Chereads / Cyber Firmament / Chapter 13 - Episode 12: Season 1 Final Battle

Chapter 13 - Episode 12: Season 1 Final Battle

"Gelap... Dingin... Tenang... Ini seperti... Aku sudah mati..."

"Bukankah kau memang sudah mati... Dirimu yang dulu sudah mati..."

"Diriku yang dulu?"

"Dirimu... Sudah terlalu banyak tersakiti... Ditindas... Diremehkan..."

"Diriku... Begitu hina..."

"Benar... Bukankah kau ingin membalas... Kau ingin melawan... Berharap kau bisa mengubah masa lalumu dan takdirmu yang begitu kelam..."

"Apakah aku bisa? Aku tidak punya apa-apa..."

"Yang kau butuhkan hanyalah kekuatan... Dengan kekuatan kau bisa melakukan semuanya."

"Bagaimana aku bisa mendapatkannya?"

"Gunakanlah kekuatan itu... Emosi yang ada di dalam dirimu... Semuanya..."

"Emosi... Berarti ada harga yang harus kubayar..."

"Kekuatan itu tidak datang dengan gratis... Setiap kau menggunakannya, sedikit demi sedikit kesadaranmu akan terkikis... Hingga tidak menyisakan apa-apa kecuali penyesalan..."

"Kecuali... Jika aku menyesal..."

"Apakah kau yakin tidak akan menyesal?"

"Aku akan lebih menyesal, jika aku tidak mendapatkan pembalasan itu..."

"Apakah kau siap untuk menaklukan emosi itu? Kau tidak akan menang jika dikuasai olehnya."

"Aku tidak bisa membuang-buang waktu lagi..."

"Untuk apa kau melakukan itu?"

"Aku sadar aku seperti orang yang tidak punya tujuan... Tapi sekarang aku sadar apa tujuanku..."

"Apa itu?"

"Untuk menjadi lebih kuat dan membalaskan dendamku..."

"Itu tujuanmu sekarang?"

"Itu tujuanku sekarang..."

Berlahan Aciel membuka matanya... Dia menarik nafas lalu menghembuskannya dengan pelan. "Jadi... Itu tujuanku sebenarnya... Maka... Ini adalah awalnya..."

****

Di hari berikutnya yang sudah ditentukan

"Jadi... Kau mengalahkanku untuk mengajakku melamar temanmu?" Tanya Daniel. "Aku mendapat kesimpulan, kau ini pasti fakboy kelas atas, Aciel."

Michael lalu memukul Daniel. "Pertama, panggil dia 'Tuan'! Kedua, dia bukan fakboy." Kata Michael. "He is a Man of focus, commitment, and sheer fucking will."

"More like, He is a fakboy of focus, commitment, and sheer fucking will."

Lalu Michael memukul Daniel lagi. "Dammit, Danny!"

Aciel tidak menghiraukan mereka berdua. Dia lalu mengetuk pintu rumah Nathasa. "Assalamualaikum, tante, permisi."

"Iya langsung masuk!" Jawab tante Anna dari dalam.

Aciel lalu masuk bersama kedua temannya. Mereka lalu berjalan melewati pillar-pillar yang megah menuju ke ruang tamu.

"Well... Setidaknya buat jalan cerita yang lebih seru sedikit," Ucap Daniel.

"Apa maksudmu?" Tanya Michael.

"Jalan cerita hidup Aciel seperti seorang anak polos yang harusnya bertarung dan menggapai mimpinya menjadi seorang player terkuat berubah menjadi seorang laki-laki yang mempunyai harem dan berlahan berubah menjadi seorang playboy." Lanjut Daniel.

"Kau..." Michael menahan amarahnya. "Kau punya lebih banyak perempuan daripada dia!"

"Mereka memang suka aku, aku mengerti, tapi Aciel, dia dapat yang lebih cantik dariku."

"Kau iri kepada Aciel?"

