Chereads / Cyber Firmament / Chapter 2 - Episode 1: Kedatangan

Chapter 2 - Episode 1: Kedatangan

"Lihat itu dia Aciel si bodoh!"

"Tarik celananya! Tarik bajunya!"

"Wah lihat, si anak bego, udah goblog, bernafas lagi."

"Dasar anak manja!"

"Itu makhluk hidup lagi."

"Apa ini? Ujian kamu dapet 0 terus. Masih baik saya naikin kelas kamu!"

"Ha? Paling kamu Cuma manfaatin status ibumu untuk naik kelas iyakan?"

"Aku benci kamu! Kita putus! Aku udah bosen denganmu!"

"Kamu adalah kegagalan!"

"Kau tidak berguna."

"WOAH!" Ada jeda sejenak... "Mimpi macam apa itu?" Tanya dirinya. Wajahnya menjadi murung lagi. "Mungkin aku memang kegagalan..." Dia terdiam sejenak lagi, mencoba mencerna mimpinya dengan baik. "Sepertinya... Aku memang..." Dia kembali murung. "...Kegagalan..."

Aciel Ezra, nama lengkapnya. Seorang anak berumur 18 tahun yang baru saja lulus dari SMAnya. Dia bukanlah anak yang pintar, bahkan untuk lulus dia harus mengikuti semester tambahan sebagai gantinya. Dia adalah seorang introvert karena masa lalunya yang tidak menyenangkan. Dan dia akhirnya, selalu saja harus bertarung dengan depresinya. Hingga suatu ketika

"Kenapa kakak ingin aku ikut Akademi Cyber Firmament? Padahal aku tidak mempunyai kemampuan apa-apa." Tanyanya kepada dirinya sendiri. "Bagaimana dengan di akademi nanti? Harusnya aku langsung berkerja freelance dari rumah atau jadi pegawai restoran atau apapun itu." Ucapnya menghakimi dirinya sendiri. "Tetapi, mungkin kakak hanya memastikan kelangsungan pendidikanku saja. Setidaknya aku akan setor badan disini. Mungkin aku bisa lulus dan menjadi seorang novelist." Jawabnya pada dirinya sendiri. Dengan jawaban yang tidak nyambung dengan akademi yang akan dia jalani, sudah menunjukkan karakternya yang pesimis dan sedikit plin-plan.

Lalu bel kereta dengan nyaringnya berbunyi, ting tong. "Kereta Aditiya Kencana akan tiba ke Neo-Jakarta dalam 10 menit. Mohon siapkan barang dan bawaan anda. Pastikan semuanya aman sebelum anda turun. Bagi pelajar dan mahasiswa, siapkan ID Card sebelum tiba di tujuan, terimakasih."

"Grrr.... Merepotkan. Aku ingin meminimalisir interaksi dengan sesama manusia. Mungkin aku akan jadi dokter hewan atau programmer freelance di rumah." Respon Aciel. "Gah... Aku kangen rumahku... Kasurku..." Lanjutnya. "Tunggu sebentar, kalau asrama, aku akan tinggal dengan seseorang, berdua, bertiga, tidak... Berempat... Sial-sial-sial-sial-sial," Ucapnya panik. "Aku harus gimanaaaa?"

Lalu tak lama kemudian, kereta keluar dari terowongannya. Cahaya siang masuk ke dalam kereta yang semula gelap. Kedua mata Aciel tersilaukan oleh cahaya mentari. Lalu dia melihat keluar. Dia melihat bagaimana kota Neo-Jakarta yang baru begitu ramai akan aktivitas penduduk. Baner, videotron, dan spanduk ada di segala sisi kota. Mobil-mobil kelas atas, pakaian konglomerat, bahkan fasilitas umum yang keren ada dimana-mana. Bahkan restoran-restoran mulai dari yang cepat saji sampai kelas atas ada, Fasilitas seperti tempat fitness sampai karaoke, area bermain, dan mall bahkan ada dimana-mana.

"Perasaanku tidak enak walaupun di saat bersamaan aku tertarik." Ucap Aciel dalam hati. Dia menarik nafas dalam-dalam. "Mungkin, tidak ada salahnya jika aku masuk ke dalam Akademi Cyber Firmament... Omong-omong, aku akan masuk jurusan apa ya? Teknisi? Semoga saja aku bukan menjadi pemainnya."

