Chereads / This Note And Words Tanda tanya(?) / Chapter 20 - HIDUP BUKAN SEPERTI MIE INSTAN

Chapter 20 - HIDUP BUKAN SEPERTI MIE INSTAN

" Oke, kalau begitu jadwal latihan kamu saya tambah, siap-siap ya, semoga.. kamu engga kapok " ucap Coach Rinci dengan mantap sambil menatap tajam diriku.

Dan dari situlah, latihan yang sangat berat aku rasakan, sesak di dada menjadi sebuah makanan disetiap latihan yang dijalankan.

Saat pertama kali merasakan porsi latihan yang Coach Rinci berikan, di bukit tempat yang tidak jauh dari lapangan Istora Senayan, disana aku dikejutkan yang membuat semua otot, tulang, dan pernafasan seperti ingin berteriak memohon ampun.

Berkali-kali aku memuntahkan sarapan pagi yang ku santap, 2 liter air minum yang habis sekali teguk, bergetarnya kaki yang sudah tidak sanggup berdiri, terlintas dipikiran ' Latihan ini... kenapa sangat menyiksa ? '

Tinggi bukit hanya 3 meter, berlari mendaki lalu menuruni bukit selama 15 menit tanpa henti, dilanjutkan dengan berjalan jongkok mendaki dan menuruni bukit selama 5 menit tanpa henti, setelah itu berlari joging mengelilingi stadion Gelora Bung Karno dalam 15 menit harus mendapatkan 4 putaran, dan di sesi terakhir.

Coach Rinci membuat pembatas segi empat berjarak 10 Meter dikali 10 Meter disetiap sudut harus melakukan hal yang berbeda.

Dimulai dari Sudut pertama, Push Up 15 kali, kemudian lanjut berlari ke sudut yang ke-2 berhenti dan melakukan Squad Jump 15 kali, setelah itu berlari ke sudut yang ke-3 berhenti dan melakukan Sit Up 15 kali, dan yang terakhir berlari ke sudut 4 kemudian berlari Sprint ke Sudut pertama, semua di lakukan sampai 3 kali perputaran.

Ditambah dengan teriakan Coach Rinci saat latihan berlangsung, ' ZATRI !! Bangun ! ' , ' ZATRI !! Tambah kecepatan..! ' , ' ZATRI !! Ayo ! Jangan kayak BANCI !! ' , ' ZATRI !! Mana yang katanya minta latihan tambahan, baru segini udah lemes, CEMEN !! '.

Jantung yang berdetak sangat cepat, nafas yang terengah-engah, sambil membentangkan badan di rumput yang hijau, memandang langit yang cerah, keringat yang sudah seperti air hujan, bahkan sempat terasa air keringat yang asin jatuh ke mulut disaat sesi latihan dijalankan, karena rasa haus yang tidak tertahankan, rasa kepala yang ingin menyamakan fenomena dari gunung berapi yang mengeluarkan abu vulkanik.

Setelah semua sesi latihan selesai di sore hari, Coach Rinci yang sedang menduduki bola bertanya sambil menyeringai kepada diriku yang sedang tersungkur menikmati pemandangan langit " Gimana ? Enak ? Kapok engga ? ".

Mendengar pertanyaan itu... Aku tertawa dengan nafas yang masih sesak dan menjawab..

" Gilaa.. ! ".

" Kenapa ? Kamu udah gila ? Baru segini, ah.. cemen. " Ucap Coach Rinci yang kegirangan.

Setelah itu Coach Rinci mengajak 'ku masuk ke dalam Stadion Gelora Bung Karno pada saat itu Stadion di buka karena Timnas U-23 sedang menjalani sesi latihan, begitu masuk kedalam Stadion Gelora Bung Karno tepat di lapangan hijau yang indah, aku bisa melihat betapa megahnya Stadion Gelora Bung Karno, ini sungguh pengalaman yang luar biasa.

Terlihat juga para pemain Timnas U-23 yang baru selesai melakukan sesi latihan, dan ada beberapa pemain Timnas indonesia yang aku tau, ada disini, Otto Maniani, Zulkifli Syukur, Irfan Bachdim, sisanya aku belum tau nama-nama mereka.

" Zatri, liat dia, dia... namanya Andik Vermansyah, dulu saya jadi pelatih fisiknya dia, lari sprint dia sekarang udah setara Theo Wallcott pemain di Arsenal." Ucap Coach Rinci sambil menunjuk pemain tersebut dengan rasa bangga.

" Itu betulan anak didik Coach ? " Tanyaku sambil menggarukan kepala.

" yeh, ga percaya, kamu liat nanti ya. " Seru Coach Rinci.

Setelah 15 menit para pemain selesai melakukan Cooling down atau pemanasan kecil untuk meredakan otot-otot yang tegang, tiba-tiba Andik Virmansyah menghampiri Coach Rinci dan bersaliman dengan Coach Rinci disaat itu juga Coach Rinci menunjuk-nunjuk Andik Virmansyah.

Mereka berdua berbincang, Coach Rinci juga sempat membicarakan ada anak yang sombong minta di tambah porsi latihannya.

" Andik, ini kamu punya ade yang sama gilanya kayak kamu, nantangin buat ditambah porsi latihannya." Ucap Coach Rinci dengan nada tinggi.

" saya minta ditambah Coach, bukan nantangin. " Kataku untuk meluruskan yang sebenarnya.

" yang penting jangan nyerah " Ucap Andik Virmansyah sambil mengacungkan Ibu jarinya.

Aku, Coach Rinci, dan Bang Andri sebelum kembali pulang, kami berfoto dengan banyak pemain Timnas U-23, entahlah, tujuan 'ku bermain Sepak Bola ?

Saat diperjalanan di dalam Bus, Coach bercerita, bahwa, kalau kita mempunyai sebuah impian, apakah impian itu mau kamu raih atau engga, kamu juga harus tau untuk meraih impian itu butuh perjuangan, nanti ada saatnya kamu jatuh, dan kamu bingung untuk tetap raih impian kamu, atau mengubur impian kamu, semua butuh proses, dan ga ada yang instan, Hidup itu bukan seperti Mie Instan, dan satu hal yang harus dipunya.. Tekad yang kuat.

Dari cerita itu, aku mulai untuk rmeraih impianku, menjadi pemain Timnas Indonesia.