Chereads / Cyber Firmament / Chapter 7 - Episode 6: Dibalik Senyuman

Chapter 7 - Episode 6: Dibalik Senyuman

"Michael..."

"Iya, tuan?"

"Tolong berhenti memanggilku tuan!"

"Baik, sir!"

"sir juga tidak."

"Yes master."

"Bodo amatlah."

Beberapa hari setelah kejadian itu, Michael terus mengikuti Aciel sebagai pengikutnya. Sebuah janji yang membuat kontrak yang dibuat oleh Michael sendiri telah menjadi senjata makan tuan. Dan Michael adalah orang yang menepati janjinya demi harga dirinya. Untuknya, harga diri dan kehormatan adalah yang terpenting bagi dirinya.

Malam ini, Aciel keluar sekolah dan pergi ke alun-alun kota untuk membeli sebuah terang bulan bersama Michael. Tepatnya, diikuti Michael.

"Michael. Bisakah kau berhenti mengikutiku?" Tanya Aciel risih.

"Tidak. Keselamatan tuan adalah prioritasku."

"Ok, aku putuskan kontrak denganmu. Yang membuat janji itu adalah kamu kepadaku. Jadi aku akan menghanguskan kontraknya."

"Kontrak itu adalah janji yang tidak hanya kubuat kepadamu tetapi juga janji yang aku buat kepada diriku sendiri. Aku menerimanya juga sebagai hukuman atas betapa lemahnya aku di hadapanmu, tuan Aciel. Maka dari itu, mohon bimbingannya."

"Hadeh..." Aciel menghela nafas. "Terseralah... Bagiku kau bukan bawahanku, melainkan temanku. Untuk sementara ini."

"Sungguh kehormatan bagiku, tuan Aciel."

Penasaran akan hal itu, penjual terang bulan bertanya pada Aciel. "Mas, itu pembantumu?"

"Bukan, dia temanku."

"Tapi mas, kalian seperti majikan dan pengawal."

"Aku menganggap dirinya sebagai temanku."

Lalu sang penjual terang bulan bertanya pada Michael. "Mas, permisi, bagi anda, temanmu ini siapa?"

"Dia adalah majikanku!" Ucap Michael tanpa ragu sedikitpun. "Aku percaya, dia akan membimbingku menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Aku bersedia memberikan segala yang aku punya demi membantunya, suka maupun duka."

Para pelanggan yang lain langsung saja tersenyum canggung. Beberapa tertawa. Dan yang perempuan langsung saja menjerit suka kegirangan "KYAAA!" Seperti itu. Lalu mereka memfoto Aciel dan Michael.

Aciel menepuk kepalanya. "Cobaan apalagi ini, Gusti." Ucapnya frustasi.

"Oooo...." Angguk sang penjual. "Yaudah mas, makasih." Ucapnya tersenyum dengan canggung.

Angin malam berhembus menerpa wajah Aciel. Dia sedikit kedinginan, tetapi dia rela menunggu demi terang bulannya. Lama mengantri, akhirnya Aciel juga menjadi bosan. Yang hanya bisa dia ajak bicara satu-satunya hanyalah Michael. Aciel akhirnya berpikir keras, mencari topik pembicaraan dengan Michael agar tidak terus menjadi canggung. Dia tidak ingin insiden saat dia masih SD dan SMP terulang lagi. Dia melamun sebentar. Alhasil, dia mendapatkan ide pembicaraannya.

"Um... Michael. Apa kau punya pacar."

"Pernah. Tapi sekarang tidak."

"Pernah? Ceritain dong."

"mantan yang ke berapa?"

"Mantanmu ada berapa?"

"Lima belas."

"Wow, kau popular sekali ya."

"Tapi semua kisah cintaku berakhir tragis. Bahkan aku jadi bermusuhan dengan mereka. Dan selalu saja aku yang menjadi korbannya, maka dari itu aku ingin fokus ke dalam Cyber Firmament agar aku bisa cepat-cepat melupakan mereka."

"Tragis. Coba ceritakan tentang kisahmu?"

"Dengan mantan yang mana?"

"Yang paling tragis."

