Chereads / Cyber Firmament / Chapter 4 - Episode 3: Semuanya Berbahaya

Chapter 4 - Episode 3: Semuanya Berbahaya

"Biar kutebak, kau bertanya tentang semua apa yang terjadi di sekolah ini kan?"

"TEPAT!"

"Hei jangan berteriak padaku!"

"Kamu wakil OSIS disini kan? Becus dikit napa? Di pengunguman masuknya ke kelas jam lima pagi. Tapi aku dimarahi senior karena masuk kelas jam tujuh pagi setelah upacara. Dia bilang perkenalannya lima kurang seperempat pagi. Maksudnya gimana sih? Lalu, tradisi sekolah, kenapa malah aku yang kau suruh untuk maju ke medan perang? Ha? HA!"

"Setiap gugus punya aturannya sendiri. Dan yeah, yang menjaga gugusmu itu Lisca Abigail. Dia suka membuat aturan seenaknya sendiri. Tentu saja kau dimarahi karena terlambat masuk kelas setelah upacara."

"Ha? Gak masuk akal."

"Semua teman gugusmu sudah masuk kelas kan?"

"Iya."

"Yasudah, kamu terlambat masuk kelas karena itu."

"Kenapa malah nyalahin adikmu sendiri? Avisha Bambank!"

"Entahlah, pikir aja sendiri."

"Kakak macam apa ini... Bantulah adikmu sedikit kek!"

"Sudah. Kamu jadi murid beasiswa pertama dan sekaligus brand ambassador dari lembaga beasiswa PT.Ezra. Moto kami adalah 'seize the future!' Dan kamu adalah calon muka pertama dari itu."

"Kenapa aku yang jadi ambassador? Aku tidak punya Special Ability atau apapun itu."

"Justru karena itulah kamu unik. Kami ingin menunjukkan, di bawah lembaga kita, kita bisa membuat orang yang bukan siapa-siapa menjadi seseorang yang mempunyai nama."

"Apa tidak beresiko kalau aku yang dipilih untuk itu?"

"Hei, kau masih bisa berdiri setelah terkena serangan rantainya Aristide. Kau bahkan bertarung imbang dengan murid terbaik jalur prestasi di sekolah ini."

"Kau tahu darimana soal Aristide?"

"Yah walaupun ada murid terbaik jalur prestasi yang lebih hebat lagi."

"Jangan mengalihkan topik, kampret!"

"Apapun itu, ikutlah sholat Jumat dulu. Sudah jam dua belas sekarang. Beberapa menit lagi mereka akan mulai sholat, jadi aku akan pergi ke masjid duluan, so bye-bye."

"Hei, t-tunggu!"

"Oh iya aku sampai lupa, habis ini ada tes penjuruan dari jam satu sampai dua siang. Lalu jam tiga sampai lima kau bisa berkeliling sekolah untuk bisa lebih familiar dengan lingkungannya atau kau bisa berkeliling memilih masuk ke dalam ekstrakulikuler yang kau minati. Temui aku jam tiga di ruang OSIS, ok?"

"Hei aku belum selesai berbicara."

"Moral dari cerita, sekolah ini membingungan, apalagi dengan perempuannya, terutama Lisca sih hehe. Bye-bye."

".... Merepotkan."

****

"Baiklah, sekarang kalian sudah tahu macam-macam ruangan yang ada di akademi ini?" Tanya Lisca dengan semangat.

"Sudah, Kak Lisca." Jawab rombongan para siswa di belakangnya.

"Baiklah, mulai Senin, kalian akan mulai bersekolah disini. Kalian bisa tidur di ruang asrama, atau mencari kos-kosan yang dekat di sekitar sini, atau bagi yang rumahnya dekat, kalian bisa tidur di rumah dan rebahan. Yasudah kalau begitu, kubebaskan kalian, bye-bye."

"Terimakasih kak." Balas semua murid.

Di tengah situ, Aciel sudah memutuskan untuk tidak ikut ekstrakulikuler maupun kegiatan klub apapun. Dia berpikir bahwa hal semacam itu sangatlah merepotkan dan membuang waktu. Aciel memang tipe orang yang tepat waktu dan benci membuang-buang waktu. Dan dia sangat menghargai waktu luangnya karena dia tahu suatu saat dia tidak akan punya waktu luang lagi. "Yah... Kalau aku ikut klub atau ekstrakulikuler, aku tidak akan punya waktu luang lagi. Merepotkan..." Ucapnya pada dirinya sendiri. Dia lalu berpisah dari rombongan teman-temannya. Atau bisa dibilang kenalannya. Walau sebenarnya, dia tidak kenal satupun dari mereka kecuali Meilinda.

