Chereads / Cyber Firmament / Chapter 12 - Episode 11: Darurat

Chapter 12 - Episode 11: Darurat

Aciel berlari ke kamarnya. Setelah dia mendengar kabar bahwa Nathasa akan menikah dan menyerahkan masa depannya. Aciel bergegas untuk meminta tolong pada Michael. Dan tentu saja Michael ada di dalam kamarnya Aciel, sedang bermain game console.

Aciel segera membuka pintu kamarnya. "Michael, darurat!"

Michael langsung menghentikan permainannya. "Ada apa, Tuanku?"

"Hai, Aciel!" Sapa Veronika sambil memainkan game consolenya Aciel.

"Yo, apaan cuk?" Tanya Firza.

"Kalian semua ngapain di kamarku?" Tanya Aciel.

Lalu Veronika mengambil buku tugasnya, "Mengerjakan PR bareng-bareng."

"Tapi... Ngapain di kamarku?" Tanya Aciel.

"Michael yang ngajak." Jawab Veronika.

"Dah lah." Balas Aciel.

"Ada apa, Tuan? Kenapa anda terlihat sangat panik?" Tanya Michael.

"Nathan akan dijodohkan!" Jawab Aciel.

Ada diam canggung sejenak.

"Kamu ngapain ngurus perjodohannya orang?"

"Nathan kan laki-laki. Jangan bilang kamu..."

"T-tuan? Nathan? Itu nama laki-laki kan?"

"Maksudku Natasha! Dia adalah Nathan, teman masa kecilku! Harusnya aku tahu itu!" Jawab Aciel. "Dia akan dijodohkan dengan orang dari Russia dan aku harus menyelamatkannya!"

"Kamu suka Nathasa?" Tanya Veronika.

"Jadi, Nathasa transgender?" Tanya Firza.

"Menyelamatkan orang yang bersedia dijodohkan, Tuan? Atau anda yang cemburu dan ingin memiliki dirinya walau anda tahu apa yang anda lakukan salah? Itu tidak baik, Tuan." Ucap Michael.

"Dia menangis di taman saat dia berkata tentang hal itu. Aku tahu dia tersiksa. Dia ingin melawan takdirnya. Dan oleh karena itu, aku tidak akan kehilangan teman masa kecilku, jadi... Tolong pinjamkan kekuatanmu untuk menyelamatkan dia."

"Kau ingin ditemani ke rumahnya, Tuan? Baiklah. Keinginan anda adalah misi bagiku. Aku akan mendampingi anda sampai keujung dunia." Jawab Michael. "Walau permintaanya sedikit nyeleneh."

"Michael, ayolah!" Ucap Aciel sedikit memohon.

"Iya-iya-iya," Jawab Michael. "Yo, Veronika, Firza, aku pergi dulu."

"Bye-bye!"

****

"Tuan, darimana kau tahu alamat rumahnya Nathasa?"

"Aku mendapatkan kertas ini."

"Kertas apa ini... Owh... Biodata dan data kekuatan kami? Jadi anda mempelajari kami sebelum bertarung melawan kami? Hebat sekali, anda mendapat data ini darimana?"

"Kakakku. Dia wakil ketua OSIS. Dan anehnya dia mendapat akses ke data akademi. Bahkan dia meretas CCTV alun-alun untuk melihat pertarunganku dengan Aristide."

"Aristide? Sang Phoenix?"

"Yep. Dia hanya mengujiku dengan memukulku beberapa kali. Diabnding dengan Natasha, Aristide lebih menakutkan."

"Yep. Omong-omong... Kau yakin ini alamatnya?"

"Yep..."

"Ini rumah... Atau Palace?"

"Aku rasa palace... Wow..."

Sampailah mereka di depan pagar yang sangat besar setinggi 6 meter. Pagar membentang dari cakrawala ke cakrawala. Dan gerbang setinggi 9 meter berdiri di hadapan mereka. Bahkan pagar dan gerbang tersebut diberi hiasan dan ornament ukiran berwarna emas yang sungguh indah dan artistik. Aciel menelan ludahnya dan memantapkan nyalinya. Dia lalu mendekati gerbang itu. Dia mendapati di depannya ada alat pemindai dan bel. Dia lalu menekan bel itu. Ada jeda sejenak. Lalu ada seseorang yang berbicara dari dalam situ.

