Nafas terengah, keringat menghujani tubuh, nafas yang sesak, tapi anehnya, kaki terasa masih ingin berlari di lapangan, dan entah kenapa aku merasa lega karena aku bisa duduk di bangku cadangan.
" Zatri, gimana, sudah tau kekurangan kamu apa ? " Tanya Coach Rinci dengan serius sambil menyilangkan tangan kebelakang badannya.
" Stamina saya masih kurang Coach, maaf gara-gara saya, musuh cetak 1
goal " Jawabku dengan rasa bersalah sambil menundukan kepala.
" Saya kira kamu sudah pintar, ternyata masih bodoh, sama bodohnya kayak Depril, kita kebobolan 1 Goal bukan karena kamu, tapi Karena Depril yang terlalu tengil." Ucap Coach Rinci.
" Tapi kalau saya bisa ambil bolanya dari musuh, kita ga akan kebobolan 1 goal Coach." Ujar ku.
" Inilah kamu, terlalu baik orangnya, setelah pertandingan babak pertama selesai, saya mau kamu masuk gantiin Depril, isi posisi Bang Andri nanti bang Andri saya posisi kan ke sayap kiri ( LWF ), karena ini hanya sparing latihan jadi saya bisa masukan siapa saja kelapangan, dan saya mau gunakan kesempatan ini untuk kamu bisa sadar kekurangan kamu, setelah kamu udah tau kekurangan kamu, kamu akan tau kelebihan kamu, kamu pengguna kaki kiri kan ? Harusnya kamu bisa lebih peka, gini, saya kasih petunjuk, performa kamu disaat tanding latihan bersama teman satu team 180 derajat berbanding terbalik pada saat kamu melawan musuh di SSB lain, itu petunjuk dari saya, kalau masih belum tau juga, terlalu bodoh kamu." Ucapan Coach Rinci yang tajam dan serius, membuatku berfikir, sebenarnya apa kekurangan ku.
Betul apa yang dikatakan Coach Rinci, padahal setiap aku latihan tanding dengan teman satu timku, rasanya aku benar-benar bertenaga, tapi kenapa disaat pertandingan penting, aku sangat lemah, aku merasakan tekanan yang tinggi, coba pikir lagi zatri...tekanan ya.. heeem... apa mungkin karena ?
" Coach, saya tau, kekurangan saya." Ucapku.
" Iya, apa kekurangan kamu ? " Tanya Coach Rinci dengan gaya tolak pinggang.
" Umm.. saya rasa, tekanan saat pertandingan yang penting, lebih besar, saya merasa tekanan yang membebani pikiran saya, karena saya takut jadi beban satu team, membuat team jadi kalah, dan saya selalu khawatir dengan keputusan saya saat di lapangan, saya jadi bermain tidak bebas karena beban pikiran yang saya rasakan." Ucapku dengan nada suara yang rendah.
" Good, betul, kamu itu kalau tanding dengan SSB lain, kamu kebanyakan mikir, juga bisa dibilang kamu demam panggung, saran saya alihkan pikiran kamu ke sesuatu yang buat kamu selalu semangat, misalnya, sekarang kamu ada perempuan yang kamu suka ga ? " Tanya Coach Rinci sambil menunjuk-nunjuk ke arah langit.
" Iya, umm.. ada Coach. " Jawabku dengan malu.
" Kalau begitu, mulai sekarang setiap kamu tanding di lapangan, bayangin kalau perempuan yang kamu suka itu, nonton kamu dan mendukung kamu." Ucap Coach Rinci dengan lepas.
" Oke, saya akan coba Coach." Kataku
" Terus, soal kelebihan kamu, kamu sudah tau ?. " Tanya Coach Rinci sambil menyilangkan tangan ke depan perut.
" Mungkin kelebihan saya, lari sprint saya cepat." Jawabku sambil menggaruk pipi.
" Kalau itu saya udah tau, karena itu saya geber latihan kaki kamu supaya bisa cepat, selain itu ada ga yang kamu sadari kelebihan kamu ? " Tanya Coach sambil memegang botol air minum.