"Ya aku akui kalau Aciel itu putih, imut, manis, tampan, lebih ganteng daripada kita berdua. Mungkin itu kenapa dia bisa mendapatkan 3 hati perempuan bersamaan. Dan aku iri karena dia mendapatkan beasiswa Ezra International dan bukan aku! Aku yang lebih pantas karena aku sudah mendaftar terlebih dahulu dan dari semua kualifikasi aku lebih bagus dari dia!" Lanjut Daniel.

"Sebenarnya aku juga iri kepada dia. Aku tidak pernah punya teman perempuan yang dekat denganku. Teman saja tidak punya... Tapi Aciel, dia tidak melihatku sebagai bawahannya, melainkan sebagai teman. Karena itulah aku senang... Dia adalah anak baik..."

"Hmmm.... Begitukah? Kita lihat saja kapan dia akan mengkhianatimu... Aku yakin itu."

Lalu mereka bertiga berhenti di hadapan tante Anna. Suasana menjadi tegang. Terlihat Nathasa dan kedua adiknya juga duduk di atas sofa.

"Aaah, Aciel, kau datang juga, nak." Sapa tante Anna. "Jadi, apakah kamu sudah mengalahkan Daniel Hartmann? Sang Celestial Gun Slinger?"

"Sudah. Ini adalah dia." Ucap Aciel.

"Eng... Jadi... Kenapa aku menjadi persyaratan disini?" Tanya Daniel.

"Reputasimu di dunia Cyber Firmament professional sangatlah bagus. Kau pasti kalah karena meremehkan Aciel iya kan? Tidak seperti biasanya kau kalah dari dia." Jawab tante Anna.

"Iya... Kau benar..." Jawab Daniel. "Mudah ditebak ya? Hahaha..." Tertawa Daniel sedikit canggung, walau dalam hati dia berkata, "Kampret aku makin nyesel ngeremehin nih anak."

"So, Yuri-san, don't underestimate him... He got a good skill nonetheless." Ucap tante Anna.

"Yes madam." Jawab seseorang di belakangnya. Berdirilah hologram seorang laki-laki tinggi yang memakai jas formal dan berambut pirang dengan mata biru seperti laut. Itu adalah Yuri yang di projeksikan oleh sebuah alat dari atas langit-langit ruangan.

"Im Aciel Ezra... Nice to meet you." Sapa Aciel.

"My name is Yuri Maskarov, it's a pleasure to meet you, young boy." Jawab Yuri.

"Okay, shall we start?" Tanya tante Anna.

"Yes madam." Jawab Yuri.

Tanpa membuang waktu lagi, Aciel segera berjalan masuk ke dalam rumah untuk bersiap bertarung melawan Yuri. Saat berpapasan dengan Nathasa, Nathasa mencegat Aciel. "Mama! Aciel! Kenapa kalian melakukan ini? Aciel, kenapa kamu ikut campur ke dalam urusanku? Mama, kenapa aku harus menjadi hadiah disini? Aku juga punya harga diri!"

"Ini demi mencari penerus keluarga yang terbaik." Jawab tante Anna.

"Aku tidak akan membiarkan teman masa kecilku jatuh ke tangan orang lain yang tidak dicintainya. Apalagi membuatnya menangis dan membuat mimpinya mati." Jawab Aciel. "Serahkan padaku."

"Aciel? Apa maksudmu tadi?" Tapi Aciel tidak menghiraukan apa yang ditanyakan oleh Nathasa. "Aciel! Jawab aku!"

"Sesuai yang aku katakan, Nathasa!" Jawab Aciel pelan. Nathasa terdiam memandangi Aciel yang berjalan membelakanginya. Aciel lalu mengikuti tante Anna memasuki sebuah ruangan gelap yang dingin. Itu adalah ruang khusus dengan sebuah kursi kontrol untuk login ke dalam Cyber Firmament. Aciel lalu duduk di atas kursi itu dan memasang Hyperdive di kepalanya. "Aku siap..."

Penghubungan system saraf: Ok

Pemindahan fungsi saraf otak motorik: Ok

Penyambungan Hyperdive dengan saraf otak: Ok

Pemindahan fungsi otak ke dalam Hyperdive: Ok

Memasuki Hyperdive: Ok

Metode login: Sidik jari (dikonfirmasi)

Memasuki Cyber Firmament

****

"Sudah dimulai ya..." Ucap Avisha. Dia lalu tersenyum tipis dari lantai dua.