****

Jumat, 7 Juli 2045

Neo-Jakarta

04.00 Pagi

"Wanjiiiir, ni kota besar banget!" Ucap Aciel, takjub. "Ga bakal lucu dah kalau kesasar disini, serius... Mana ga kenal siapa-siapa lagi, sial." Ucapnya. Dia lalu menoleh ke kanan dan kiri mencoba mencari petunjuk. "Akademi cakrawala maya 1 Negeri dimana ya? Apakah aku harus Tanya orang? Bagaimana caranya aku Tanya orang? Kalau salah ngomong aku harus gimana? Kalau tiba-tba jadi canggung gimana? Ah, telfon kakak saja!" Lalu Aciel memutuskan untuk menelpon kakaknya. "Yosh..." Sekarang dia menunggu telfonnya dijawab oleh kakaknya.

"Yo, Assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam! Kak, aku udah sampai."

"Oh... Kesini gih."

"Iya, arahnya kemana?"

"Aku lagi sibuk, kamu tanya orang aja ya, sekalian buat kamu latihan."

"Wait-what? Kak-"

"Bye."

SFX: Tuuuuuuuuuuuuuuuut

"Kakak biadab, grrrr...."

Aciel memutuskan untuk menelponnya lagi.

"Ya Assalamualaikum."

"Kak, jangan ginilah-"

"Salam wajib di?"

"Waalaikumsalam... Kak Avisha! Tolonglah kasih aku ja-"

SFX: Tuuuuuuuuuuuuuuuuuuut

Acile hanya bisa mengatakan. "kakak jahanam." Dalam hatinya dan dia akhirnya harus memberanikan diri bertanya pada seseorang...

Beberapa saat kemudian...

Aciel tidak bertanya pada seseorang tetapi memutuskan untuk jalan menelusuri kota sendirian. Dia tidak bisa membuka GPS karena paketannya hanya gratisan untuk chat dan telfon di Wassap. Dengan begini dia hanya membuat dirinya semakin susah.

"Malah nyasar..." Ucapnya pelan pada dirinya sendiri. Dia telah sampai pada pusat kota yaitu alun-alun kota Neo-Jakarta. Disana banyak sekali pedagang baju, makanan, mainan dan lain-lain. Tetapi yang paling menyita perhatian Aciel adalah, lapangan alun-alun yang dipakai untuk pertarungan Cyber Firmament. Terlihat ada dua tim yang sedang bertarung dalam permainan mode team death match. Dan ada 10 tubuh yang duduk di kursi control dan memakai hyperdive di kepalanya. Mereka adalah para pemain yang sedang bertempur di medan pertarungan tersebut.

Hyperdive. Sebuah perangkat yang bisa memasukkan pemakainya ke dalam dunia virtual. Dengan menghubungkan otak motorik dan memindahkan fungsinya ke dalam tubuh virtual membuat penggunanya bisa bergerak sesuai leluasa di dalam dunia virtual itu. Sementara di dalam kotak hologram seperti aquarium itu, disitulah pemain di dunia virtual bertarung. Itu disebut dengan Gate. Walaupun bisa bermain di dalam dunia maya dan menontonnya lewat layar TV atau semacamnya bisa, tetapi metode Gate dinilai lebih menghibur karena membuat penontonnya leluasa menonton dari seluruh sudut pandang manapun seperti menonton pertandingan bola, kira-kira seperti itu. Sedangkan computer yang digunakan cenderung adalah computer yang mempunyai spesifikasi high-end terbaru.

"Sepertinya aku akan menonton ini sebentar." Ucap Aciel. Dia lalu duduk di salah satu bangku taman yang ada dan menyaksikan pertempuran itu. Sesaat dia benar-benar menikmati bagaimana mereka bertarung. Dia terkesima akan pertarungan itu. Melihat ada yang memakai senjata api dan juga ada yang memakai senjata jarak dekat. Itu membuat banyak sekali opsi di dalam pertarungan itu. Sebuah arena yang memerlukan taktik yang fluid dan dinamis yang bisa digunakan terus menerus dan secara konstan berubah. "Aku masih punya akun pemainku ngga ya? Sepertinya iya... Tidak... Aku tidak akan masuk ke dalam dunia Cyber Firmament lagi." Ucapnya. Aciel lalu berdiri dan hendak segera pergi meninggalkan lapangan itu. "Yah... Aku rasa itu sudah cukup... Sebaiknya aku-" *Brak*

Aciel menabrak seseorang yang berdiri tepat di belakangnya. Orang itu berbadan tinggi, atletis dan berkacamata. Potongan rambutnya begitu formal. Dia mengenakan baju seragam Akademi Cakrawala Maya 1 Negeri yang dituju oleh Aciel. Matanya yang tajam menatap Aciel begitu dalam.

