Chereads / This Note And Words Tanda tanya(?) / Chapter 12 - Bunga yang tumbuh.

Chapter 12 - Bunga yang tumbuh.

Sambil menunggu jam bel pulang berbunyi, kami bertujuh memulai lagi game ini.

" HOMPIMPA ALAIUM GAMBRENG. " Komat kamit kami bertujuh.

Kali ini yang menjadi aktornya adalah Febi, dan yang menentukan Tokohnya adalah Dhita.

" Oke, Udah aku tulis ya. " Ucap Dhita dengan suaranya yang cempreng seperti Toa.

Rasanya ada yang aneh, ah, apa ya ? Hmm... ya benar, kelas sebelah terasa sangat hening, padahal sebelumnya, suara-suara gosip mereka bisa terdengar, mungkin mereka sedang berhadapan dengan guru yang tegas, maka dari itu mereka sangat hening.

Oke, kami bertujuh memulai permainannya.

" Saya dari majalah 'MAS BOY', Ingin bertanya, apa motivasi anda memotivasi orang lain ?. " Tanya Hari.

" Huh ? Gimana-gimana ? Apa motivasi saya memotivasi orang lain ? Mmm... menurut saya memotivasi orang lain adalah hal yang baik, dan dengan kita memotivasi orang lain tanpa sadar kita juga memotivasi diri kita sendri." Jawab Febi dengan kata-kata bijaknya.

Setelah aku mendengar Febi berbicara, jika dari dekat, Suara Febi mengandung sedikit campuran Unsur Bass dalam suaranya yang membuat dia terdengar sedikit Macho, Mungil, Berkacamata, dan suara yang mengandung sedikit campuran Unsur Bass, sungguh, begitu Unik.

" Saya dari majalah ' JANGAN DIBACA ', Ingin bertanya, kenapa di setiap acara, anda selalu mengatakan ' Sahabat-sahabat Superku ' ?. " Tanya ku.

" Mmm .. karena saya mau sahabat-sahabat saya itu super, macam Superman, ooohh.. aku tau.. aku siapa, wooohoo, aye, Yeay. " Jawab Febi dengan girang dan berjoget ala disco 90an.

" Aku udah boleh jawab belum ?. " Tanya Febi.

" Iya, boleh Feb. " Jawab Dhita.

Dengan suasana yang hening, kami bertujuh menunggu jawaban dari Febi.

" Jawabannya.. A...ku.... A.....da...lah Bapak Mario Teguh, Yeaay, Sahabat-Sahabat Superku yang saya Cintai, hendaknya jika engkau sedang berjuang lakukan dengan tun..tas." Ucap Febi yang girang dan meniru suara dari Bapak Mario Teguh.

Astaga, sungguh, aku terkejut, mendengar Febi menirukan suara Bapak Mario Teguh, suara yang ditirukan 45% mirip dengan aslinya, perutku rasanya sangat geli, bahkan semua yang ada dikelas ini pun tertawa ' HAHAHAHA! ' tapi yup, betul, Tokoh yang Febi perankan adalah ' Bapak MARIO TEGUH '.

" DREK DREK DREK !. "

Waduh, gawat, sekarang kelas sebelah yang menggedor pembatas kelas yang seperti gerbang toko Mall Mangga Dua.

Akhirnya, kami bertujuh dengan Kecepatan Kuda bertenaga Onta, kembali ke alam masing-masing, ah, maksudku, kami kembali ke tempat duduk masing-masing, dan benar saja, dari luar terdengar langkah sepatu ' Kletek Kletek Kletek Kletek Kletek ', pintu yang mulai terbuka dari luar ' Jeklek '.

" Pelajaran siapa kalian sekarang ? Ketua kelasnya siapa ?." Tanya Sesosok Ibu Guru yang berumur 50an menggunakan Hijab segitiga, berkacamata, sepatu high heels 2 cm.

" umm...umm...umm... Saya bu." Jawab Adam.

" Umm.. Haa...umm..ha..umm.. Kamu Aziz gagap ? Kenapa kalian pada berisik ? kamu, Ketua kelas, panggil gurunya." Seru Ibu Guru misterius itu.

" Maaf Bu, sebenarnya kita tadi sudah belajar, tapi karena kami semua belum punya Buku Latihan dan Buku Besar, jadi pelajaran kami selesai lebih cepat setengah jam dari jadwal yang ditentukan." Seru Ku.

" Ya selesai, tapi jangan berisik, ketawa kalian itu kedengeran sampai sebelah. " Ucap Ibu Guru itu.