"Jadi, kita kesini untuk menonton adikmu memperebutkan seorang gadis? Aku tidak percaya ini." Ucap Fadia jengkel. "Aku yakin tim jurnalistik juga berpendapat sama denganku kali ini."

"Hebat kan rumahnya paman Arnold."

"Memang. Bagaimana kau bisa mendapat ijin masuk rumah dari seorang CEO perusahaan?"

"Tante Anna dan paman Arnold adalah teman lama papa dan mamaku. Nathasa adalah teman masa kecil Aciel. Begitulah."

"Tunggu, bagaimana kau tahu ini rumah mereka? Sementara Aciel tidak tahu kau ada disini."

"Aku menaruh alat pelacak sekaligus penyadap pada badan Aciel."

"Kakak macam apa kau ini."

Lalu, gate raksasa terbuka. Terlihat Aciel muncul di udara lalu mendarat dengan kakinya begitu keren. Dia mengambil senapan mesinnya dan mengisinya dengan peluru.

"Akhirnya sudah dimulai juga." Ucap Avisha. "Team jurnalistik, jangan lupa merekamnya!"

"Siap, kapten!" Jawab tim jurnalistik.

"Aristide. Hari ini kau akan menyaksikan bagaimana legenda lahir!"

"Aku akan senang menyaksikannya." Jawab Aristide. Dia lalu berdiri di samping kanan Avisha dan menyaksikan pertarungan itu.

Avisha membawa beberapa anggota tim jurnalistik untuk merekam pertarungan Aciel melawan ketua dari tim professional Royal Griffin yang legendaris

****

Arena berbentuk lingkaran yang polos dengan beberapa kotak persegi tanpa warna melayang-layang. Sebuah arena yang begitu polos tanpa adanya dekorasi. Arena yang seputih salju yang polos dan tidak membawa warna apapun kecuali putih.

Aciel mendarat dan lalu mengisi senapan mesinnya. Di sebrang arena, di hadapannya, Yuri mendarat dengan lembut seperti dia bisa melayang di udara. Dia memakai baju kemeja putih dan memakai jubah bulu untuk karakternya. Sepatu bootnya mengkilap dan di lengan kanannya tertulis 'Maskarov' nama perusahaanya yang juga sekaligus sponsor untuk timnya. Dia hanya bersenjatakan sebatang tongkat jalan berwarna hitam dengan ukiran-ukiran yang tidak jelas akan tetapi bentuknya begitu artistik. Warna rambutnya di dalam game berubah menjadi abu-abu dari abu yang terbakar. Mata birunya menyala terang.

"Welcome to Snow Realm." Sambut suara perempuan. "Battle will start in... 3... 2... 1... Start!"

Aciel lalu langsung berlari kepada Yuri sambil menembakkan senapannya. Untuk membalas itu, Yuri mengetukkan tongkatnya ke lantai sekali dan sebuah dinding es raksasa langsung muncul dari bawah lantai dan menghalau peluru-peluru Aciel. Aciel lalu berlari ke kiri sambil menembakkan senjatanya. Tetapi dinding es terus saja bermunculan menghalau serangannya. Dinding itu mencair lalu membeku lagi, membuatnya menjadi sebuah perisai yang berlapir-lapis dan kokoh. Aciel tidak lalu melemparkan granatnya. Granat itu meledak. Tetapi, sebuah angina dingin berhembus kencang menghantam Aciel. Aciel terpental dan menerima kerusakan. Dia jatuh berguling-guling, tetapi dia langsung berdiri lagi dan langsung berlari dengan kecepatan tinggi. Dia berteriak sambil menembakkan senapannya.

"Are you going to be a worthy enemy of mine, or become such clown for yourself?" Tanya Yuri.