Lalu saat dia melihat Meilinda, dia menyadari bahwa selain energetik, anak itu mudah bergaul dan sudah populer di kalangan teman-temannya. Dia adalah seorang extrovert alami yang mempunyai aura kasta atas yang hebat. Dia mirip dengan Natasha.

"Aku... Aku ingin sendiri dulu... Lebih baik begitu." Ucap Aciel kepada dirinya sendiri. Dia lalu memasukan kedua tangannya ke dalam saku celananya dan memisahkan diri dari rombongan. Rasa ingin menyendiri muncul di dalam hatinya. Dan dia lalu memilih menurutinya.

Tetapi saat dia membalikkan badan dari sana, dia sudah dicegat oleh seorang laki-laki. Laki-laki pertama yang tadi bertanya tentang namanya Aciel. Dia memakai kacamata pintar berwarna hitam. Dia mengenakan jaket berwarna hitam seperti jas formal. Sepatunya bahkan adalah sepatu boot yang menutupi kakinya sampai lutut. Potongan rambutnya yang formal ditarik ke belakang dan matanya yang berwarna hitam sama seperti punya Aciel begitu berwibawa dan mengintimidasi di saat yang bersamaan. Dari penampilannya, dia adalah anak orang kaya yang harus diwaspadai. "Aciel Ezra. Aku menantangmu untuk berduel Cyber Firmament."

"A-a-a... Gak bisa aku repot hehehe."

"AKU MENANTANGMU!"

Nyali Aciel menciut karena hentakan itu. "A-anu... Membully di akademi itu dilar-"

"AKU MENATANGMU UNTUK DUEL!" Teriak laki-laki itu.

Kerumunan murid menoleh kepada mereka berdua. Mereka langsung saja tahu bahwa aka nada perkelahian besar disini. Karena tekanan itu, Aciel merasa tidak nyaman dan bimbang. "Jika aku menolak, aku akan diremehkan. Jika aku kalah bertarung, aku akan diremehkan. Sial, kenapa harus sekarang." Bisiknya dalam hati.

"Kau takut?"

"Siapa namamu dulu?"

"Daniel Hartmann. Salam kenal."

"Ok, Daniel, asal kamu tahu aku sudah bertarung dua kali hari ini. Yang pertama dengan Arisitide sang Phoenix dan Natasha, murid terbaik jalur prestasi. Aku lelah dan aku ada urusan dengan kakakku."

Lalu Daniel membentangkan tangannya untuk menghalangi Aciel bergerak. "Kau harus melawanku dulu."

Lalu dari belakang Aciel, Meilinda datang dan mendorong Daniel. "Jangan dekati Aciel!" Lalu dia berbalik pada Aciel. "Aciel, kamu tidak apa-apa?" Tanyanya khawatir.

"Oh, jadi kau menggunakan perempuan sebagai perisaimu ya?" Ejek Daniel.

"Apa masalahmu?" Tanya balik Meilinda. "Dia masih lemah setelah pertarungan tadi."

"Apakah aku harus mengalahkanmu dulu? Baru aku bisa melawan Aciel."

"Sepertinya begitu, sebagai ketua gugus yang baik, aku harus melindungi anak buahku."

"Apa kau tidak tahu siapa aku?"

"Siapa memangnya?"

"Aku adalah Daniel Hartmann."

"Ap-apa?"

Dari reaksinya, Meilinda terkejut mengetahui nama anak itu. Akan tetapi Aciel tidak mengerti kenapa. Walau begitu, dari situ Aciel tahu bahwa anak yang bernama Daniel itu bukanlah bajingan biasa.

"Daniel Hartmann. Terbaik jalur undangan." Ucap Meilinda pelan. Dari situ Aciel tahu seberapa berbahayanya Daniel Hartmann. "Memangnya kenapa? Apa kau mendapat kepuasan dari ini?"

"Ya. Aku harus menjadi yang terkuat dari yang terkuat. Oleh karena itu, aku harus bisa mengalahkan orang egois yang bertarung melawan sang terbaik jalur beasiswa tanpa menggunakan special ability-nya."

