Hari Rabu.
Jam 4 pagi
Pagi itu, Aciel bangun dengan semangat. Dia menguap sebentar lalu menggeliat mengkontraksikan otot-ototnya. Dia lalu melepas bajunya dan mandi dengan air dingin di kamar mandi. Selama dia mandi, dia juga menyanyikan lagu kesukaanya yaitu Viva la Vida. Lagu yang dia dengarkan semenjak SMP. Setelah selesai mandi, dia lalu melaksanakan sholat subuh. Setelah itu, dia merapikan tempat tidurnya. Dia lalu memakai seragamnya dan lanjut membuat mie udon instan di dapur kecilnya. Setelah itu, dia sarapan sambil menonton kartun favoritnya, Spongebob. Sungguh pagi yang sempurna yang barusaja dia jalani.
Lalu setelah semua selesai, dia menyiapkan buku-bukunya dan berangkat ke kamar milik Michael. Sampai disana, dia mendapati Michael sepertinya masih tidur karena suasana sangat hening di depan rumahnya. "Miiiichaaaellll! Ayo berangkat ke sekolah!" Setelah itu tidak ada jawaban sama sekali, hanya hening. Lalu Aciel berteriak lebih keras, "MICHAAAEL, AYO KE SEKOLAH!"
"AKU MASIH DIARE, TUAN!" Jawab Michael dari dalam.
"OWALAH IYA, AKU TINGGAL YA!" Balas Aciel.
"IYA, TUAN!"
Lalu tetangga kamar yang marah ikut menyahut "BACOT MASIH PAGI ASW!"
****
Aciel adalah anak yang tidak percaya diri, trauma akan kehidupan social, introvert, dan aslinya pemalu. Selama di sekolah dia selalu mengantuk. Dia tidak bagus dalam pelajaran akademik dan non-akademik. Sebuah keajaiban rencananya untuk mengalahkan Michael berhasil, atau bisa dibilang Michael lah yang tidak beruntung atau meremehkan Aciel. (Tetapi melempar Aciel dengan paus terbang menunjukkan kalau dia tidak main-main.) Aciel bukanlah morning person, tapi kali ini Aciel mencoba menjadi optimis untuk sekali. Dia yakin bahwa hari-harinya akan menyenangkan dan seru. Tetapi, Aciel adalah orang yang juga pelupa.
Aciel memasuki kelas. Dia melihat Veronika sudah ada di dalam kelas. Sendirian. Dia sedang membaca buku di kursi belakang tempat di duduk. Aciel lalu berjalan ke bangkunya dan duduk. Hanya ada mereka berdua di kelas itu.
"P-p-pagi yang cerah, iya kan?" Tanya Aciel kepada Veronika. Veronika hanya diam fokus membaca bukunya. "Kamu baca buku apa?" Tanya Aciel. Veronika masih diam fokus membaca bukunya. "Sungguh pagi yang TENANG!"
Lalu Veronika menutup bukunya. Dengan tatapan sinis dia menatap Aciel "Apa yang kau mau?"
"Anu...Ng... Hanya menyapa, haha!" Jawab Aciel dengan tawa yang canggung. "Aku..." Lalu Aciel murung. Dia menunduk dan diam setelah itu.
Melihat hal itu, Veronika akhirnya memulai percakapan. "Kamu mengganggu pagiku karena ingin nyontek PR kan?"
"Tunggu, PR? Ada PR?"
"Yes, bahasa inggris halaman 5-7, matematika hal 10-11 nomer 6,7,8, dan fisika merangkum paket hal 10-21."
"SHIT AKU LUPA!"
"Huh?"
"Veronika, aku nyontek ya boleh ya please J" Mohon Aciel dengan mata manis.
"Ya ampun, kamu lebih parah dari yang aku duga, nih," Lalu Veronika meminjamkan bukunya. "Contek saja, mumpung hari ini aku baik hati."
"Yes, makasih-Veronika! Kamu terbaik!"
"Yayaya, sudah kerjakan sana!"
Aciel lalu menyontek PR dari Veronika. Dia fokus menulis. Walau dia pelupa dia tidak pernah bisa melupakan semua pengalaman memalukan dan menyedihkannya. Bukankah kita semua juga seperti itu?