"Umm Baiklah. Kisah ini berawal saat aku masih kelas dua SMP. Aku jatuh cinta pada teman sekelasku. Untuk mendekatinya, aku berusaha menjadi seakrab mungkin dengannya. Selalu ada disaat dia membutuhkan. Selalu hadir saat dia menangis karena pacarnya yang posesif. Sampai aku yang mengajaknya liburan, mengerjakan tugasnya, bahkan mengantarnya pulang ke rumah. Semua itu dari aku. Setelah dia putus dari pacarnya, aku punya kesempatan untuk mendekati dirinya. Kami akhirnya semakin dekat. Pada tanggal 1 Januari aku mengatakan perasaanku dan memintanya menjadi pacarku."

"Dia menerimamu?"

"Iya. Satu tahun lamanya kami pacaran. Akan tetapi ternyata selama ini aku hanya selingkuhannya. Dia berhubungan dengan orang yang lebih kaya dan lebih tampan. Dia meninggalkanku begitu saja setelah itu dengan alasan dia sudah bosan denganku. Dan parahnya, mereka melakukan hubungan suami-istri di depanku yang masih mencintainya. Luka itu sangat membekas di hatiku. Semua kata-kata hinaan yang dia ucapkan, bagaimana dia merendahkan harga diriku, dan bagaimana dia melupakan semua kerja kerasku. Lalu aku terpuruk dalam kesedihan, hingga aku bermain degan Hyperdrive. Game pertama yang aku mainkan dengannya adalah Straight Strike. Aku merasa menemukan dunia baru di dalam situ. Aku punya kesibukan untuk mengalihkan kesedihanku. Lalu aku baru tahu ada game yang dijadikan olahraga nasional di Indonesia, yaitu Cyber Firmamment. Saat aku masuk, aku mendapatkan kekuatan kegelapan yaitu Nightmare Caller. Aku bisa mewujudkan bentuk apapun dari dalam mimpi burukku dan kesedihanku. Semua makhluk yang aku anggap mengerikan sekarang adalah teman-temanku. Dan itulah bagaimana aku menjadi aku yang sekarang ini."

Michael lalu mengusap air matanya yang keluar sedikit. Lalu dia tertawa kecil pada dirinya sendiri. Tapi dia bingung, mengapa Aciel tiba-tiba menangis.

"Michael!" Teriaknya. Lalu Aciel memeluk Michael. "Aku sangat mengerti perasaanmu. Aku sangat mengerti,"

"T-tuan," Berlahan ekspresi bingung Michael hilang dan dia tersenyum memeluk Aciel. "Jadi kita senasib ya. Bedanya aku sudah move on dan kau belum. Aku akan membantumu Move on, tuan."

"Kamu tidak mau tahu masa laluku?"

"Jika anda tidak ingin menceritakannya, itu tidak apa-apa, Tuan."

"Terimakasih, Michael." Lalu Aciel melepas pelukannya. "Omong-omong, aku pernah diberitahu seseorang kalau kamu suka membunuh musuhmu?"

"Tepatnya aku menikmati menyiksa mereka dan melihat mata mereka ketakutan. Fufufu... Itu sungguh menyenangkan. Kau harus mencobanya sesekali. Biarkan dirimu yang liar mengendalikanmu. Maka kekuatan yang luar biasa akan menyelimuti dirimu."

"Okay, itu mengerikan."

"Karena itulah aku bisa move on. Anda harus mencari pengganti dari kekosongan hati itu."

"Tapi bagaimana caranya?"

"Hmmm... Anda tidak ingin mencoba menyiksa musuhmu?"

"Tidak. Itu mengerikan."

"Bagaimana kalau mencoba mencari cinta baru dari kekasih baru?"

"Kekasih baru... Siapa?"

"Bisa saja seseorang dari kelas kita. Veronika contohnya, rambut putihnya dan mata birunya imut juga."

'Tidak. Aku belum berkenalan dengan dia."

"Bagaimana dengan Aqilla? Wajahnya imut dan manis lho. Mata ambernya dan rambut coklatnya sangat serasi. Apalagi rambutnya berkepang dua."

"Aku kenal dengan dia aja tidak."

"Bagaimana dengan Natasha dan Meilinda?"

"Kalau Natasha... Dia tsundere. Agak rumit untuk bisa dengannya. Mungkin aku akan mulai dengan Meilinda."