"Iya dengan siapa ini?" Tanya suara seorang perempuan kecil.

"Anu... Nama saya adalah Aciel Ezra, teman sekolahnya Nathan-maksudku Nathasa."

"Aciel Ezra... Bentar aku panggil Mama dulu."

*Tuuuuut* Koneksi terputus.

"Tuan, itu tadi siapa?"

"Entah, mungkin anaknya tante Anna."

"Anda kenal degan keluarga mereka?"

"Yep. Nathan dan aku adalah teman masa kecil. Waktu itu keluarga mereka masih berdagang ayam goreng. Daaaan mereka sepertinya berhasil membuat resep sendiri. Mungkin rumah mereka ini, adalah kesuksesan mereka menjual ayam goreng."

"Menakjubkan..."

Lalu ada suara seorang perempuan dewasa dari alat pemindai itu. "Aciel Ezra, itu beneran kamu?"

"Ha-hai tante Anna, hehe."

"Ayo masuk sini!"

Pintu gerbang itu terbuka otomatis, mempersilahkan Aciel dan Michael masuk. Aciel menelan ludah lagi. "Kamu tahu, mungkin sarapan yang Nathan berikan pada aku dan kakakku kemarin pagi adalah resep restoran mereka."

"Nathasa memasak untuk anda? Kharisma anda hebat sekali."

'Yep, mungkin bukan kharismaku yang bekerja... Ayo masuk."

"Baik, Tuan!"

Lalu Aciel berjalan bersama Michael ke dalam. Halamannya luas sekali. Rerumputan hijau yang membentang dari utara dan selatan. Air mancur yang begitu megah, mencurahkan airnya dengan anggun dan elegan. Jalanan berpaving yang terlihat begitu mewah berawarna hitam ala zaman gothic. Lampu jalanan yang mempunyai nilai artistiknya tersendiri dan bangku taman dengan warna coklat tua yang mengkilap. Bahkan rumah besar bagaikan kastil yang sudah terlihat dari kejauhan menunjukkan kesuksesan besar keluarga ini.

Sampailah mereka di depan pintu rumah setinggi 8 meter itu. Rumah besar yang sangat indah dengan berbagai ornament berwarna emas dan ukiran-ukiran flora dan fauna. Rumah yang lantai dan penyangga rumahnya yang dilapisi keramik yang mengkilap menunjukkan nilai keindahan rumah ini yang menjunjung tema alam dan zaman gothic.

"Assalamualaikum, tante..." Salam Aciel. Lalu perlahan pintu itu terbuka. Ada seorang perempuan berambut pirang, bermata biru yang berbadan ramping dan tinggi. Itu adalah tante Anna.

"Aciel... Sudah lama ya?" Sapanya.

"Iya te, sudah lama." Lalu Aciel salim kepada tante Anna.

"Michael," BIsik Aciel. "Salim."

"Um... Iya." Lalu Michael juga menyalimi tangan tante Anna.

"Gimana kabar orang tuamu, mas Aciel?" Tanya tante Anna.

"Syukurlah ba-weeeek," Belum selesai Aciel berbicara, tante Anna menarik-narik kedua pipi Aciel.

"Wah dulu masih kecil sekarang sudah besar, gemesnya uuuuuutututu."

"Tante, sakit, Aw, Weeee."

"Terus temenmu ini siapa?"

"Namanya Michael, tante."

"Oh temen sekelasmu juga ya?"

"Iya."

"Salam kenal, nama saya adalah Michael. Saya adalah pela-" Sebelum Michael selesai berbicara, Aciel menutup mulut Michael.

"Temen. Kita temen. Ok?"

"Ah, kenapa Aciel?" Tanya tante Anna.

"Ngga apa-apa kok. Hehehe."

"Oh, iya..." Lalu tante Anna memanggil anaknya, "Nathasa, Ian, Anastasia! Ada tamu."