"Jadi... Aciel ya kan namamu?"
"Yep..."
"tulisanmu bagus juga untuk laki-laki."
"Oh, terimakasih."
"Apakah kamu suka membaca buku?"
"Tidak, aku suka visual novel."
Lalu Veronika membaca bukunya lagi. Sambil membaca bukunya, sesekali dia berbicara dengan Aciel. Sementara Aciel, dia fokus menulis dengan kecepatan tinggi, menyalin pekerjaan Veronika seperti mesin printer. Dia sudah terbiasa mencontek dengan cepat semenjak SMP karena dia tidak terlalu pintar.
Lalu mereka berdua diam mengurusi urusannya masing-masing. Mereka berdua menjadi dingin dan diam. Di dalam kelas hanya terdengar suara buku yang dibuka halamannya dan suara coret-coretan bullpen yang dipakai. Dalam keheningan pagi mereka berdua mengurusi urusannya masing-masing.
Setelah selesai, Aciel berkata, "Makasih, Ver."
Veronika hanya mengangguk sambil membaca buku. Lalu saat Aciel menoleh ke kirinya, sudah ada Michael yang menyontek catatannya. Lalu disampingnya Aciel ada Faisal. Dan disamping Faisal ada Aqilla. Mereka saling contek menyontek dengan sumber Veronika lewat Aciel.
"Leh, Michael? Faisal?"
"Yosh!" Sapa mereka berdua.
"Ng... Kamu Aqilla kan?"
"Hi hiiiii! Aku Aqilla, salam kenal ya Aciel." Sapa Aqilla sambil tersenyum. "Ijin nyontek ya gan!"
"Ng... Iya." Jawab Aciel sambil mengangguk. Lalu saat Aciel menoleh ke depan, dia mendapati Daniel menyontek catatannya juga. "Kamu ngapain, Dan?"
"Yosh pagi rivalku!" Sapa Daniel. Tetapi matanya fokus menyalin tugas Aciel. "Bukan berarti aku kalah dari kamu, tapi ini adalah wujud solidaritas kita sebagai satu kelas, setuju?"
Lalu mereka bertiga menjawab "SETUJU!"
"Dasar somplak." Ucap Veronika pelan. Dia lalu membenahi kacamatanya, "Ini jawabanku, setidaknya pujilah aku. Jika kalian ingin memujiku, lakukanlah sekarang."
"Ini bukan jawabanmu, ini jawaban kita!"
"Aciel tutup bukumu!" Perintah Veronika.
Lalu Daniel memohon-mohon kepada Veronika, "Jangan dong, aku cuma bercanda, please-please-please," Rayu Daniel.
"Ga Daniel ga Aciel sama aja kalian berdua." Lanjut Veronika.
"Lah kok aku?" Tanya Aciel.
"Kamu tidak memujiku."
"Iya maaf-maaf, makasih ya Veronika yang cantic, kamu rajin banget, kamu pantas dipanggil putri kelas ini."
"Itu berlebihan."
"Kan... Salah lagi."
Lalu saat Aciel melihat ke depan, dia mendapati Meilinda menoleh kepadanya dengan ekspresi datar. Dia terlihat lelah, itu pasti karena kemarin malam. Tapi Meilinda menunjuk jarinya ke kiri, seperti ingin memberitahu Aciel ada sesuatu yang harus dia lihat. Lalu Aciel menoleh ke jendela. Dia mendapati gurunya melihat mereka semua daritadi dengan ekspresi tersenyum dengan tatapan yang... Mengerikan.
"P-p-pagi b-b-Bu Luna..."
"Bu Luna?" Tanya Daniel. "Mana? Oh..." Dia juga menoleh ke Bu Luna. Michael, Faisal, dan Aqilla juga ikut terdiam setelah melihat itu.
Alhasil, nilai matematika mereka dikurangi 10 oleh Bu Luna.
****
Saat pelajaran berlangsung, Aciel mendapati bahwa Meilinda tidak energetik dan ceria seperti biasanya. Dia tahu bahwa senyumannya adalah palsu. Saat dia berintraksi dengan teman-teman sekelasnya seperti Aqilla, Natasha, Veronika, Mawar, siapapun itu. Dia memang tersenyum di luar, tetapi Aciel tahu dia menangis di dalam.