"Cih, apa kamu tidak tahu siapa aku?"

"Memangnya kau siapa?"

"Meilinda Ayra. Ketua kelas terbaik dan pemenang medali emas tiga kali beruntun di taekwondo dan pencak silat sewaktu aku SD dan SMP. Saat SMA, aku sudah menguasai wing chun juga. Aku disini siap mengalahkanmu."

"Lemah."

"Apa kau yang kau bilang, anak manja?"

Lalu dari kejauhan Avisha datang dan berteriak "Jika kalian ingin bertarung dengan Cyber Firmament, aku akan melaporkan kalian ke guru BK karena lancang terhadap fasilitas sekolah. Jika kalian ingin bertarung fisik, silahkan saja. Tapi aku akan menghajar kalian juga. Sekarang pilih lah."

"Cih. Aku akan mengalahkanmu suatu saat nanti, Aciel!" Ancam Daniel yang lalu berbalik dan pergi dari tempat itu.

"Aciel, apa kau tidak apa-apa?" Tanya Meilinda kepada Aciel. "Apa kau terluka?"

"I-iya aku tidak apa-apa."

"Wah syukurlah."

Lalu Avisha datang mendekati Aciel. "Pantas saja aku lama menunggumu, ternyata kau malah ada disini."

"Kak, kenapa di pertarungan tadi, kenapa tidak terbaik jalur undangan melawan terbaik jalur prestasi saja. Kenapa harus aku? Merepotkan."

"Karena kau, aku sudah bahas."

"AHA jangan-jangan itu, dia dendam karena kenapa bukan dia yang dipilih untuk bertarung melawan Natasha. Dasar sialan tidak becus. Kau membahayakan nyawa adikmu disini!"

"Hahaha tidak juga. Kesini, ada yang aku ingin bahas."

"Hei, kalian mau kemana?" Tanya Meilinda. "Boleh aku ikut bersama Aciel?"

"Tidak, aku pinjam pacarmu sebentar." Ucap Avisha

"Dia bukan pacarku!" Bentak Aciel.

"Kami tidak pacaran. Kami baru saja bertemu, dan Aciel adalah teman baruku, ya kan Aciel?" Lanjut Meilinda.

"Iya itu benar." Ucap Aciel menyakinkan.

"ternyata suka dalam pandangan pertama itu bisa terjadi disini ya hahaha." Balas Avisha sambil tertawa.

"Kak! Sudalah."

"Iya-iya aku berhenti. Kesini sebentar." Lalu Avisha menggandeng Aciel dari kerumunan. "Ada yang ingin aku bicarakan."

****

"Jadi... Apa yang ingin kau bicarakan kak?" Tanya Aciel. Dia lalu meminum teh hangatnya seteguk lalu menaruhnya kembali. "Apakah ini penting?"

"Ya. Aku ingin kau setidaknya mencapai top 10 besar di sekolah ini."

"Ya ampun... Ini merepotkan."

"Dan aku ingin kau menjadi tangan kananku di OSIS."

"OSIS? Kau ingin aku masuk OSIS?"

"Yap... Aku ingin masa depanmu terselamatkan."

"Maka ini akan jadi terakhir kali aku dapat tertidur tenang."

"Kau harus memikirkan tentang apa yang akan datang di esok hari. Tubuh yang berpatah hati ini harus bisa berdiri. Kau harus move on dari mantanmu yang menyebalkan itu."

"Kalau begitu, setidaknya kau harusnya di sampingku, menenangkan diriku yang merasa terpinggirkan dunia. Bukan malah memperparah hidupku seperti ini."

"Yah maaf. Mentalmu perlu dilatih. Aku ingin kau punya banyak teman dan menjadi sociable. Bukan anti-sosial."

"Aku tidak anti sosial omong-omong. Aku hanya introvert."

"Apakah kedua hal itu berbeda? Aku rasa sama saja."

"Grrr... Jadi intinya apa kau mengajakku kesini?"

"Aku ingin memberikan ini." Lalu Avisha mengulurkan selembar kertas pada Aciel.

"Apa ini?" Saat membacanya, Aciel terkejut. "Tunggu, kelas A? Kau menempatkanku di kelas A sekarang? Sedalam apa hubunganmu dengan orang dalammu ini kak?"

