Pertandingan telah selesai, kami melakukan jabat tangan antar SSB untuk saling menghormati dan menjunjung tinggi Sportifitas.
Team ku mendapatkan hasil yang memuaskan, walaupun banyak yang harus dilakukan dan ditingkatkan, Goal pertama yang aku buat dipertandingan penting seperti ini, membuatku sangat senang, karena selama ini aku selalu di bangku cadangan saat ada pertandingan entah itu Sparing antar SSB lain maupun di Liga Cup, dan banyak juga dari teman Satu teamku yang meremehkan aku.
Coach Rinci mulai menyuruh yang lain untuk berkumpul melakukan Evaluasi, dari pertandingan tadi, aku juga harus meningkatkan lagi stamina dan kontrol bola, juga tendangan finishing ke gawang lawan, aku hanya beruntung tendangan yang ku arahkan membentur tiang dalam.
" Kita beri tepuk tangan dulu ke si Kereta Malam yang sudah nemuin jati dirinya dilapangan." Ucap Coach Rinci sambil bertepuk tangan.
*PRAAK PRAAK PRAAK*
Melihat yang lain memberiku tepuk tangan, aku menjadi sangat malu, ahh aku tidak menyangka akan bisa seperti ini, akan tetapi ada yang menyelipkan kata saat tepuk tangan berlangsung.
" Elaaah, Hoki aja itu mah, ngapain dikasih tepuk tangan." Ujar Depril.
Mendengar perkataan Depril, aku tau apa yang dia bilang itu benar, aku hanya beruntung bisa mencetak Goal, tapi Aredho, bang Andri, Ical, Ari, dan Coach Rinci tidak sependapat dengan Depril.
" Ya daripada Depril, ada kontribusinya ga di lapangan tadi ? " Ucap Bang Andri.
" Tapi tadi Zatri emang On Fire dilapangan, engga seperti yang dulu-dulu kalau lawan SSB lain, jujur, kalau bukan karena Zatri di lapangan, kita bisa aja kalah lawan SSB CIPTA RAYA." Ucap Aredho.
" Nah iya tuh, Saya juga kaget Coach itu kok Zatri bisa kayak begitu, itu musuh pada kayak engga sadar sama kedatangan Zatri sewaktu rebut bola." Ucap Ical.
" Umpan lambungnya juga engga kalah cantik sama Aredho waktu Zatri ngasih umpan lambung ke saya." Ucap Ari.
" Jadi kalian tau mana yang Tong kosong bunyi nyaringnya, Udah jelas-jelas Man of the Match kali ini, itu Zatri, kamu kalau gamau kesaing sama Zatri latihan yang bener Depril, udah latihan jarang-jarang, ketemu saya lagi ngerokok, main udah belagak macam Leonel Messi." Ucap Coach Rinci.
Tapi anehnya Depril tetap tidak terima, merasa kalau aku adalah pecundang, dan dia yang paling hebat, bahkan dia menantang tanding untuk membuktikan kalau Aku tetaplah pecundang.
" Gini aja Coach, Minggu depan saya mau ada tanding latihan lawan Zatri, saya mau team saya nanti itu, Ical ( AMF ), Aredho ( CMF ), Fahmi ( CF ), Josh ( CB ), Edo ( LWB ), Dayat ( GK ), Ikhsan ( RWB ), Ilham ( RWF ), Rio ( CB ) sama Amin ( SS ). " Ujar Depril.
Medengar Depril menantang diriku, dengan team yang dia pilih, aku rasa itu akan sangat berat, karena Ical dan Aredho yang bisa bermain sebagai Gelandang tengah yang handal, aku rasa aku takkan bisa mengalahkan mereka.
" Gimana Zatri, berani ga ? " Tanya Depril.
Aku hanya diam, dan berfikir haruskah aku terima tantangan Depril, atau...
" Okee ! Saya terima tantangan kamu Depril." Ucap Coach Rinci sambil menunjuk muka Depril.
Loh.. kenapa Coach yang mengiyakan.. astaga padahal aku belum bilang ' Iya '. Uhhh... Pasti Coach sengaja, pasti, sudah tidak heran saya Coach, haih.
" Tapi dipertandingan nanti, saya juga ikut main dan di team Zatri, gimana berani ga Depril ? " Ucap Coach Rinci.
" Okee, siapa takut, yang lain gimana ? " Tanya Depril.
Aredho dan Ical merasa keberatan karena pemilihan team yang mereka rasa kurang adil, tapi disatu sisi mereka juga penasaran untuk melawan Coach Rinci yang dulu pernah menjadi Timnas dan melawan negara Jepang.