"M-maaf..." Ucap Aciel. "Maafkan aku, A-aku tidak lihat-"

"Aciel bukan?" Tanyanya dingin...

Aciel menelan ludah. "I-iya? Ada yang bisa saya bantu?"

"Perkenalkan, saya Aristide Wiratama. Saya diutus wakil ketua OSIS, Avisha Ezra... Kakak anda."

"Owh... Jadi, aku bakal ikut masa orientasi siswa lewat jalur eksklusif?"

"Tidak. Aku disini untuk mengantarmu ke akademi."

"Oh... Terimakasih."

"Prediksi Kakakmu tepat bahwa kau akan mengunjungi alun-alun kota terlebih dahulu."

"Oh, yeah. Aku dan dia sebenarnya lumayan dekat. Dia selalu baik kepadaku." Tetapi dalam hati Aciel berkata, "Kok bisa kakak tahu aku bakal nyasar ke alun-alun?"

"Yah aku bisa melihat itu. Kau sudah dimasukkan ke dalam kelas 'Pemain' olehnya."

"WHAT?" Reaksi terkejut dari Aciel. "A-aku sudah tidak mau menjadi seorang player!"

"Akan tetapi itu kemauan kakakmu-"

"Kakaku tidak punya hak untuk itu."

"-dan keluargamu setuju soal itu."

"REALLY? GODDA-" Tiba-tiba Aristide menampar mulut Aciel. "Aw, sakit." Ucap Aciel.

"Jangan bersumpah serapah. Jika kau lakukan itu di akademi, aku sudah pasti akan membantaimu." Ancam Aristide dengan tatapan yang menakutkan. "Mengerti?"

Aciel menelan ludah. "Si... Yessir!"

"Bagus. Aku datang kesini juga tidak hanya untuk mengantarmu, melainkan juga untuk mengujimu."

"Be-begitukah... Jadi kau akan mengospek aku secara khusus?"

"Ya begitulah... Kau lihat disana ada area bermain Cyber Firmament kan?"

"Iya. Kau akan mengujiku disana?"

"Yep... Lagipula aku ingin tahu kemampuanmu. Dan kemampuan spesial. Tentu saja kau tahu kan bahwa kemampuan spesial di game itu ditentukan oleh diri kita sendiri. Siapa kita, bagaimana perasaan kita, dan jati diri kita."

"Yah aku tahu, kemampuan spesial ditentukan secara random berdasarkan game. Tapi sebenarnya, game menentukan kemampuan khusus kita berdasarkan hal yang tadi kau sebutkan."

"Tepat! Dan itulah yang disebut 'Special Ability' atau disingkat SA, atau disebut Quirk, atau Sigil... Atau semblance... Yah apapun itu. Tetapi di Indonesia hanya menggunakan singkatan SA. Entahlah, kementrian pendidikan dan olahraga tidak punya cita rasa yang keren untuk sebutan itu. Aku ingin tahu dan menguji punyamu secara langsung. Barangkali kau punya potensi yang besar seperti kakakmu."

"Sebenarnya... Aku tidak punya."

"Haha lucu sekali... Benarkah?"

"Iya... Aku tidak punya."

"Jangan berbohong!"

"Tidak, aku tidak berbohong."

"Jadi harus pakai cara ini ya." Aristide lalu menggandeng tangan Aciel. Lebih tepatnya menggeret dia. "Sini ikut aku."

"Wait, wait, wait apa yang kau lakukan?"

Aristide lalu mendorong Aciel untuk duduk di kursi control. Dan memasangkan Hyperdive kepada Aciel. "Tunggu, tunggu, kumohon." Ucap Aciel memohon. Tetapi Aristide tidak menghiraukan.

"Masukan sidik jarimu dan lawan aku." Ucap Aristide seraya mengarahkan jari telunjuk tangan kanan Aciel ke finger print agar Aciel login ke dalam Cyber Firmament. "Done."

"Tidaaaak... Zzzzzz..." Dan dengan begitu, Aciel login ke dalam dunia virtual Cyber Firmament.

"Baiklah, sekarang giliranku."

****

Sementara itu, di ruang OSIS Akademi Cakrawala Maya 1 Negeri

"Jadi, wakil ketua. Kenapa Aristide mau menjemput adikmu, Aciel." Tanyanya dengan penasaran. "Bukankah dia tidak terlalu menyukaimu?"