"Iyaaa sebentar." Jawab suara laki-laki dari atas. Lalu seorang laki-laki berambut coklat dan bermata biru turun dari lantai dua. Dia lebih muda dari Aciel dan Michael. Akan tetapi... "Michael sang excecutor? Well, well, siapa yang tiba disini."

"Ian, kau... Grrrrrr..." Balas Michael menggerang. "Kau... Kenapa ada disini?"

"Ini rumahku, bodoh!" Jawab Ian.

"Ian, sopan santunmu mana?" Marah tante Anna.

"Michael, kau tahu dia?" Tanya Aciel.

"Dia adalah musuh gengku dulu. Dia disebut sebagai sang leopard dari timur."

Mereka berdua saling menggerang antara satu sama lain. Lalu tante Anna mencubit pipi Ian sangat keras hingga dia memohon-mohon ampun dalam bahasa Russia. Lalu Ian duduk di hadapan Aciel dan Michael dengan ekspressi cemberut dan marah penuh dendam kepada Michael.

"Maafkan anak tante ya." Ucap tante Anna.

"Iya, tante." Jawab Aciel.

"Grr...." Gerang Michael.

"Michael, sudahlah." Bisik Aciel kepada Michael. "itu kan masa lalu. Sekarang yang terpenting adalah kita diam."

Lalu turunlah seorang anak perempuan kecil dari tangga. Dia adalah Anastasia, adik dari Nathasa dan Ian. Dia turun sambil membawa bonekanya. "Mama, kenapa om-om menakutkan ini boleh masuk?" Tanya dirinya kepada ibundanya.

"Siapa yang om-om..." Ucap Aciel sedih.

"Jelas kita, tuan." Jawab Michael.

"Mama! Kak Nathasa nangis terus di kamar. Memangnya kenapa Ma?" Tanya anak kecil itu dengan polosnya. "Mama juga ngga mau main sama Donny."

"Donny itu siapa njir, jangan-jangan tunangannya... Tidaaaaak." Ucap Aciel seraya menjerit dalam hati.

"Nathasa, ayo turun!" Panggil tante Anna.

"Ngga mau, aku ngga mau! Cukup!" Jawabnya dari lantai atas.

"Tapi yang kesini adalah Aciel lho."

"ACIEL?" Lalu langkah Nathasa terdengar dari atas dengan tidak beraturan. Dia seperti sedikit terburu-buru. Lalu dia menjerit. "AAA!" Sepertinya dia terjauh atau menabrak sesuatu.

"Nathasa? Kamu tidak apa-apa?" Tanya tante Anna khawatir.

"I-iya aku ngga apa-apa." Jawab Nathasa.

"Wah, jarang sekali dia seperti ini." Ucap Ian. "Mungkinkah... Owh... Begitu..." Ian lalu melihat Michael dengan tajam dan penasaran.

"Apa?" Tanya Michael.

"Kakakku suka kamu ya, HA! Aku tidak akan membiarkanmu memiliki dia. Atas nama sang pahlawan yang terikat oleh darah dari para dewa kebencian, bawa terormu sampai ke surga, munculah, Behemoth!" Lalu Ian mulai menyerang Michael. Mereka berdua lalu bertarung di dalam rumah seperti dua ekor kucing yang merebutkan kekuasaan.

"IAN! CUKUP!" Teriak tante Anna.

Lalu Anastasia melemparkan bonekanya kea rah mereka berdua. Ternyata bukan boneka, itu adalah seekor kucing gemuk dengan kaki pendek berwarna coklat krem. Kucing itu lalu mencakar dan menggigit mereka berdua. Pertarungan selesai dengan mereka berdua tergeletak di atas lantai karena bertarung melawan kucing itu.

"Donny, puss." Lalu kucing itu lompat ke gendongan Anastasia.

"jadi dia Donny... Njir." Lalu Aciel meminta maaf kepada tante Anna. "Maaf, Te. Michael-"

"Engga kok, Ian yang salah, ngga usah dipikirin... Ian, kamu ke lantai 2 aja kalau ganggu terus." Usir tante Anna.