"Ide yang bagus, tuan. Aku sarankan anda untuk mencari intel tentang dia agar anda bisa mengenalnya lebih dekat."

"Intel ya... Hmmm..."

****

Jam 12 malam

Di gedung asrama perempuan

"Kucing kepada gagak, ganti."

"Gagak kepada kucing, aku bisa mendengarmu, ganti."

"Apa target sudah terlihat? Ganti."

"Belum. Sebaiknya tuan lebih cepat membuka pintunya, lebih berbahaya jika orang lain yang menemukan anda, ganti."

"Iya aku berusaha ini-tapi ini sangat sulit."

"Berjuanglah, tuan!"

Setelah menaruh terang bulan di kamarnya, Aciel dan Michael membuat rencana untuk mendapatkan intel tentang Meilinda. Tahap pertama dimulai dengan Aciel menyelinap masuk ke dalam kamar Meilinda dan menaruh penyadap dan kamera tersembunyi di dalamnya. Dan sekarang, Aciel sedang berusaha membobol pintu kamar Meilinda.

*Cklek*

"Yosh, pintu berhasil dibuka, ganti."

"Dikonfirmasi. Saat ini target belum terlihat, ganti."

"Yosh, aku akan masuk."

Setelah berhasil masuk ke dalam, Aciel sesegera mungkin menaruh penyadap dan kamera tersembunyi berbentu boneka teddy di kamarnya Meilinda. Tapi, Aciel mendapati bahwa kamar Meilinda jauh dari kata rapi. Semua barang, baju, dan perabotan tersebar dimana-mana. Gorden yang kotor, jendela yang berdebu, dan ruangan yang kotor. Aciel mendapati ada yang salah disini.

"Gagak kepada Kucing, darurat merah!"

"Apa itu?"

"Target mendekati kamar, target mendekati kamar!"

"Aku harus bagaimana?"

"Jika kau keluar, dia bisa melihatmu, Tuan. Aku saranku kau untuk bersembunyi di bawah kasurnya."

"Ide bagus! Aku akan segera melakukannya."

Lalu Aciel secepat mungkin menutup pintu masuknya dan segera masuk ke dalam bawah kasur Meilinda. Seperti kucing dia bersembunyi. Diam tanpa suara. Bersatu dengan kesenyapan dan keheningan malam.

Meilinda masuk. Dia lalu curiga kenapa pintunya sudah terbuka sebelum dia membuka kuncinya. Curiga, Meilinda lalu mengambil taser gunnya dan menodongkannya ke seluruh ruangan. Dia membuka lemarinya dan langsung menodongkan senjatanya. Tapi tidak ada siapa-siapa. Dia mencoba membuka jendela, akan tetapi jendelanya terkunci. "Mungkin... Aku lupa menutup pintunya." Lalu Meilinda terdiam. Dia berjalan dan menutup pintunya. Setelah itu, dia duduk di atas kasurnya.

Aciel menyadari, ini tidak seperti Meilinda yang biasanya, bukan seorang gadis yang selalu semangat dan energetik. Tapi kali ini, dia seperti bukan Meilinda. Aciel masih diam di bawah kasur dengan jantung berdebar-debar.

Tetes-tetes air mata berjatuhan dari atas kasur. Terdengar suara Meilinda yang menangis. Tangisannya semakin lama semakin keras. Lalu terdengar suara jeritan putus asa dari Meilinda yang diredam oleh bantal. Meilinda menangis terus menerus sampai lantai kamarnya basah oleh air matanya. Meilinda terdengar memukul-mukul dirinya sendiri sambil berteriak. Hingga akhirnya, Meilinda mengambil pisau dan hendak membunuh dirinya sendiri.

Melihat itu, Aciel langsung saja keluar dari bawah kasur dan menahan Meilinda dari membunuh dirinya sendiri. "J-jangan lakukan itu!" Langsung saja Meilinda menebas Aciel karena kaget. Aciel mundur dengan tangannya yang bercucuran darah. Darah menetes di atas lantai. Warna merah bercampur dengan air mata. "Aw-aw-aw-aw-aw-aw, Gagak, aku butuh bantuan!"

*Tuuuuuuuuuuut*

Ternyata sinyal walkie-talkienya telah terputus.