Dia lalu menjentikkan jari di tangan kirinya. Sebuah ledakan nova terjadi di tempat Aciel berdiri. Aciel terpental. Lalu Yuri menjentikkan jarinya lagi berulang kali, membuat ledakan-ledakan nova terjadi. Aciel terpental ke kanan dan kiri, terbang dan melayang kesana kemari. Tetapi itu tidak menghentikkan Aciel. Aciel lalu menghindar dari salah satu ledakan itu, berlari kepada Yuri dan menembakinya dengan senapannya lagi.

"Doing the same stupid things again and again will end up in nothing but failure." Lalu salju turun dari langit-langit. "Vanish to dust!" Lalu saat Yuri mengibaskan tangannya, salju-salju itu tertiup angina yang luar biasa kencang dan menghantam Aciel dengan keras. Seperti digempur oleh peluru-peluru.

"Ini pertama kalinya aku bermain perang bola salju." Ucap Aciel. Lalu Aciel mengambil senapan mesinnya yang satunya lagi. Dengan sepasang senapan mesin, Aciel mencoba meggempur Yuri sambil berlari memutari Yuri. Akan tetapi, Yuri menghentakkan tongkatnya, membuat dinding es di sekitarnya. Dia berlindung di belakang benteng es nya sementara Aciel terus menembak.

Yuri lalu mengehentakkan tongkatnya. Dari bawah Aciel, bermunculan es yang menusuk Aciel. E situ terus bermunculan mengikuti hentakkan tongkat Yuri. Alhasil, Aciel terpental dan tertusuk beberapa kali, memaksanya memikirkan taktik yang baru untuk serangannya.

Tidak lama kemudian, serangan Aciel terhenti. Yuri dari belakang dinding es nya tidak bisa melihat apapun karena tertutupi dinding es buatannya. "What is he planning right now?" Tanya Yuri dalam hati. Tidak disangka, ada sebuah misil dari atas menerjang Yuri. Sadar akan hal itu, Yuri membuat perisai es di tangan kirinya. Misil itu menghantam perisainya dan membuat Yuri terpental sampai ke ujung sisi arena. Akan tetapi dia berhasil mendarat dengan sempurna. "Well, looks like it's the time to froze the situation." Ucap Yuri. Dia lalu mengetuk lantai dengan tongkatnya, membuat dinding e situ pecah menjadi serpihan-serpihan yang tajam. Lalu dia menebaskan tongkatnya, membuat serphan-serpihan itu meluncur dengan kecepatan tinggi ke arah Aciel.

"Aargh!" Desah Aciel. Serpihan-serpihan itu menusuk-nusuk badan Aciel seperti peluru senapan runduk. Tapi Aciel masih bisa berdiri. "Ini belum apa-apa."

"Is he worthy enough to receive my special gift? Let's see..." Ucap Yuri. Dia menaruh tangan kirinya di belakang pinggangnya, mengambil posisi seorang fencer dan menggunakan tongkatnya seperti pedang rapier. Dia langsung menyerang dengan bertubi-tubi tusukkan yang menghasilkan angin yang menusuk dengan kecepatan tinggi ke arah Aciel. Tebasan, tusukkan dilancarkan. "Northern Wind, True Polarish!" Teriak Yuri. Serangan-serangan udara dingin dari kutub utara, membawa salju dan dingin yang menusuk ke dalam rusuk Aciel. Dengan sigap, Aciel mengeluarkan tameng besarnya dan berlindung di belakangnya. Aka tetapi walau terlindungi dari angin Yuri yang menusuk, Aciel tidak bisa sembunyi dari dingin yang sangat menusuk.

"Aku bisa kena hypothermia jika begini caranya." Ucap Aciel. Aciel lalu maju mendorong perisainya melawan hembusan angin dingin. Seperti mendaki gunung es yang sangat agung. "Aku berada di ombak lautan angin yang dingin." Ucap Aciel. "Mengaunglah, ACIEL!" Semangati Aciel kepada dirinya sendiri. Aciel berlari mendorong perisainya, melawan dingin yang menusuk itu dengan penuh semangat.