" Soal Team, engga masalah, masih ada saya dan Andri yang ada di lini tengah, masih ada Ajid yang jadi Striker, masih ada Ari di sayap kanan, jadi bagi saya Fair Fair aja." Ucap Coach Rinci dengan santai.
" Okee, Deal ya Coach ?." Ujar Depril.
Ahhh.. ini aneh, kenapa jadi mereka berdua yang saling lempar tantangan, padahal dari awal tantangannya tertuju kepadaku, aku hanya menggaruk kepala karena heran dengan mereka berdua.
" Zatri, gimana ? Diem aja, takut kamu ? Laki-laki bukan ? Di tantangin sama Depril yang perutnya Cacingan masa takut." Ujar Coach Rinci.
Terpaksa aku menerima tantangan dari Depril, entahlah hasilnya akan seperti apa minggu depan nanti.
" Okay, saya terima tantangan Depril." Ucapku.
" Yang kalah traktir yang menang Es kelapa Ijo mba Siwi ya." Ucap Depril sambil memberikan jabat tangan.
" Okeeeh ! Deal Es Kelapa Ijo Mba Siwi ya" Ucap Coach Rinci dengan sigap dan menerima Jabat tangan Depril.
Kalau begini sih, namanya mereka berdua yang membuat tantangan, haih, aku tau Es Kelapa Ijo Mba Siwi itu enak, tapi apa harus seperti ini, Haaaah .... Aku hanya bisa menghela nafas sambil menggaruk kepala.
Minggu depan latihan Tanding dengan Team Depril dengan List pemain,
Dayat ( GK ), Edo ( LWB ), Josh ( CB ), Rio ( CB ), Ikhsan ( RWB ), Aredho ( CMF ), Depril ( LWF ), Ical ( AMF ), Ilham ( RWF ), Amin ( SS ), Fahmi ( CF ).
Dan Teamku adalah, Ahmad ( GK ), Cahyo ( CB ), Haris ( CB ), Billy ( LWB ), Reza ( RWB ), Coach Rinci ( CMF ), Bang Andri ( LWF ), Ari ( RWF ), Agung ( CMF ), Ajid ( CF ), dan Aku ( Stoper ).
Sebenarnya, aku sudah terbiasa, diremehkan, di anggap lemah, tidak berguna dalam team, karena yang lain lebih lama berada di sekolah Sepak Bola, aku baru bergabung saat berada di kelas satu SMP sedangkan yang lain sudah dari umur 7 sampai 9 tahun, aku tidak punya tujuan ataupun cita-cita sebagai pemain Bola di awal aku berbagung Sekolah Sepak Bola.
Tapi satu hal yang aku tau, saat berlari di rumput lapangan yang Hijau sambil menggiring Bola dengan Aroma daun yang basah, aku merasa sangat tenang dan entah kenapa aku menikmatinya, aku ingat sewaktu Coach Rinci memperkenalkan aku dengan yang lain, Anak baru yang masih Amatir, tidak becus menggiring bola, tidak becus melakukan Passing, tidak becus dalam segala hal.
Hingga suatu hari aku diberitau Coach Rinci ' Kamu anak baru, kamu payah banget, Ga ada bakat buat main Sepak Bola, kamu yakin, mau lanjut Sekolah Sepak Bola ? ' mendengar perkataan Coach waktu itu, membuatku sangat terpukul.
Tapi bagiku, cukup aku merasakan sesuatu hal yang membuatku tenang dan selagi aku menikmatinya, aku tidak merasa keberatan jika memang tidak berbakat, jadi kujawab saja pertanyaan Coach waktu itu ' Iya, saya masih lanjut Coach, karena saya menikmati bermain bola dilapangan. ' jawaban sederhana hanya itu yang bisa aku berikan.
Seiring berjalannya waktu, aku sadar bahwa permainan Sepak Bola bukan permainan Individu.
Di antara kami memiliki alasan masing-masing kenapa masuk Sekolah Sepak Bola, aku yang hanya memiliki alasan sederhana, malah menjadi penghalang bagi mereka yang memiliki alasan yang lebih penting, dan menjadi tujuan mereka untuk Bermain Sepak Bola, meraih kemenangan, menjadi kuat, menjadi Populer, yang paling teratas adalah menjadi pemain Timnas Indonesia Garuda Muda.
Maka dari itu, setidaknya aku tidak ingin menyusahkan mereka, menjadi beban mereka, 1 bulan saat bersekolah Sepak Bola, aku bertanya ke Coach Rinci ' Coach, apa boleh porsi latihan saya ditambah, bukan hanya Jumat dan Minggu, tapi di hari lain juga, supaya saya engga terlalu membebani yang lain ' mendengar perkataanku Coach terlihat menyeringai, dan langsung menyetujui permintaanku.