" Gatau si Coach, cuma pada saat di lapangan tadi, posisi Stoper yang Coach kasih ke saya, saya ngrasa jadi bisa baca arah gerakan bola yang dipegang musuh, terus saya ngerasa saya ga pernah di awasi musuh, sedangkan yang lain selalu di jaga ketat, di man to man marking sama musuh." Jawabku.
" Nah itu tau, giliran saya suruh isi bensin Premium malah di isiin Pertamax, pake alesan milih Pertamax karena kamu suka warna biru, padahal bilang aja kamu gatau mana yang Premium sama mana yang Pertamax, bodohnya masih nempel dikepala, saya sengaja di sparing ini saya mau benar-benar kamu sadar akan kekurangan dan kelebihan kamu di lapangan, kamu sekarang sudah tau kekurangan dan kelebihan kamu, dan karena kelebihan kamu itu, saya kasih julukan kamu si KERETA MALAM, coba saya tanya Cahyo, kamu waktu tanding latihan sama Zatri, kamu jadi musuh dia, gimana rasanya ? " Ucap Coach Rinci dengan Guyonan nada yang lucu bercampur ledekan, dan sambil menanyakan Cahyo yang ada di sampingku.
" Ni ya Coach kalau menurut saya Zatri itu kadang suka tiba-tiba datang entah itu motong umpan bola, atau ngerebut bola, suka bikin kaget orang, apa ya ? kayak hantu aja bang tiba-tiba muncul, terus kalau udah adu sprint susah buat ngejar Zatri mesti tarik bajunya kalau engga di tackle." Ucap Cahyo sambil menggoyangkan kakinya seperti menginjak bass pada Drum.
" Dan satu lagi, kamu sadar ga Zatri ? sewaktu kamu ngasih umpan ke Ari kamu tendang bolanya pake kaki kanan loh dan bukan kaki kiri yang biasa kamu pakai, karena itu Ari bisa cetak Goal dan kamu dapat 1 Assist, pokoknya kamu pikirin lagi nanti untuk babak ke Dua, hilangin rasa Demam Panggung kamu, ingat saran saya, coba banyangkan Perempuan yang kamu suka nonton kamu dan mensupport kamu, sisanya saya harap kamu bisa ngasih kejutan, kalau sampai mainnya masih kacau juga, saya kasih kamu hadiah latihan fisik seminggu." Ujar Coach Rinci yang mempercayakan diriku untuk bisa bermain lebih baik di lapangan.
Aku duduk dan memperhatikan pertandingan dari bangku cadangan, sambil berfikir dan mencari cara, apa yang akan aku lakukan nanti saat dilapangan ? Yang pertama aku harus coba membayangkan, uhh Ani... Maaf ya Ani, aku harus membayangkan kamu, kalau dia tau, dia pasti akan merasa jijik, tapi sungguh, kalau melihat kamu senyum, aku merasa bersemangat.
Memejamkan mata, perlahan terbentuk ingatan saat Ani tersenyum, dan saat pulang sekolah bersama, begitu indah, terimakasih Ani, kamu membakar semangatku, di babak kedua nanti, aku akan membuktikan, kalau aku bisa, dan aku bukan beban dalam satu team.
Pertandingan terlihat sangat sengit, man to man marking ketat yang dilakukan musuh, sungguh sulit untuk melakukan umpan, pertahanan yang kuat dan sepertinya musuh menggunakan strategi serang balik atau Counter Attack.
" Coach, kalau dari yang saya lihat dari sini, musuh pakai strategi Serangan Balik." Ucapku ke Coach Rinci.
" Iya, betul, pengamatan kamu tajam juga ya, maka dari itu di babak ke 2 nanti, kamu harus buat celah untuk temen-temen kamu, dan buat musuh supaya ga bisa melakukan serangan balik." Ujar Coach Rinci sambil mengarahkan Botol minum kepadaku.
Sepertinya, aku memiliki rencana untuk babak ke 2 nanti, entahlah, aku masih berfikir samar, tapi jika berhasil, ini akan sangat membantu teman satu team.