Di tengah pertarungan, dia teringat semua masa dimana saat SD dan SMP, dunianya dihancurkan sedikit demi sedikit. Dia dibully dan direndahkan. Dia ingat kata-kata mereka yang menyakitkan. Semua kata-kata itu menggema di dalam kepalanya. Bagaimana mimpi dimana dia di rendahkan selalu muncul. Bagaimana dia diremehkan. Itu membuatnya marah... Itu membuatnya sakit... Itu membuatnya murka! Dan yang paling membekas di dalam kepalanya adalah... Kata-kata dari orang yang paling dia benci. Perempuan yang merenggut semua yang dia punya. "Kau tidak berharga Aciel. Matilah dan membusuklah..."

"Aku tidak akan membiarkan dunia ku hancur lagi!" Lalu Aciel berlari dan berlari menghantam semua serangan Yuri dengan perisainya. "Semakin kuat musuhku, semakin besar juga keinginanku untuk menjadi yang terkuat! Tuhan! Tolong berikan aku kekuatanmu dan aku akan membalaskan dendamku pada mereka yang merenggut duniaku!"

"This guy..." Yuri tersenyum. "What a worthy opponent." Dia lalu melambaikan tangan kirinya ke udara dan dia menggenggam tangan kirinya lalu menarik sesuatu dari langit. Hujan es jatuh seperti ribuan anak panah dari langit, memaksa Aciel untuk mengangkat tamengnya.

"Ini saja belum cukup! God Charge!" Aciel terus menerjang semua serangan Yuri walaupun dia dihujani ribuan es yang tajam. "Tidak ada waktu, maka akan aku lakukan sekarang!" Dia melemparkan ranjau di depannya. Dia lalu menginjaknya dan membuat dirinya terbang dengan ledakan itu. DIa terbang ke langit dengan kecepatan tinggi.

"What the..." Ucap Yuri tidak percaya... "Blayt!" Yuri langsung mundur dua langkah dan memasang kuda-kudanya. Aciel terbang menembus semua serangan Yuri.

Yuri lalu menangkis perisai besar itu. Tetapi di hadapannya, sudah ada Aciel yang membawa senaoan mesinnya di atas kepalanya, siap untuk menghajar Yuri dengan senapan itu. Pertarungan jarak dekat terjadi. Yuri menahan serangan senapan mesin Aciel yang dia ayunkan seperti palu. Mereka bertarung, saling menusuk dan mengayunkan senjata. Pertarungan mereka terjadi sangat lama dan imbang. Yuri dengan kemampuannya dalam berpedang, melawan seorang amatir yang sangat keras kepala untuk menyerah.

"You shall not defeat me!" Ucap Yuri. Dengan kecepatan yang sangat tinggi bahkan tidak bisa dilihat oleh mata, pukulan telak dari Yuri mendarat tepat di perut Aciel. Aciel lalu terpental dengan kecepatan peluru kebalakang. Dia terjatuh dan terguling-guling. "Northern Orchestra!" Tanpa ampun, Yuri lalu menghujani Aciel dengan serangan angin dingin yang menusuk dan bisa membelah besi dengan tongkatnya. Seperti seorang konduktor orchestra, Yuri mengayunkan tongkatnya dan menghujani Aciel dengan ratusan serangan angin.

Akan tetapi, dari tubuh Aciel, muncul api... Api hitam yang membara dan lalu meledak. Mencairkan dan menghanguskan semua serangan Yuri. Aciel berlahan bangun bersama api hitam yang menyelimuti dia. Matanya menjadi merah darah.

"Kekuatan ini..." Ucap Aciel pelan. "Adalah kekuatan... Yang aku cari... Aku akan menjadi malaikat pembawa kematian kepada dunia ini." Lanjut Aciel.

"I-itu... Api hitam yang legendaris." Ucap Fadia. "B-bagaimana dia bisa?"

"Masa lalu Aciel begitu kelam... Api hitam hanya bisa didapatkan dari mereka yang pernah merasakan keputus asaan yang sesungguhnya. Depressi yang sangat besar... Dan mereka yang pernah selangkah lagi dengan kematian..." Jawab Avisha.

"Kau... Kau sudah merencanakan ini semua... Itulah kenapa kamu memasukkanya ke kelas pemain iya kan?" Tanya Fadia menekan.