Lalu Ian memalingkan wajahnya dan pergi ke lantai atas sambil berjalan dengan sebal. Lalu dia berpapasan dengan Nathasa yang baru turun dari lantai atas. Dia melihat Ian yang sebal sejenak. "Ma, Ian kenapa?"

"Dia habis menyerang tamu Mama."

"Owh..." Lalu dia menoleh ke Aciel. "H-hai, Aciel!"

Aciel membalas dengan sama malunya, "K-konichiwa-desu. I guess... Ya opo iki, Michael, aku kudu ngomong piye?" (Halo. Aku rasa. Gimana ini, Michael, aku harus berbicara gimana?)

"Langsung to the point, TUAN, TUNJUKKAN BAHWA ANDA GENTLEMAN SEJATI!" Ucap Michael dengan semangat mengebu-ngebu.

"M-Michael, jangan panggil aku Tuan!" Perintah Aciel dengan marah dan malu.

"Ara... Tuan, jadi Aciel itu tuanmu?" Tanya tante Anna.

"Yes Ma'am!" Jawab Aciel pasrah. "Itu Cuma janji konyol Michael yang dia buat sendiri. Jika dia kalah, dia bersedia melayaniku sampai aku lulus."

"Dan kamu berhasil mengalahkan Michael." Lanjut tante Anna.

"Yes begitulah..." Tanya Aciel sambil memalingkan wajah.

"Kita langsung saja, apa tujuan kalian berdua datang kesini?" Tanya tante Anna dengan senyuman tetapi dengan nada bicara tegas.

"Mengawal Aciel melamar Nathasa, nyonya!" Jawab Michael tegas.

"MICHAEL!" Teriak Aciel.

"Ara-ara!" (Ya ampun!) Jawab tante Anna.

"A-a-a-a-Aciel!" Wajah Natasha memerah. "Kamu ngomong apa sih! Aku udah dijodohkan!" Lanjut Nathasa dengan sedikit marah. Lalu dia menjadi murung. "Maaf... Aciel..."

"Tidak... Aku melihat Nathan menangis di atas jembatan taman!" Ucap Aciel. "Nathan tidak bahagia dengan takdir yang dipilihkannya. Oleh karena itu, aku datang untuk menyelamatkan Nathasa dan keinginannya untuk menjadi pemain di cyber firmament. Dia adalah orang yang sangat berbakat dan kuat. Maka dari itu... Tolong tante. Aku bersedia menjadi pasangan Nathan, karena aku ingin dia bahagia. Mungkin terdengar egois, tapi, aku tidak akan mengecewakan anda dan dia." Ucap Aciel dengan sangat laki-laki dan tegas.

"Wah..." Ucap tante Anna terkesima. "Yuri Maskarov, anak dari Ivan Maskarov seorang pemain cyber firmament sekaligus ketua dari team professional Royal Griffin International dan anak seorang pengusaha dagang komersial Maskarov Commercial Co. yang terkenal, melawan seorang Aciel Ezra, teman masa kecilnya. Ara-ara... Menarik sekali."

"Aciel Ezra, penerima sekaligus terbaik jalur beasiswa dari lembaga beasiswa Ezra International yang berhasil mengalahkan saya, Michael Aditya Purnama sang eksekutor dari utara." Sambung Michael. "Dan juga, mohon maaf tante, Nathasa juga ikut dalam team Flame lady punya Helena." Lanjut Michael.

"Aku akan buat pertarungan antara kau, Aciel, dengan Yuri. Kalian berdua menjanjikan sebagai penerus keluarga kami. Akan tetapi, ada syarat untukmu Aciel." Ucap tante Anna. "Kalahkan Daniel Hartmann, sang pangeran kegelapan yang merupakan terbaik jalur undangan. Dengan begitu aku dapat memastikan kalau kau memang pantas untuk meminang Nathasa."

"Siap, serahkan pada saya!" Ucap Michael. Lantas Michael segera menarik Aciel. "Tuan Aciel! Kalahkan Daniel Hartmann sesegera mungkin. Tunjukkan kehebatanmu, tuan Aciel!"