Kali ini aku harus berhati-hati dengan refleks Lisanku, agar tidak sembarangan berbicara, karena tekanan yang ada pada guru ini, sama dengan Bapak Ingan, bisa berbahaya jika aku salah bicara.

" Sudah, jangan berisik, duduk yang tenang, tunggu bel pulang, awas, kalau saya dengar kelas ini berisik lagi, tak Solatip congor mu." Ucap Ibu Guru itu dengan logat jawanya yang kental.

Akhirnya guru itu pergi, dan kami mengheningkan Cipta disisa waktu yang ada, menurutku, Guru itu, benar-benar berani, bukan hanya menggedor pembatas kelas, tapi langsung mendatangi sumber kegaduhan, padahal Bapak Ingan saja hanya menggedor pembatas kelas, dan tidak mendatangi sumber kegaduhannya.

*KRIIIIIING.....KRIIIING...KRIIING....*

Mengeheningkan Cipta selesai, sungguh entah kenapa bel di jam pulang, terdengar begitu indah bagi murid-murid yang menantikannya, apakah kalian juga merasa seperti itu ?.

Ramai sekali, seperti berada di pasar Tradisional, beberapa dari murid-murid yang dikelas ku, menaiki kendaraan motor, dan beberapa diantaranya menaiki Angkutan Umum.

Di pangkalan Angkot, kali ini aku bukan hanya bersama Ani, akan tetapi, ada Adam, Luqyana Qatrun Nada, Latifatun Nikmah.

Aku duduk di sudut pojok, dan Ani tepat disebelahku, aku berfikir dan ngin memastikan, apakah ini hanya sekedar rasa yang lewat sementara, atau aku memang benar-benar menyukai Ani, Rambutnya, begitu harum.

*Breemm...*

Mobil yang tiba-tiba menancap gas, membuat Ani terdorong dan jatuh tepat di badanku, astaga, aku mohon, detak jantungku.

*DEG.. DEG.....DEG....DEG...*

Rasanya aku benar-benar tidak kuat menahan Keindahan yang aneh ini, seketika aku merasa waktu berhenti sejenak, dan memandang Ani di pelukanku, Rambutnya yang harum, tangannya yang begitu lembut, dan kulitnya yang putih, benar-benar sangat berlawanan denganku, aku merasa seperti ingin selalu menjaganya, tapi disatu sisi aku tau, aku tidak pantas berada di sampingnya.

" Ah, Maaf Ani. " Ucapku.

" Harusnya aku yang minta maaf, Abang pengemudinya ga jelas." Kata Ani.

Waktu kembali berjalan, tapi detak jantungku masih ber irama dengan Abstrak, di dalam perjalanan kami berlima mengobrol, Latifatun Nikmah dia sering di panggil Ifah, ternyata dia juga pernah satu Sekolah dengan Ani dan Aku sewaktu di Sekolah Dasar, Luqyana biasa dipanggil Nada, terlihat pendiam dan tidak banyak bicara.

Resiko sekolah di pagi hari, disaat pulang, panasnya matahari yang menyengat di dalam Angkutan Umum, yang bercampur dengan Asap-asap kendaraan, sungguh tidak menyenangkan.

Tidak banyak hal yang aku bicarakan bersama Ani saat di Angkutan Umum, aku merasa sangat gugup, padahal dalam hati aku ingin menanyakan beberapa hal, tapi entah kenapa suaraku tidak keluar dan hanya terdiam di dalam pikiran, dan baru bisa berbicara disaat Ani mengajakku berbicara, ah dasar bodoh.

Sejujurnya, aku memang tidak berpengalaman dalam hal Cinta, tidak seperti laki-laki lain yang begitu mudah mengajak bicara seorang Gadis, sedangkan aku, selalu terpujur kaku saat aku berada dekat dengan gadis yang aku sayangi, dan karena itu juga aku sering di anggap sebgai laki-laki yang dingin.

Sungguh aku ingin sekali merubah sifat canggung ku ini, tapi aku tidak tau bagaimana caranya, bahkan sewaktu aku menjalani Cinta Pertama ku di SMP, karena aku selalu diam jika tidak ditanya, ada orang yang memanfaatkan hal tersebut dan bilang kalau aku sudah bosan dengan Gadis itu, padahal kenyataannya, aku hanya tidak sanggup berbicara, entah karena memang aku gugup atau Canggung, atau apapun itu, karena sungguh dalam hati, begitu banyak hal yang ingin aku katakan, hanya saja, aku tidak bisa mengutarakannya, aku menjadi orang yang sangat membosankan dan dingin di hadapan Seorang Gadis yang Aku Cinta.