Michael hanya berkata pelan kepada saat berpapasan dengan Aciel, "Hidup matinya ditentukan oleh pilihanmu selanjutnya."
"Aku tahu itu." Jawab Aciel.
"Aku harap kau sudah ada rencana."
"Aku hanya punya satu dan sangat sederhana."
"Ini bukan dunia film, tuan Aciel."
"Hm, iya aku tahu."
Saat istirahat. Aciel sedang menunggu saat yang tepat untuk berbicara dengan Meilinda. Setelah teman-teman pergi darinya. Lalu Aciel jalan mendekati Meilinda. Dia menaruh sebotol es teh untuk Meilinda. Meilinda dengan tatapan yang penuh kebencian menatap ke Aciel.
"Aku tidak butuh ini."
"Anu, kenapa kamu melihatku seperti itu?"
"Aku benci kepada dirimu, kenapa kamu melarangku untuk mati."
"Kau tahu, semua teman-teman yang tadi berbicara denganmu juga akan melakukan hal yang sama kepadamu. Siapa yang bisa diam saat kau mau menusuk dirimu sendiri dengan pisau?"
"Aku merubah pikiranku. Hari ini aku akan bunuh diri."
"Kau, janganlah!"
"AKU SUDAH BILANG AKU AKAN MELAKUKANNYA, AKU TIDAK PEDULI DENGANMU!"
Langsung saja seisi kelas menoleh kepada mereka berdua. Mereka semua tampak khawatir tentang apa yang terjadi. Mereka saling berbisik-bisik satu sama lain. Dan yang pasti, Aciellah yang menjadi sorotan, karena doktrin laki-laki selalu salah selalu ada sampai 2045.
"Meilinda, aku tidak akan membiarkanmu melakukannya."
"AKU MENANTANGMU DUEL DI CYBER FIRMAMENT! JIKA AKU MENANG, PERGILAH DARI HIDUPKU!"
"Dan jika aku menang, kau harus menuruti apapun yang aku inginkan sampai satu minggu."
"Ok, fine. AYO!"
Saat Aciel berbalik, para perempuan melihat Aciel dengan jijik. Sedangkan para laki-laki melihat Aciel dengan tatapan mesum, seperti mengindikasi bahwa Aciel akan meminta hal yang mesum kepada Meilinda. Lalu Natasha datang mendekati Aciel dan menamparnya dengan keras.
"Pertama aku, sekarang Meilinda, dasar MESUM!" Ucapnya dengan mata berkaca-kaca. Lalu Natasha hendak menampar Aciel lagi. Akan tetapi Michael menahannya.
"Natasha, ini bukan tentang apa yang kamu pikirkan. Ini adalah pertarungan antara hidup dan matinya Meilinda." Seluruh kelas terdiam mendengar penjelasan Michael. "Ini adalah urusan pribadi antara mereka berdua. Mohon jangan berpikir yang aneh-aneh kepada Tuan Aciel. Dia memang masih perjaka, tapi dia tidak akan melakukan hal itu."
"T-tuan?" Tanya Natasha. "Apa hubungan kalian?"
"Tuan dan majikan." Jawab Michael denga serius.
"B-bukan, kita berteman kok!" Sela Aciel. "Woy kampret, bilang kalau kita temanan aja lho anjir!"
"Oooo..." Lanjut Natasha. "Selama ini aku salah menilaimu Aciel."
"Syukurlah." Jawab Aciel.
"Kamu seorang yang benar-benar aneh... Kalian aneh." Lanjut Natasha. Lalu Natasha berbalik dengan tatapan yang tidak percaya akan apa yang barusan dia dengar. "Aciel itu sebenarnya apa sih..." Ucapnya pelan.
"Aku rasa, kau telah membuat kesalahan besar, Michael."
"Kalau begitu maafkan aku tu-"
"Gausah tuan bisa?"
"Baiklah master."
"Bukan master juga woy!"
"Sir."
"Au ah gelap."
Lalu saat menoleh lagi ke Meilinda, ternyata dia sudah hilang. "Lho, kemana dia pergi?" Tanya Aciel. "Michael, kemana dia pergi?"
