Chereads / Sisi Gelap Rani / Chapter 2 - 2. Rani yang polos

Chapter 2 - 2. Rani yang polos

Setelah makan dan ngobrol sebentar kak alin mengajakku ke pusat perbelanjaan, disana berjejer alat perlengkapan dapur, semua ada dan harga menurut ku sangat mahal-mahal, aku takut membeli karena uang yang aku punya benar-benar nggak mencukupi, pantas saja tadi kak alin menertawakan aku.

"Ayo Rani kamu mau yang mana, ini bagus nich magic com nya,"

"Nggak jadi lah kak, ini mahal-mahal banget, saya nggak punya uang sebanyak itu, kapan-kapan saja saya beli kak, biar nanti saya minta tolong sama Bulik saya nemanin"

"Apa kamu lupa Rani, tadi kakak bilang kakak yang akan bayarin semuanya? Okey, ini kak alin ambil yang warna merah hati ya, kayaknya kamu suka dengan yang ini, kakak perhatikan dari tadi kamu nengokin terus magic com ini"

"Beneran kakak ini buat saya, tapi ini mahal banget kak"

"Sssttt .., sudah jangan banyak cakap ayo kita cari pramuniaganya"

Setelah pramuniaga memberikan nota pembayaran dan menunjukan alamat kasir, kami bergegas pergi ke kasir untuk membayar nya.

Kak alin membayar dengan kartu yang di gesekkan ke mesin, dari tadi aku tengok kak alin nggak pernah membayar dengan uang, tapi cukup dengan kartu yang digesek, apa kayak gini ya kalau orang kaya membayar semua belanjaan.

"Rani kamu mau beli apa lagi untuk ibumu, tapi menurut kak alin kamu tak usah repot-repot beli peralatan dapur untuk ibu, nanti repot kamu maketinnya, mending kamu kirim uang buat ibumu beli sendiri"

"Maaf kak, kami tinggal di kampung jauh dari kota, dan seandainya saya kirim uang buat beli barang keperluan pasti ibu Rani nggak mau belikan, katanya sayang uangnya mending di tabung buat biaya sekolah adik-adik"

"Ooo.., jadi begitu ya, okey kalau begitu kita cari lagi keperluan dapur yang lainnya, kompor gas misalnya"

"Sudah kak ini sudah cukup, ibu saya masak pake tungku kayu jadi nggak memerlukan kompor gas, saya beli magic com ini biar ibu bisa menghemat waktu masak buat bikin sarapan, sebab biasanya sehabis ibu memasak buat bekal adik-adik saya di sekolah, ibu langsung ke sawah,"

"Okey kalau gitu sekarang kita belanja buat kamu, kamu mau apa Rani, tas, sepatu, alat kosmetik, baju atau apa?"

"Nggak usah kak ini saja sudah cukup buat saya, baiknya kita pulang saja kak saya sudah lelah"

"Sebelum pulang kita mampir minum ya, disana ada es krim enak banget, dan kamu harus mencoba, kakak yakin kamu akan ketagihan es krimnya"

Sampai di stand es krim, kembali kak alin mengajak ngobrol, dia menanyakan sekolahku, cita-citaku, dan kak alin menyarankan aku melanjutkan sekolah, nanti kak alin yang akan atur jadwal kerja dan jadwal sekolahku, dan kak alin juga akan mendaftarkan aku ke les online.

"Bagai mana Rani apa kamu mau sekolah lagi?"

"Tapi kak, bagaimana biayanya, dan saya sekolah dimana?"

"Soal biaya tak usah kamu pikirkan, nanti kakak yang bayarin semua, kamu harus maju Rani, kamu harus punya pendidikan tinggi, apa kamu mau kehidupanmu hanya gini-gini saja, saat ini kamu jadi waiters kamu harus punya impian, besok kamu harus bisa lebih dari sekedar waiters, bukankah katanya cita-cita mu menjadi seorang guru? nanti setelah kita pulang, kakak mau nengok nilai-nilai hasil belajarmu, agar kakak bisa menentukan kamu bagusnya sekolah dimana,"

Aku hanya diam dan menuruti kata-kata kak alin, dalam hatiku aku sangat bahagia, aku bisa bertemu dengan sosok kak alin, yang baik, sabar, penyayang dan sangat keibuan, aku tidak bisa berfikir apapun, aku hanya bahagia dan bahagia, sungguh kak alin adalah dewa penolongku saat ini, terbayang dimataku, aku akan sekolah, aku kuliah, aku jadi guru, oh .., pasti orang tuaku sangat bangga kepadaku nanti.