"Kenapa malah kamu yang semangat?" Tanya Aciel.

"Baiklah, tante, permisi dulu. Kami akan membawa Daniel kehadapan anda segera!" Ucap Michael berpamitan dengan semangat. Dia menarik Aciel dan menyeretnya keluar. "All Hail Lord Aciel!"

"Michael... Kau ini... Kenapa?" Tanya Aciel pelan.

****

Sore hari yang cukup damai di akademi. Disini kita melihat Daniel Hartmann bersama teman-teman laki-laki dan perempuannya di habitatnya. Daniel sudah berhasil memikat hati lima orang gadis dan juga berhasil menjalin aliansi dengan dua orang laki-laki bernama Elvano Mahardika, seorang pemain dari kelas A dan Kriss Sudirman, seorang yang pernah melawan Meilinda. Mereka semua saling bercanda dan tertawa bersama. Hingga akhirnya sebuah pandemi datang.

"SIAPA DISINI YANG NAMANYA DANIEL HARTMANN?" Teriak Michael.

"Daniel, ada yang memanggilmu!"

"Bro, keknya dia nantangin tuh!"

"Tunjukkan siapa tokoh utamanya, Leinad!"

Teman-temannya mendukung Daniel yang tentu saja sudah terlihat dia seperti ditantang bertarung oleh Michael.

"Oh, Michael. Terbaik jalur tes. Ada apa? Kau ingin melawanku?" Tanya Daniel.

"Bukan aku. Tapi, tuan Aciel!" Ucap Michael semangat. Dia lalu menyeret Aciel yang sudah terkapar pusing karena ditarik-tarik oleh Michael. "Ini dia! Lawan dia!" Ucapnya sambil menyogohkan Aciel. "Tuan Aciel Ezra, terbaik jalur beasiswa."

"Hooo... Biasanya aku yang menantangnya dan kukira dia takut melawanku. Baiklah, aku terima tantanganmu. Tapi harus Aciel sendiri yang memantangku!" Balas Michael.

"bangun, Tuan! Bangun!"

"Urgh, bentar. Kasih aku beberapa detik..." Balas Aciel. Dia perlahan bangkit dari atas tanah. "Daniel Hartmann. Aku menantangmu bertarung. Yang kalah harus melayani yang menang sampai lulus. Menjadi bawahannya dan bersedia melakukan apapun demi tuannya. Bersedia?"

"Yep. Ayo kita bertarung! Akhirnya aku bisa bertarung melawanmu haha!" Jawab Daniel.

"Semangat Danieeeeel!"

"Go go Daniel!"

"Daniel forever!"

"Daniel jika kamu menang aku akan jadi pacarmu!"

Teman-temannya menyemangati Daniel. Bahkan orang-orang di sekitar juga menyemangati Daniel. Daniel seperti tokoh utama di akademi ini. Tapi, dia tidak tahu apa yang menunggunya.

****

Penghubungan system saraf: Ok

Pemindahan fungsi saraf otak motorik: Ok

Penyambungan Hyperdive dengan saraf otak: Ok

Pemindahan fungsi otak ke dalam Hyperdive: Ok

Memasuki Hyperdive: Ok

Metode login: Sidik jari (dikonfirmasi)

Memasuki Cyber Firmament

Aciel masuk ke dalam arena Cyber Firmament. Dia mendarat dengan mulus di atas arena. Dia sudah mempersiapkan senapan mesinnya dan rompi pelurunya. Di tangan kirinya, perisai portable anti serangan jarak jauh sudah siap untuk diluncurkan.

Di lain sisi, Daniel Hartmann. Dia berdiri dengan pakaian formal. Jas hitamnya yang mengkilap, celana hitamnya yang keren, sepatu hitamnya yang berkilau seperti sering disemir, dan dasi biru shappirenya jelas menunjukkan dia adalah anak orang kolongmerat. Semua perlengkapan itu harganya pasti sangat mahal. Dia lalu mengambil sepasang pistol dengan warna emas dan perak dari belakang pinggangnya. Dia menodongkannya ke Aciel. "Aciel! Ingatlah hari ini sebagai hari kekalahanmu!" Kata dirinya kepada Aciel dengan percaya diri.