"Yah gimana ya hehe. Dia selalu ingin menjadi lebih hebat dariku di CF. Mungkin dia ingin mengetes kemampuannya dengan adikku. Dia mencari kepercayaan diri sepertinya, Fadia."

"Hadeh, bagaimanapun dia merepotkan. Lalu, kau hanya membiarkannya begitu saja?"

"Yap."

"Apa ketua OSIS tahu?"

"Nope."

"Kalau adikmu kenapa-kenapa kau akan bertanggung jawab?"

"Yap."

"...."

".... Apa?"

"Aku tidak yakin akan hal itu."

"Tenanglah, santai sedikit, ini kan masih pagi jam 3, santailah sedikit."

"Bagaimana aku bisa santai? Kau mengajak seluruh OSIS inti datang jam 3 pagi untuk persiapan MOS dan kau malah bersantai dari tanggung jawabmu, bahkan kepada adikmu. Kakak macam apa kau?"

"Hmmm.... Spesial? Limited edition? Legendary?"

"Siapa yang memilihmu menjadi wakil ketua OSIS?"

"M-m-m-m-m-m-m-m-m-MONSTER KILL!"

"SERIUS DIKIT BISA GA SIH? UDAH GA GUNA, HIDUP LAGI, ARGH!"

"Nyelekit njir."

"Salah sendiri. Adikmu itu lho bantuin dikit napa?"

"Oh, tenang, aku sudah meretas CCTV di alun-alun untuk melihat pertarungan Aristide dengan Aciel."

"KAU MALAH NONTON?"

"Ini untuk kepentingan penelitian."

"Penilitian apaan?"

"Aciel itu, anak yang kurang percaya diri, pemalu, payah, bodoh, dan trauma kehidupan sosial karena dia sering dibully waktu SD dan SMP. Tapi di Cyber Firmament, aku merasa dia lebih hidup disana."

"Tapi katamu dia tidak mau jadi pemain lagi?"

"Yah... Itu karena mantannya yang sialan yang memelet dia dan mengirimnya ke dalam depressi yang hebat saat dia SMP. Dia ditinggalkan setelah si bajingan itu puas. Dia sempat mencoba bunuh diri berulang kali tapi gagal."

"Kau seharusnya tidak memberitahukan aib orang kepadaku, Ezra. Kau sungguh kakak yang buruk."

"Tidak-tidak... Justru, karena kau adalah orang yang lembut aslinya. Aku ingin kau membimbing dia."

"Kau bercanda kan? Kenapa tidak kau saja?"

"Aku tidak bisa. Sebagai kakak aku sudah gagal. Seharusnya dia sudah mati."

"Serius? Lalu kenapa dia masih hidup?"

"Dia tidak pintar tali-temali. Tali yang dia buat gantung diri, molor saat dia lompat. Lalu dia terpeleset jatuh di depanku. Aku yang dalam keadaan sedih harus mati-matian menahan tawaku waktu itu hehehe..."

"Njir... Sekarang bagaimana dia?"

"Mau nobar? Skuy."

"aku tidak percaya ini, aku akan menonton adikmu bertarung dengan Aristide bodoh lewat CCTV alun-alun bersama orang payah ini."

****

Aciel langsung saja muncul di udara dan jatuh dengan menyedihkannya. "Aw..." Ucapnya. "Rasa sakit di Cyber Firmament ini kenapa harus disamaain dengan dunia nyata? Kan bisa dikurangi level rasa sakitnya." Berlahan Aciel bangkit dan mengambil senapan serbunya. Dengan peralatan tempur lengkap level tentara dan senapan M4 Carbinenya, dia siap untuk bertarung. Walaupun dia tidak punya kemampuan spesial.

Di seberang sana, Aristide dengan nickname XPegasusPhoenixFenrirX telah muncul dan mendarat bersamaan dengan Aciel berdiri. Dia menggunakan jas hitam yang formal dengan dasi merah. Sementara di belakang punggungnya, sayap api seekor phoenix berkobar-kobar di belakangnya. "Yosh, mari kita mulai." Ucapnya seraya terkekeh pelan.