Hari yang dinanti kini tiba, kak alin mengajakku untuk mendaftar ke sekolah menengah atas swasta yang nota bene itu adalah sekolah orang-orang kaya, aku takut dan merasa minder dengan pilihan sekolah yang kak alin berikan untukku, aku hanyalah orang kampung, meski kata kak alin dilihat dari nilai-nilai ijazahku aku bisa mengikuti KBM ( kegiatan belajar mengajar ) di sekolah ini, namun dengan keadaanku yang hanya seorang waiters apa aku bisa memiliki mental untuk sekolah di sekolah se bonafid ini?, namun kak alin menegaskan aku bahwa aku bisa dan pasti mampu sekolah disini, kak alin juga katanya akan menyiapkan supir pribadi untukku, ooowh sungguh, sungguh kak alin adalah malaikat ku, dia sangat baik, rasanya aku ingin langsung bersujud syukur.

Alhamdulillah setelah menjalani serangkaian test aku diterima di sekolah ini, aku bahagia, dan kak alin juga nampak lebih bahagia, sungguh ini bagaikan mimpi indah buatku, aku mencubit tanganku untuk meyakinkan apakah ini mimpi atau nyata, aww.., ternyata sakit, berarti ini nyata, ya .., ini nyata, besok aku sekolah oh Tuhan .., aku nggak menyangka aku bisa sekolah sambil kerja, terimakasih tuhan terima kasih atas karunia-Mu untukku, besok aku akan cerita sama ibu dan bapak bahwa disini aku punya kakak angkat yang sangat baik dan mau menyekolahkan aku.

Pulang dari mendaftar kak alin mengajakku ke mall, kami langsung masuk ke konter hp, kak alin membeli hp keluaran terbaru, seumur hidupku aku baru melihat hp yang apabila layarnya di sentuh muncul beberapa aplikasi, tinggal tutul, tutul diatas layar kita bisa menulis, keren .., keren, ini sungguh keren, aku menatap hp di tangan penjual dengan sangat takjub, tiba-tiba kak alin menatapku sambil memeluk pundakku,

"Bagaimana Rani menurutmu apakah hp ini bagus"

"Bagus sangat bagus kak"

"Apa kamu suka?"

"Maksud kak alin? Suka .., suka bagaimana kak"

"Duh Rani adikku yang polos, ini kak alin belikan hp ini buatmu, apa kamu suka"

Mataku langsung membulat sempurna, benar-benar merasa tak percaya dengan kejutan demi kejutan yang kak alin berikan kepadaku, jantungku berdebar, kuberanikan menatap wajah kak alin, kuberanikan menatap mata kak alin, aku mencari jawab kenapa kak alin bisa sebaik ini terhadapku, sedang kita baru saling mengenal, aku mengenal kak alin sebagai manager, kak alin mengenal aku hanya sebagai waiters baru, waiters yang umurnya paling kecil di kafe tempat ku bekerja, benarkah kak alin menganggapku hanya sekedar adik, kalau iya kenapa kak alin bisa sebaik ini, sedang kakak ibuku di kampung, yang kaya raya aja nggak pernah ngasih apa-apa sama ibukku, bahkan kalau kami kesana kakak ibuku memandang kami dengan sorot mata jijik dan penuh rasa malu, seakan kemiskinan ibukku adalah sebuah aib bagi keluarga pamanku,.

"Kenapa Rani, kenapa kamu menatap penuh curiga kepada kakak, apakah sikap kakak terhadap Rani sangat berlebihan"

"Iya kak, apakah ini tidak berlebihan, terus bagaimana nanti rani membalas semua kebaikan kakak ini"

"Kamu cukup membayar dengan belajar yang tekun, kasih kakak nilai yang bagus-bagus, kakak tak punya adik dan saudara perempuan makannya kakak sayang Rani seperti sayang kepada adik sendiri, jadi Rani tak usah curiga sama kakak ya, ini terima hp ini, nanti kakak ajari cara memakainya, kamu butuh hp bagus kayak gini, sebab nanti kakak mau daftarkan Rani di les online