"Ke ruang Cyber Firmament. Dia kan tadi menantangmu, tuan." Lalu Michael melanjutkan dengan nada serius. "Ini pertarungan antara hidup dan matinya, selamatkan dia."
Aciel mengangguk pelan. "Kenapa aku jadi terseret ke dalam permainannya ya?"
****
Komputer server dinyalakan. Para pemain yang semula bermain, berhenti untuk melihat pertarungan murid dari kelas A yang terkenal kuat. Gerombolan murid datang beramai-ramai untuk menonton pertarungan itu. Bahkan ada guru yang mengamati dari kejauhan untuk melihat apa yang akan terjadi. Pertarungan antara Aciel yang tidak punya kekuatan dan mengandalkan alat yang dia rancang sendiri atau beli dari toko online virtual melawan Meilinda, seorang gadis dengan talenta hebat dengan special ability Life stealier yang bisa menghisap darah dari musuhnya sampai habis. Pertarungan yang akan menentukan hidup matinya Meilinda.
"Memasuki Cyber Firmament." Ucap Meilinda. Seketika itu, fungsi otaknya sudah dipindahkan ke dalam dunia virtual. Karakternya lalu muncul di dalam arena di dalam gate. Dia mengambil senjatanya, kusarigama dan mempolesnya dengan darahnya. Aura merah hitam membara di sekujur tubuh Meilinda dan senjatanya. Matanya bercahaya merah darah, bercahaya dan berapi-api, menunjukkan kebencian dan amarahnya.
"D-dia benar-benar membenciku sepertinya." Ucap Aciel gugup. "Tapi, aku tidak bisa membiarkannya mati."
"Kau benar, tuan. Dan aku kagum anda tidak membeberkan persoalan dirinya kepada teman-teman kita."
"Jika disebar, dia bakal lebih depressi lagi dan semuanya jadi lebih parah."
"Kau benar. Aku sarankan untuk mengakhiri dia dalam satu serangan, atau kau akan dalam masalah yang sangat besar."
"Kau benar. Aku sudah punya rencana untuk ini."
"Rencana yang sama untuk menjatuhkanku?"
"Salah satunya mungkin."
Aciel lalu duduk di kursi control dan memasang hyperdive di kepalanya. "Doakan aku sukses!"
"Siap, tuan."
"Device On, ID confirmation Aciel Ezra, memasuki Cyber Firmament."
Aciel termuat masuk ke dalam cyber firmament. Karakternya muncul di dalam gate. Aciel mengenakan pakaian tentara full armor dengan helm besinya dan senjata mesinnya yang besar dan berat.
"Pertarungan akan dimulai." Ucap system. "1 vs 1 duel. Will be started in 3..."
"Aku akan menyelamatkanmu Meilinda." Ucap Aciel pelan.
"2..."
"Aku akan membunuhmu Aciel."
"1..." Suasana menjadi sangat tegang sesaat sebelum mulai. Dan langsung saja, "Mulai!"
Aciel segera berjalan sambil menembak Meilinda dari seberang arena. Meilinda langsung melingkari dirinya dengan rantai-rantai kusarigamanya. Rantai itu berputar-putar membuat lapis-lapisan pertahanan yang bergerak melawan arah jarum jam seperti angin tornado.
"Kau akan melakukan itu terus?" Tanya Meilinda. "Kau memang menyebalkan." Dia lalu memunculkan 6 kusarigama lagi dari belakangnya. Semuanya sama-sama mengeluarkan aura merah yang haus darah. "Matilah! Tarian bunga Red Spider Lily." Langsung saja Aciel dihujani tebasan-tebasan yang sangat keras dan sangat cepat dari Meilinda. Sabit-sabit itu seperti menari-nari dengan indah, angun, yang bersamaan sangat mematikan bagi siapa yang terkena serangannya. Darah Aciel tersedot oleh Meilinda, bahkan darahnya menambah seperti menjadi darah tambahan bagi Meilinda.