Aciel memulai serangan duluan. Dia berlari kepada Aristide seraya menembakkan senapannya. Beberapa kali dia berhasil menghindari peluru itu tanpa menggunakan kekuatannya. Aciel lalu menembakkan granat dari bawah senapannya dan meledakkan Aristide. Aristide diam menerima serangan itu. Asap hitam menyelimuti arena. Saat asap itu hilang, bersamaan dengan itu Aciel menerjang Aristide bersenjatakan pistol di tangan kanannya dan pisau bayonet di tangan kirinya. Aciel menebas-nebas dan menembak Aristide dari jarak dekat. Dia terus menyerang, menyerang, dan menyerang maju, akan tetapi Aristide terus saja menghindari setiap serangannya. Gerakan Aciel sudah seperti pembunuh bayaran sesungguhnya. Dia terus menggunakan kakidan tangannya seperti seorang Brimob. Aciel melompat menerjang Aristide dan menembakkan senapannya. Aristide menghindarinya lagi.

Lalu hingga suatu kesempatan, Aristide, dengan kecepatan tinggi dia menyambar Aciel tanpa memberi Aciel kesempatan untuk bereaksi. Aciel terpental. Tapi sebelum Aciel menabrak tembok pembatas di belakangnya, Aristide sudah mendahuluinya dan dari belakang dia menendang punggung Aciel begitu keras. Aciel terpental ke depan tanpa bisa bereaksi sedikitpun. Dengan kecepatan tinggi, Aristide sudah hadir di depan Aciel dan melakukan uppercut kepadanya. Aciel terpental ke langit dengan cepat. Dan lagi, sebelum dia menarik pelatuknya maupun berkutik, Aristide sudah ada di atasnya. "Phoenix!" Ucapnya. Api menyelimuti kaki kanannya. Dengan keras, Aristide lalu menendang Aciel. Aciel terbakar dan bersamaan dengan itu melesat sangat cepat ke bawah dan menghantam tanah dengan keras sepeti meteor. Tanah di bawahnya retak karena hentakan keras dari Aciel tadi. "Berdirilah! Aku baru pemanasan!"

Aciel mencoba berdiri dengan berlahan. Dia mengambil senapannya dan membidik Aristide. "Sialan..." Ucapnya pelan. Dia lalu menembak Aristide dengan senapannya. Akan tetapi Aristide hanya diam, akan tetapi peluru-peluru yang dilontarkan Aciel semuanya meleleh dan terbakar oleh api yang menyelimuti Aristide. Aciel lalu menembakkan granat dari senapannya. Geranat itu melontar kepada Aristide tetapi lagi-lagi granat itu meledak sebelum menyentuh Aristide. Aristide tersenyum meremehkan Aciel. Ekspetasinya kepada Aciel telah mengecewakannya.

Aciel mempunyai rencana. Dia lalu melemparkan 5 granat asap di sekitarnya. Tanpa pikir panjang, Aristide lalu menukik kepada Aciel sebelum Aciel menghilang. Akan tetapi saat Aristide mencoba menyerang Aciel, dia sudah menghilang di dalam asap buatannya. Aristide mengobarkan api Phoenixnya untuk meniup asap itu hilang. Asap itu tertiup menghilang. Akan tetapi dari belakang, sebuah pisau bayonet terbang dengan kecepatan tinggi, tetapi Aristide berhasil menangkapnya, walau dia memegang sisinya yang tajam dengan tangannya.

"Total damage seranganku tadi adalah 88. Sedangkan seranganmu hanya menimbulkan 9 damage lho..." Ucap Aristide terkekeh.

"Setidaknya aku sudah melukaimu sekali..." Balas Aciel terengah-engah. "Berarti kita seri."

"Tidak... Tetap aku yang menang." Bantah Aristide. "Ya sudalah. Kau memang tidak punya Special Ability ya..."

"Yah begitulah." Aciel mendekati Aristide. "Itu adalah salah satu alasanku ingin keluar dari dalam permainan Cyber Firmament."

"Tapi kau hebat bisa menyentuhku sekali. Kecepatanmu hampir setara dengan juara sekolah."

"benarkah?"

"Ya begitulah... Kau bahkan masih bisa berdiri setelah comboku tadi, kau hebat."

"Omong-omong kenapa orang-orang pada berkumpul semua disini?" Tanya Aciel seraya melihat banyak sekali kerumunan orang yang menyaksikan mereka berdua.

"Oh gadis-gadis itu? Mereka fans ku hehehe. Ya sudah, ayo kita ke sekolahmu..."

"Kau tahu, seranganmu tadi memang sakit, tapi kau masih menahan diri ya..."

"Yap. Aku hanya mengujimu, ternyata kau bukan pecundang... Setidaknya untuk sekarang."

"Jadi... Bisa kita ke sekolah sekarang?"

"Kamu tidak menikmati pertarungan ya..."

"Tidak... Bisa kita pergi?"