"Aku ingin dia membalaskan dendamnya dan menjadikannya pemain terkuat yang pernah ada. Hanya beberapa orang yang punya api hitam... Tetapi yang murni selalu yang paling besar kobaran dan kekuatannya. Aciel adalah impianku. Dan aku ingin dia membalaskan dendamnya." Jawab Avisha.

"So like that... Finally, you show me your true colour... The legendary black flame... Then I shall give you no disappointment." Ucap Yuri. Dia lalu menusukkan tongkatnya pada dadanya. Yuri lalu mengeluarkan cahaya biru es dari tubuhnya, bersinar sangat terang. Dia lalu berubah menjadi seekor serigala raksasa berwarna putih salju dengan cahaya biru es di matanya dan sepasang sayapnya yang berwarna putih menghempaskan angin ke seluruh arena. "Fenrir, join the hunt..." Ucapnya dengan suara berat yang menggema dan menggetarkan.

Tidak lama kemudian, dalam sekejap mata mereka bertarung lagi. Aciel yang menembakkan senapan mesinnya dengan peluru yang terinfus oleh api hitam dan Yuri yang berlari dengan kecepatan tinggi kepada Aciel menghindari semua serangannya. Setiap langkah Yuri menyentuh tanah, es tajam bermunculan dari bawah tanah. Tapi Aciel masih bisa menghindarinya dengan melompat ke kanan dan kiri seraya berlari maju kepada Yuri.

Dia teringat semua mimpi itu. Masa lalu dia bersama dengan Nathan. Dia yang menariknya dari kesepian dan kegelapan. Dia yang selalu ada buatnya saat dunia memalingkan wajah darinya. Dan sebuah kata dari Nathan yang akan selalu dia ingat. "Aku menyayangimu Aciel..." Sesuatu dalam hatinya bangkit. Sebuah rasa yang kuat untuk mencintai dan melindungi. Dengan begitu, di belakang punggungnya munculah sayap hitam dan sayap putih yang terbuat dari api kebencian dan api kasih dari dalam hatinya.

"Aku tidak akan menyerahkan Nathan kepadamu!" Teriak Aciel

"A-api putih? Ini pertama kalinya..." Ucap Aristide. "Aku tidak akan melawan adikmu lagi."

"B-bagaimana bisa? Ada apa dengan adikmu ini?" Tanya Fadia.

"Dia menyayangi Nathan dan membenci masa lalu dirinya yang kelam. Saat itu digabungkan, kekuatan dari sang cahaya dan kegelapan aku bergabung, menyerukan aku akan hidup pada sang pengguna. Eksperimenku berhasil..." Jawab Avisha.

Sementara di dalam rumah, Michael, Daniel, dan Nathasa sangat terkejut akan apa yang telah terjadi.

"Tuan Aciel... Dia... Hebat sekali... Jadi dia sengaja tidak menggunakan kemampuannya saat melawan kita... Dia sungguh luar biasa." Ucap Michael.

"Mungkin... Tidak ada salahnya aku memanggilnya tuan." Ucap Daniel pelan.

"Aciel..." Ucap Nathasa pelan. "Kau... Indah sekali..."

"Sepertinya calon menantuku benar-benar hebat." Ucap tante Anna.

"Yang mana?" Tanya Michael.

"Yang itu." Jawab tante Anna.

"Hah?" Ucap Michael bingung.

Sementara itu di arena. Aciel dan Yuri bertarung sangat sengit. Saat sang malaikat bertarung melawan sang Fenrir. Mereka saling menembakkan proyektilnya, saling mencakar dan menebas, saling tusuk menusuk. Mereka terbang dan saling menghantamkan senjata. Aciel terbang dan menembak bagaikan pesawat tempur, melawan serigala raksasa yang menyemburkan es, dengan taring sekuat permata, dan sayap yang menghembuskan angin. Hingga akhirnya Aciel masuk ke dalam fase overhealth. Aciel menderita rasa sakit yang luar biasa. Akan tetapi Aciel masih terus bersusah payah untuk saling menyerang Yuri, tanpa mempedulikan keselamatan dirinya.