"Sial..." Aciel lalu memunculkan dua tameng raksasa sebagai pelindungnya. Tameng itu digunakan Aciel sebagai pelindungnya untuk sementara ini. Suara sabit yang mencakar-cakar perisai itu terdengar sangat nyaring. "Cih, serangannya cuma sebentar tapi darahku hampir setengahnya hilang." Aciel diam dan berpikir taktik apa yang akan dia pakai. Dia lalu menaruh 10 ranjau dan menempelnya di salah satu perisainya sebagai jaga-jaga. Dia lalu bersiap mengambil kedua tamengnya untuk dibawa maju. "Saat mendekat ke Meilinda, aku pasti akan terkena serangan dari belakangku, dari kanan, dari kiri, bahkan atasku, apalagi sabit didesain untuk menyerang siapapun yang ada di balik perisai. Here's go nothing."
Aciel mengangkat perisainya dan merapatkannya, dia membentuk bentuk segitiga untuk menutup bagian atasnya. Dia membiarkan bagian bawah kaki kanan dan kiri terbuka untuk diserang. Dia hanya perlu memastikan kakinya berhasil menghindari serangan-serangan Meilinda dan memastikan tameng bagian belakang yang dia tempel dengan ranjau tidak ketahuan Meilinda.
"Aciel... Kau... Bodoh ya..." Ucap Meilinda pelan. Dia lalu menyerang Aciel dari bawah kanan dan kirinya. Tidak disangka, Aciel melompat-lompat, sehingga terlihat seperti ada segitiga raksasa yang melompat-lompat ke arah Meilinda. "Heh... Hehehe..." Tawa Meilinda pelan. Lalu dia menepuk pipinya. "Ini bukan waktunya tertawa, fokus!" Marah Meilinda pada dirinya sendiri.
"Konyol sekali... Apa yang akan aku lakukan?" Tanya Aciel pada dirinya sendiri. "Aaaa... Aku tidak bisa berpikir... Tubruk aja kang! Gas Pol!"
"Oh, kau ingin menubrukku ya? Rasakan ini!" Meilinda lalu menggerakkan 6 kusarigamanya memutari dia seperti angin topan dan menghantam-hantam Aciel dari kanan dan kiri.
Lalu Aciel melompat-lompat sambil berteriak "Hiyaaa! Hiyaaa! Hiyaaa!"
Saat Meilinda sudah dekat dengan Aciel, dia melangkah dua langkah ke kanan dan membiarkan Aciel melewatinya lalu menabrak pembatas arena. Aciel jatuh tersungkur. "Aciel... Kau mempermainkanku ya?" Tanya Meilinda sambil menangis. Aura membunuhnya menjadi semakin besar bahkan menyelimuti arena dengan aura merah gelap yang haus akan darah. Aciel langsung saja melempar flashbang kepada Meilinda. Cahaya langsung saja membutakan Meilinda. "Argh!" Desah Meilinda sambil menutup matanya.
Saat membuka matanya, dia mendapati ada perisai yang ditempel ranjau di depannya. Bahkan sebelum dia bisa menghindari, Aciel sudah menarik pelatuknya dan meledakkan ranjau itu. Meilinda terpental, tetapi dia masih hidup karena cadangan darahnya masih banyak. "Sial, aku salah perhitungan."
"Kau... Kau... Kamu MENYEBALKAN! AKU MEMBENCIMU!" Seketika, muncullah 10 Kusarigama lagi. Kali ini tidak main-main, Meilinda mencabik-cabik Aciel dengan 16 senjatanya. "AKU MEMBENCIMU-MEMBENCIMU-MEMBENCIMU-MEMBENCIMU-" Dan dia mengucapkan itu berkali-kali seraya menghajar Aciel dengan bertubi-tubi dan brutal. Sangat brutal hingga darah Aciel akhirnya habis. Bahkan setelah habis, dia masih mencabik-cabiknya.
"Tuan Aciel, sial..." Ucap Michael.
"Hoy, hoy, dia serius masih akan terus melakukan itu?" Tanya Daniel.
"Saat darah sudah mencapai titik nol, rasa sakit yang diterima oleh pemain akan terasa sangat nyata bahkan bisa saja lebih sakit. Ini demi mengeluarkan pemain yang kalah tapi membangkang secara paksa." Ucap Veronika memberitahu.
"Iya, aku juga tahu itu," Ucap Helena.
"Jika dia terus melanjutkannya, dia akan pingsan, bahkan terkena gangguan otak. Mana guru yang akan menghentikan ini? Ini bukan permainan lagi!" Ucap Faisal.