"Kita lihat itu..." Balas Aciel dengan pelan."

Lampu indikator menunjukkan tanda "Set"

Mereka semua bersiap. Lalu "Ready!" Dan mereka berdua saling menatap satu sama lain.

"GO!" Dan disaat itulah mimpi buruk dimulai.

Daniel menembakkan kedua pistolnya. Akan tetapi, peluru yang meluncur sudah dia percepat dan dalam sekejap sudah tertanam di badan Aciel. Lalu suara ledakan suara baru terdengar setelahnya. Aciel lalu terpental ke belakang dan menabrak dinding pembatas. Dia mencoba berdiri lagi.

"Kau masih ingin lanjut?" Tanya Daniel. "Walaupun tidak ingin, aku akan tetap lanjut, hahahahahaha!" Dia lalu menghujani Aciel dengan peluru dengan kecepatan supersonic. Lagi dan lagi dan terus menerus. Asap dari tanah yang berterbangan menutupi pandangan Daniel. Tetapi itu tidak membuatnya berhenti. "Nama siapa yang akan kau tangisi saat kau mati?" Lalu dia mengganti senjatanya dengan senapan mesin ringan. "SIAPA HA? HAHAHAHA!" Dia lalu menggempur Aciel dengan hujan peluru yang lebih deras lagi.

Dari balik asap, sebuah tameng berdiri kokoh walau tergempur serangan seperti iblis tadi. Aciel berteriak, "AAAAAAAAA!" Sambil berlari kepada Daniel. Teriakan pertarungannya memberi sedikit rasa takut bagi Daniel. Dia tidak menyangka ada yang masih hidup dari gempurannya. Dia lalu mengambil senapan mesin ringan lagi. Ada sepasang sekarang di tangannya.

"Hanya ini? LEMAH!" Dia lalu menghujani perisai Aciel dengan hujan peluru lagi sambil berjalan mendekat kepada Aciel. "Apa kau memang pantas untuk beasiswa itu? Aku rasa tidak! Aku, Daniel dari keluarga Hartmann lah yang pantas mendapatkan itu! Bukan orang dalam sepertimu, sialan!"

Aciel tidak menghiraukan itu. Dia mengambil pistolnya dan menembak Daniel sambil mendekat. Aciel seperti frustasi mengahadapi apa yang ada dihadapannya.

"Melawan musuh yang lemah tidak membuktikan apapun. Aku akan segera mengakhiri pertarungan ini dan mencari pertarungan yang lebih pantas. Kau mengecewakan." Ucap Daniel. Dia lalu melempar kedua senjatanya dan mengambil sebuah shotgun. "Ho, daripada kabur, kau memilih datang mendekatiku? Maka mendekatlah semaumu!"

Aciel tidak membalasnya. Dia lalu menyimpan pistolnya dan mengambil granat flashbang. Jarak mereka semakin dekat dan semakin dekat. Hingga akhirnya mereka bertemu. Daniel menembakkan shotgunnya. Dia mempercepat kecepatan pelurunya hingga membuat perisai milik Aciel terpental jauh ke atas langit. Di saat itu juga, Aciel melemparkan granat flashbangnya. Granat itu meledak dan memancarkan cahaya putih yang membutakan mata. Daniel tidak bisa melihat apapun untuk sementara waktu. Kesempatan itu dimanfaatkan Aciel dengan cepat. Dia mengambil pisau bayonetnya dan menusuk dada Daniel dengan itu. Setelah tertancap, Aciel hendak menariknya ke atas untuk membelah kepala Daniel menjadi dua, akan tetapi Daniel langsung saja memegang tangan Aciel. "Kau... Matilah!" Dia lalu menembak Aciel dengan shotgunnya. Aciel langsung terpental jauh dengan sangat cepat hingga menatap tembok pembatas di belakangnya, lagi.