"Let's end this right now. Snowstrom!" Ucap Yuri. Sekejap, di arena itu turunlah hujan salju yang sangat lebat. Awan hitam yang menutupi cahaya, dan petir yang menyambar-nyambar. Kekuatan Yuri bertambah. Dia mengendalikan hembusan angin dan dengan itu dia membentuk sebuah bola plasma di mulutnya. Plasma itu semakin besar dan besar.

Menyadari akan hal itu, Aciel juga mengumpulkan semua apinya di dalam satu peluru di senjatanya. Dia menginfus api hitam dan putih sebanyak mungkin ke dalam sebuah peluru senapan mesinnya, dengan harapan, itu dapat mengalahkan Yuri dalam sekejap.

"Snow plasma... AVALANCHE NOVA!" Teriak Yuri. Dia lalu melemparkan bola plasma itu kepada Aciel.

"Hammerhead Thunderclouds!" Teriak Aciel. Dia lalu menarik pelatuknya dan menembakkan semua peluru yang dia miliki ke arah Yuri.

Plasma raksasa dan serbuan peluru hitam-putih beradu di udara. Saling dorong mendorong tahan menahan. Hingga akhirnya sebuah cahaya muncul di tengah-tengah pertarungan itu. Cahaya itu semakin terang dan terang hingga menyelimuti semua sisi arena. Lalu ledakan yang sangat besar terjadi. Sekejap setelah itu, semuanya menjadi hitam.

****

"Ugh... Dimana aku?" Tanya Aciel... Dia berlahan membuka matanya. Wajah yang pertama dia lihat adalah wajah Nathasa yang menangis.

"Aciel!" Teriak Nathasa. Dia lalu memeluk Aciel dengan begitu erat. "Bodoh! Kenapa kamu memaksakan diri? Kenapa? Kau bisa mati tadi!"

"Aku lebih baik mati daripada kehilangan dirimu." Balas Aciel. "Aku tidak mau kehilanganmu lagi Nathan. Tidak akan. Aku tidak akan melepasmu lagi."

"Ah, apakah dia sudah sadar?" Tanya tante Anna dari dekat pintu. "Tuh, dia sudah sadar."

"TUAN ACIEL!" Teriak Michael. Michael lalu memeluk Aciel. "You okay sir?"

"Yeah... Maybe... Jadi... Siapa yang menang?" Tanya Aciel...

Lalu Daniel datang. "Aku punya 2 kabar. Yang satu buruk dan yang satu bagus."

"Apa kabar buruknya?" Tanya Aciel.

"Servernya meledak. Tapi sebelum servenya meledak, kau kalah..." Jawab Daniel.

"Sial! Kenapa bisa begini? Maafkan aku Nathan..." Lalu Aciel menangis sedih. "Maaf aku tidak bisa menyelamatkanmu..."

"Kabar baiknya, Yuri mundur dan menyerahkan Nathasa kepadamu..." Lanjut Daniel.

"Wait... Really?" Tanya Aciel.

"Yeah... Api putih... Itu dimunculkan dari emosi mencintai, dan ingin melindungi... Yah awalnya tadi ada pertimbangan karena kau mengeluarkan api hitam tanda kebencian, tapi itu tidak masalah." Jawab Avisha.

"K-kakak? Kenapa kakak disini?" Tanya Aciel.

"Untuk mengabadikan momen. Iyakan tante Anna?"

"Yap itu benar... Tante juga sudah berpikir," Jawab tante Anna. "sepertinya akan bagus kalau mulai sekarang perusahaan tante akan mengangkatmu sebagai sponsor."

Aciel hanya bisa tersenyum lebar... Tidak menyangka akan apa yang telah terjadi.

"So yeah... Happy marriage, buddy!" Ucap hologram Yuri yang berdiri tiba-tiba di sampingnya Aciel. "I'll invite you to join Royal Griffin if you want... After you graduate of course. Im sure we will be a good partner heh?"

"Y-y-yes... WOOOHOOOO!" Jawab Aciel. Lalu dia pingsan karena terlalu senang.

"TUAAAAAAN!"