Tapi Aciel tetap bersih keras untuk berdiri. Walaupun dia mendesah terus menerus karena rasa sakit yang dia terima, dia tahu jika dia kalah dia akan gagal menyelamatkan Meilinda. Berlahan tapi pasti, dia berjalan mendekati Meilinda.
"MENJAUHLAH DARIKU!" Marah Meilinda. "MATILAH-MATILAH!" Teriak Meilinda terus menerus. "MATIII! AKU MEMBENCIMU! KENAPA KAMU HARUS ADA DI HIDUPKU! AKU MENYESAL MENGENALMU! MATI-MATI-MATI-MATI!" Teriak Meilinda terus menerus tanpa henti.
Hujan tebasan dan cakaran senjata-senjata itu semakin cepat dan semakin brutal. Berahan Aciel seperti menghilang menjadi partikel-partikel abu yang pecah dan tertiup udara. Tapi Aciel terus maju. Salah satu tebasan menebas tangan kanannya. Tapi Aciel terus maju dan terus maju. Hingga akhirnya Meilinda masuk ke dalam jarak serangan dari Aciel.
"aaaaAAAAAAARGH!" Teriak Aciel. Aciel lalu berlari menerjang tebasan-tebasan Meilinda. Dia mengambil salah satu pisau bayonetnya. "AKU AKAN MENYELAMATKANMU MEILINDA!!!"
"MATI KAU ACIEEEEEEEL!" Teriak Meilinda.
Ke-16 Kusarigama itu mendarat di jantung Aciel bersamaan. Bersamaan dengan itu, Aciel menujam pisaunya di kepala Meilinda. Mereka berdua sama-sama terkena serangan yang kritis. Meilinda dengan tatapan tidak percaya bahwa dia telah di kalahkan. Lalu Meilinda pecah dan menyublim menjadi partikel-partikel yang terbang tertiup angin. Seperti kerumunan kupu-kupu yang terbang di taman bunga.
"Player: Aciel, win." Ucap system.
Aciel lalu terdiam. Dia tersenyum bahagia. "AKU BERHASIL MENYELAMATKANMU MEI-"
Lalu Aciel pingsan dan semuanya menjadi hitam.
****
"Hmmm... Dimana aku?" Aciel berlahan membuka matanya. "UKS ya..."
"Syukurlahkaubanguntuan!"
"HIYAAA! Jangan bikin kaget dong Michael, Argh, kepalaku sakit lagi."
"Anda pingsan sampai jam 7 malam. Kau juga melewati beberapa pelajaran, jadi anda harus membuat surat kepada mereka karena sudah pingsan."
"B-bagaimana dengan Meilinda?"
"Setelah dia keluar dari cyber firmament, dia langsung saja menghampirimu yang sedang pingsan dan menghajarmu habis-habisan."
"Jadi itu sebabnya kenapa badanku sakit semua."
"Lalu dia pergi entah kemana sampai pelajaran selesai."
"Sial..."
"Kabar baiknya, dia akan menuruti semua yang kamu mau sampai satu minggu. Itu tertulis di surat yang dia berikan kepadamu di bawah pintu kamarmu."
"Ah, syukurlah... Aku sudah punya rencana untuk... Wait, kamu ngambil suratnya gimana?"
"Beberapa hal sebaiknya dibiarkan menjadi misteri untuk kebaikan bersama."
****
"Jadi... Kau membawaku kesini untuk apa?"
"Pengobatan..."
"Aku tidak perlu hal semacam ini."
"Ha... Hahahaha..."
"Kenapa kau tertawa?"
"Tidak... Lupakan saja hehe."
Rumah Sakit Ferda Husada, Neo-Jakarta
Jam 19.00
Aciel membawa Meilinda ke psikiater untuk diobati jiwanya. Meilinda tidak bisa menolak karena sudah kalah dari Aciel tadi siang. Meilinda seperti cemberut karena dia sudah sangat pesimis tentang keadaannya.
"Ini tidak akan membantu apa-apa." Ucap Meilinda. "Percuma saja kau membawaku kesini."
"Benarkah?" Tanya Aciel sambil tersenyum. "Aku yakin kau akan berubah."
"Anak, Meilinda Ayra!" Panggil sang asisten.