Meilinda menodongkan pisaunya kepada Aciel. "Ternyata memang ada penyusup. Apa maumu? Kamu ingin memperkosa aku? Aku akan membunuhmu duluan!" Lalu Meilinda berusaha menusuk Aciel dengan pisau dapurnya. "MATIIIIII!"

"Meilinda, aku tidak mau kamu mati maka dari itu aku menahanmu!"

"Masa bodo aku denganmu!" Lalu Meilinda mendorong Aciel. Aciel terdorong ke belakang dan menatap tembok dengan keras lalu terjatuh. "Kamu ngga akan ngerti masalahku!" Lanjut Meilinda. "Apa? Kamu ingin tubuhku? Silahkan setelah aku mati! Toh hari ini aku juga akan mati!" Lalu Meilinda mengarahkan pisaunya ke lehernya dan siap untuk menggorok lehernya sendiri.

Aciel langsung saja menangkap tangan Meilinda dan mencoba merebut pisau itu darinya. "Aku tidak akan membiarkanmu mati!"

"Kalau kamu sayang sama aku, harusnya kamu biarkan aku mati! Aku sudah tidak mau hidup di dunia ini!"

"Kau harus tetap hidup!"

"Tidak mau! Tuhan itu kejam dan seisinya hanyalah monster! Aku ingin mati dan masuk ke dalam kedamaian untuk selamanya!"

"Yang ada jiwamu tidak akan pernah tenang di alam sana! Kamu akan jadi hantu gentayangan!"

"Itu lebih baik daripada aku harus terus hidup di dunia ini!"

Aciel berhasil merebut pisau itu dan melemparnya ke sudut ruangan. Lalu Aciel memeluk Meilinda. "Aku tidak akan membiarkanmu membunuh dirimu sendiri!"

"Memangnya kamu tahu rasa sakitku? Memang kamu peduli? Aku hanyalah makhluk tidak berharga! Biarkan aku mati!"

"Tidak akan! Dan tidak akan pernah! Bagiku kamu orang yang sangat berharga, Meilinda!"

"Ngga! Lepasin aku!"

"NGGA AKAN!"

"KENAPA?! AKU BUKAN SIAPA-SIAPA! AKU HANYALAH SAMPAH! AKU TIDAK BERHARGA!"

"KAMU BERHARGA UNTUKKU!"

"AKU HANYA INGIN MATI! LEPASKAN AKU!

"AKU TIDAK AKAN MEMBIARKANMU!"

"MEMANGNYA KAMU SIAPAKU DAN AKU SIAPA UNTUKMU!?"

Lalu Meilinda menampar Aciel sangat keras hingga Aciel terpental ke belakang. "T-teman yang berharga." Lalu Aciel menunduk. "Aku tahu apa yang kamu rasakan."

"Kamu ngga tahu dan ngga akan pernah tahu. Tidak pernah ada orang yang mengerti, semua orang sama saja."

"Lalu, kenapa kamu mendekatiku?"

"Keluar!"

"J-jawab aku!"

"KELUAR!"

Ada jeda hening yang sangat canggung. Aciel lalu memegangi tangannya yang berlumuran darah. Sebelum dia pergi, dia menoleh kepada Meilinda. "Apakah yang kamu inginkan?"

"Aku... Aku hanya ingin mati."

"Baiklah kalau begitu."

Aciel lalu mengambil pisau dan langsung saja menerjang Meilinda. Dia menempelkan pisau dapur itu pada leher Meilinda.

"Kamu... Ingin membantuku?" Tanya Meilinda.

"Iya, begitulah..."

"Kamu akan terkena tuduhan karena membunuhku, bodoh!"

"Aku tidak peduli. Bagiku kamu adalah temanku yang berharga karena aku dulu tidak pernah punya teman. Aku selalu dibully dan direndahkan. Aku seperti tidak punya harga diri. Aku ditinggalkan pergi oleh orang yang aku sayang seperti aku hanyalah sampah. Akhirnya aku sadar aku hanyalah mainan yang dibuang oleh majikanku setelah dia bosan."

"Kamu ngga akan paham ceritaku. Aku lebih menyedihkan daripada yang kamu kira."