"S-sial... Satu tembakan dan aku sudah masuk masa overhealth... Terlalu luar biasa. Aku bisa instant death tadi jika aku tidak siaga." Ucap Aciel kepada dirinya sendiri. "Tapi, bukan hanya aku saja yang akan overhealth."

Pisau yang tertancap di dada Daniel sudah dipasang bom oleh Aciel. Saat Daniel menoleh ke bawah, dia sudah terlambat untuk mencabutnya. Bom itu meledak dengan keras. Api terbakar di hadapan Aciel. Akan tetapi, ada bayangan manusia disitu. Daniel tidak mati walau terkena serangan kejutan sebesar itu. "Sial." Ucap Aciel. "DI game ini, jika kau bisa membunuh musuhmu dengan serangan dengan kerusakan besar tanpa memberikannya waktu untuk mengaktifkan overtime, maka kau menang. Tapi, tidak masuk di akalku, bagaimana dia bisa selamat." Lalu Aciel mengambil senapan mesinnya dan menggempur Daniel dari jauh. Peluru-peluru yang melesat, semuanya jatuh ke atas tanah karena hilangnya kecepatan.

"Di game ini. Jika kau menusuk jantung atau otak musuhmu, maka mereka akan langsung mati karena rasa sakit itu dan langsung kalah. Harusnya kau sudah mati karena shotgun ku. Guess, I was wrong, my mistake." Lalu sambil menangkis peluru-peluru Aciel, dia memunculkan sebuah robot di belakangnya. Robot itu tidak mempunyai kaki, tapi punya badan serta lengan yang besar. Robot itu melayang persis di belakang Daniel. Lalu, di punggungnya, terdapat dua meriam dengan caliber 80 mm dengan 3 moncong mengarah kepada Aciel. "Aku sudah meremehkanmu sepertinya... Sekarang, matilah!"

Aciel digempur dengan hujan meriam supersonik. Beberapa kali dia menembakkan meriam dengan kecepatan yang tinggi kepada Aciel. Asap ledakan terbentuk di sekitar Aciel hingga membuatnya tidak terlihat lagi. Tapi Daniel terus menerus menembaknya.

Aciel memanfaatkan ledakan itu untuk melompat ke udara. Dia melayang di arena. Dari atas dia melihat Daniel yang masih tertawa sadis sambil menggempur lokasi awal Aciel berdiri. Aciel dengan sigap mengambil pisaunya dan menukik dengan kecepatan tinggi. Dan dengan sekali serangan, dia menusuk ubun-ubun Daniel. Daniel terdiam tidak menyangka apa yang terjadi.

"A-apa yang?" Tanya Daniel. Tapi saat dia menoleh kepada Aciel, dia pecah menjadi partikel-partikel yang tertiup angin. Kali ini Aciel menang dengan memanfaatkan serangan musuhnya untuk menyerang balik. Dan dengan sah Aciel menang. Dengan begini, Daniel harus melayani Aciel sampai dia lulus.

****

"Daniel terduduk diam di kursi kontrolnya. Tatapannya kosong. Bahkan teman-teman yang mencoba menghibur dia tidak bisa menghilangkan rasa kosong dan kecewa di hatinya.

"Daniel, Daniel! Itu cuma kebetulan, tenang saja! Kami akan membalasnya." Ucap Kriss.

"Iya itu benar, aku akan membalaskanmu, Daniel!" Ucap Elvano.

"Daniel, kau tidak apa-apa?" Tanya teman perempuannya.

"Daniel! Da... Niel..." Ucap teman perempuannya yang satunya.

"Daniel Hartmann..." Panggil Michael. Daniel menoleh dengan tatapan kosong. "Sesuai perjanjian, kau harus melayani Aciel dan memanggilnya 'Tuan'!"

"Tidak, aku tidak setuju!" Tolak para perempuan.

"Kau tidak bisa seenaknya sendiri memutuskan!" Sela perempuan yang lain.

"Tidak... Aku harus menepati janji demi harga diriku." Lalu Daniel berdiri dan menunduk kepada Aciel. "Tuan Aciel. Aku siap melayanimu."

Dan sejak hari itu, Aciel mempunyai dua orang pelayan.