"Oh ya ini kita sudah dipanggil, ayo masuk." Ajak Aciel bersemangat.
"Argh, iyaaaa." Ucap Meilinda sambil mengeluh.
Setelah itu, mereka masuk ke dalam ruang psikiater. Disana mereka sudah disambut oleh dokter Fina dan assistenya, Lea. Mereka disambut dengan senyuman hangat dari mereka berdua.
"Silahkan duduk," Persilahkan sang dokter. "Jadi, ada yang bisa kami bantu?"
Meilinda tertunduk malu dan tidak ingin membuka mulut. Dia sebal dan malu di saat yang sama
"Yosh baiklah... Akan kutunggu di depan. Ceritakan tentang semua ceritamu itu." Ucap Aciel.
"T-t-tapi-"
"Bye..."
"HEY!" Lalu Meilinda menoleh pada dokter yang sudah tersenyum kepadanya daritadi. "A-aku,"
"Jangan malu, kami akan menjaganya menjadi rahasia kalau kau mau."
"I-iya dokter..."
Lalu Aciel berhenti sejenak dan menoleh pada mereka dengan senyuman. Dia mengangguk kepada dokter langganannya itu. Dokter itu membalas dengan senyuman. Setelah itu, Aciel membuka pintunya dan keluar dari ruangan itu. Dia lalu duduk di kursi tunggu sambil membuka smartphonennya. Dia mengirim pesan kepada Michael, tentang surat ijin untuk Meilinda.
"Jadi bagaimana Michael?"
"Sudah selesai, tuan. Hanya perlu surat tanda dalam pengobatan dari dokter saja."
"Jangan panggil aku tuan!"
"Aye-aye captain!"
"Michael..."
"I can't here youuuuu."
"Jangan panggil aku kapten!"
"Aye-aye captain! Uuuuuuuuuuuu-"
"Kamu ngapain sih, Michael?"
Setelah itu, Acie menunggu Meilinda keluar dari dalam sana. Dia menunggu lama hingga akhirnya dia melihat Meilinda keluar dan bercucuran air mata. Meilinda menahan dirinya untuk menangis, tetapi matanya tidak bisa ditutupi.
"Meilinda?"
"Aciel!"
Lalu Meilinda memeluk Aciel dan menangis di pelukannya. Aciel menoba menepuk-nepuk pungunya Meilinda untuk menenangkannya. Dia memeluk Aciel cukup lama hingga hatinya menjadi reda. Setelah tenang, Aciel mengambil resep obat yang ada di Meilinda dan menyerahkannya kepada apotek rumah sakit. Seraya menunggu obat itu selesai diracik, Aciel memperkenalkan game battle royale bernama Survivor kepada Meilinda. Mereka berdua akhirnya bermain game itu cukup lama sampai obat racikan itu selesai dibuat.
Setelah mengambil obat itu, Aciel bersama Meilinda bertemu dengan Michael di asrama sekolah. Aciel menyerahkan surat itu kepada Michael.
"Michael, tolong diurus ya."
"Siap, tuan!" Lalu Michael pergi.
"Mengurus apa?" Tanya Meilinda.
"Libur mu dalam pengobatan untuk 2 minggu. Jadi 2 minggu kamu belajar di rumah. Pekerjaan dan tugas sekolah akan kamu kerjakan di rumahmu."
"A-apa?"
"Aku sudah menghubungi orang tuamu dan Michael sudah mengurusnya pada guru-guru. Jadi, kamu bisa istirahat."
"Apa kau yakin tidak apa-apa?"
"Yep, selalu minum obatmu ya, semakin cepat kamu pulih, semakin bagus. Bulan depan kita akan kontrol lagi ke dokter."
"Aku tidak yakin aku akan sembuh."
"Sudalah, cobalah saja."
"Aku tidak ma-"
"Ini perintah!"
"Cih, ya terseralah."
Pada malam itu, Meilinda ijin pulang ke rumahnya di Jakarta pusat untuk menjalani pengobatannya. Malam itu berakhir dengan sunyi tanpa drama. Aciel yakin yang dilakukannya benar. Karena dia tahu Meilinda juga sama seperti dirinya. Sama-sama mendapatkan gangguan kejiwaan.