"Teman baikku, Michael, dia juga sama-sama punya cerita yang menyedihkan, bahkan ceritanya hamper sama dengank. Masa lalunya yang menempanya menjadi mengerikan seperti itu. Masa lalu memang membuat kita berubah, tapi pada akhirnya siapa kita sekarang ditentukan dari pilihan kita sendiri."

"Aciel..."

"Maukah kamu menceritakan tentang dirimu sebelum aku membunuhmu?"

"Iya..."

****

"Kisah ini berawal saat aku masih duduk di bangku SMP. Aku selalu tinggal dengan ibuku saja. Hanya kami berdua. Ayahku sudah lama mentelantarkan kami berdua semenjak aku SD. Ibuku bekerja sebagai petani di sawah yang kami miliki. Rumah kami tidak begitu besar, hanya sebuah gubuk kecil yang sederhana. Aku hidup bahagia bersama ibuku sejak kami ditelantarkan.

Tetapi suatu hari ibuku jatuh sakit. Dan mulai dari situ aku harus bekerja sendiri. Sejak saat itu juga, aku dibully oleh teman-temanku di kelas. Semua yang ada di dalam kelas seperti memusuhiku entah alasannya apa. Bahkan guru-guruku tidak ada yang mau membelaku. Aku sudah kehilangan duniaku sejak saat itu.

Aku bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah laundry. Majikanku selalu mengeksploitasiku. Jam kerja yang membuatku sering kelelahan. Gaji yang ala kadarnya. Lingkungan toxic yang merendahkanku. Bahkan, suami dari sang pemilik laundry pernah memperkosaku sewaktu aku SMP, berulang kali hingga membuatku depressi. Aku sudah tidak berharga lagi bagi siapapun. Aku bukan siapa-siapa, melainkan hanya budak. Itulah kenapa aku ingin mati karena aku ingin bertemu dengan ibuku.

Keluarga? Kerabat? Tidak ada. Aku tidak punya siapa-siapa. Aku hanya punya diriku sendiri dan hanya aku saja. Tetapi, saat aku membuat orang lain tersenyum, aku merasa hidup dan bahagia untuk sesaat. Itu alasan kenapa aku selalu bermain dengan anak tetangga di sore hari. Tetapi keluarga mereka tidak mengizinkan mereka bermain denganku lagi. Dari situ, aku kesepian lagi.

Suatu hari, ayahku menemuiku lagi. Dia menyeretku ke dalam dunianya. Ayahku selama ini ternyata pemilik salah satu brand elektronik terkemuka dunia, PT.R-EVO-lution atau yang biasa kita panggil EVO. Salah satu perusahaan yang memproduksi Hyperdive komersial dan servernya.

Aku menjadi pawn yang akan membawa perusahaan menjadi lebih besar lagi. Dia memasukkanku kesini semata-mata agar aku menjadi seorang player professional.

Dunia game telah membuat permainan bernama Cyber Firmamment menjadi game yang paling real dan paling popular di dunia. Dan aku sebagai salah satu dari budak yang terikat dengan kontrak yang tidak terlihat, aku ingin keluar dari dunia ini dan bertemu ibuku di afterlife."

****

"Jadi... Kau sudah puas mendengarkan ceritaku?"

"Belum. Aku ingin membuat kamu berubah pikiran."

"Sayangnya kau tidak akan bisa."

"Aku menantangmu, selama 3 hari, kamu pergilah bersamaku. Aku akan mencarikanmu alasan untuk hidup. Aku berjanji itu."

"Kalau kau gagal?"

"Terserah kamu ingin mati atau hidup, tapi setidaknya, berikan aku kesempatan."

Mereka terdiam sejenak. Saling menatap satu sama lain. Setelah itu, Meilinda menganggukkan kepalanya pelan.

"Baiklah." Lanjut Aciel. "Aku akan menemuimu besok pagi untuk berangkat sekolah, selamat malam. Maaf menganggu." Aciel berpaling lalu keluar dari kamar Meilinda.

Di depan, dia sudah ditunggu oleh Michael. Dia menyender ke tembok dan melipat tangannya. Dia berkata, "Apa kau yakin kau bisa? Dia tidak punya alasan untuk hidup."

"Entahlah, tapi aku ada rencana..."