, Oiya, kamu ikut Organisasi apa ?." Tanya Ani sambil memperhatikan langkah kaki.
" Aku, ikut Basket, Taekwondo, terakhir Apresiasi Seni, kalau kamu Ani ?." Balik Tanyaku sambil menatap Mata Ani yang di ujung kelopak mata sebelah kanan dekat hidung terdapat tahi lalat yang kecil, bentuk mata yang sedikit sipit, bulu mata yang lentik, Hidung yang minimalis, Bibir yang tipis, lesung pipi kecil saat ia tersenyum, dan gigi gingsul seperti taring anak kucing yang mungil.
" Kalau aku ikut Jurnalistik, itu kamu ikut Basket emang bisa main basket ?. " Tanya Ani yang tidak begitu yakin dengan diriku ikut Organisasi Basket.
" Sebenarnya, Emang ga bisa main basket hehe, iseng aja ikut, buat nambah stamina, kalau aku sebenernya lebih ke Sepak Bola, aku juga ikut Sekolah Sepak Bola, aku juga udah sering ikut kompetisi, latihan di Senayan, terus pergi ke berbagai macam Stadion Bola, ya sebenarnya, aku punya mimpi jadi Pemain TIMNAS Sepak Bola, maka dari itu aku giat latihan juga, sehabis pulang sekolah, aku langsung pergi ke lapangan untuk latihan, kalau di daerah tangerang, aku latihan di Lapangan Suka Jati, tempat latihanku pindah-pindah, tergantung arahan Coach." Seruku sambil melipat tangan dan menaruhnya di belakang kepala.
Ah, dipersimpangan ini, aku harus berbelok ke kiri dan Ani harus berjalan lurus, nampaknya Obrolan kita hari ini, cukup sampai disini.
" Kalau begitu sampai ketemu besok ya Ani." Ucapku sambil melambaikan tangan.
Di persimpangan aku berbelok kiri karena arah rumahku yang mengharuskan ku berbelok, tapi, kenapa ? harum dari wanginya rambut Ani masih tercium.
" Kalau begitu semangat Zatri, semoga mimpi kamu bisa jadi kenyataan." Ucap Ani yang sambil menatapku sambil tersenyum.
Astaga, aku sungguh terkejut, kenapa Ani ikut berbelok ke kiri, seharusnya di persimpangan itu, dia lurus, kan ?.
" Ani, kenapa dipersimpangan itu kamu ga lurus ?." Tanyaku yang kebingungan.
" Kalau lewat sini aku juga masih bisa kerumah ku, Nanti aku belok kanan di jembatan itu." Jawab Ani dengan Intonasinya yang Ceria, sambil menunjuk jembatan yang dimaksud.
Entah mengapa ? aku merasa senang, walaupun hanya mencuri waktu beberapa menit, di setiap menit dan detik di samping Ani, aku sangaat..... merasa begitu bahagia, tapi disisi lain, aku tau, aku tidak pantas berada disamping Ani.