"Disini ada yang harus kau atasi. Yang pertama adalah Natasha Felicia. Dia seorang berdarah Indonesia dan Russia. Kemampuan betarungnya jauh lebih luar biasa daripada denganmu, Aciel. Kemampuannya adalah memperkuat semua kemampuan fisiknya. Badannya bisa jadi lebih keras, cepat, dan kuat di dalam Cyber Firmament. Kau beruntung tidak kalah melawannya di 5 menit pertama."

"Kau ingin aku mengalahkannya? Dia hampir membunuhku dengan satu serangan kau tahu?"

"Tidak. Aku ingin kau membuatnya tergila-gila padamu."

"Bagaimana caranya? Dan kenapa aku harus melakukan itu?"

"Lalu yang kedua adalah Meilinda Ayra."

"Jawab pertanyaanku oy!"

"Dia adalah perempuan yang berbakat. Bisa dibilang dia adalah seorang specialist dalam pertempuran jarak dekat sampai menengah. Dibalik rambutnya yang berwarna sedikit merah dan matanya yang berwarna coklat terang yang membuatnya imut, dia hebat dalam menggunakan kusarigama."

"Apa itu kusarigama?"

"Senjata yang terdiri atas sabit dan pemberat yang bisa berbentuk pisau atau benda tumpul atau semacamnya yang disambungkan dengan rantai besi. Dengan kombinasi kekuatannya sebagai seorang yang mempunyai special ability ghoul, dia bisa bergerak dengan cepat dan mencabik-cabikmu dengan kecepatan yang luar biasa."

"Kau ingin aku mengalahkannya?"

"Dekati dia juga."

"WHAT?"

"Lalu Daniel Hartmann. Dia sedikit merepotkan."

"Apa kekuatannya?"

"Dia bisa mempercepat dan memperlambat apapun di dalam Cyber Firmament. Dia bisa memanipulasi kecepatan peluru, batu, bahkan koin. Ibarat kau ditembak oleh railgun berpeluru koin. Itu mematikan."

"Senjatanya?"

"Sama sepertimu. Pistol, machine gun, dan RPG. Pistol bisa menghantam seperti peluru tank. machine gun bisa menghujanimu seperti hujan petir. Dan RPG bisa menjadi nuklir di tangannya."

"Jadi kelasku akan berisi orang-orang yang berbahaya? Lalu aku tidak punya apa-apa untuk mengalahkan mereka."

"Aku belum selesai. Ada Helena Putri Laraswati, bersenjata kapak tongkat. Serangannya sangat cepat. Dia bisa mengendalikan api. Secara bersamaan dia juga bisa menggunakan dua pole axe. Bayangkan dia seperti gangsing api yang berputar cepat seperti tornado dan menelan semua yang ada dijalannya."

"Ok, itu berbahaya."

"Dia juga bisa menyelimuti dirinya dengan api sehingga musuh sulit untuk menyerangnya. Sedikit sama dengan Aristide."

"Lalu apa bedanya dengan Aristide?"

"Aristide sahabatku itu selain bisa terbang, dia punya jurus bernama oh rahasia yang tentunya rahasia. Spoiler, dialah yang satu-satunya mendapat kemampuan skill kelas dunia itu."

"Sahabat? Okay... Itu menjelaskan kenapa dia mau menjemputku."

"Lalu ada Michael Aditya Purnama."

"Dia siswa terbaik?"

"Dia bisa menggunakan makhluk mimpi buruk sebagai senjatanya. Dia misterius. Intel yang kudapat hanya sedikit mengenai dia. Saat tes masuk, dia tidak menggunakan kekuatannya sama sekali yang berarti dia lebih hebat dari perkiraanmu. Sejauh ini dia belum pernah kalah. Jadi berhati-hatilah."

"Dia sepertiku?"

"Tidak. Dia suka membunuh untuk bersenang-senang sepertinya."

Aciel menelan ludahnya. "Okay, kenapa anak seperti itu bisa masuk akademi ini?"

"Hebatnya, dia adalah siswa terbaik jalur tes disini."

"Berbahaya."

"Lalu ada Anastasya Widya. Dia juga berbahaya. Dia bisa mengendalikan apapun dengan telekinesisnya."

"Maksudnya?"

"Awalnya dia hanya bisa mengendalikan dua senjata yang terbuat dari besi. Tapi karena latihannya dengan menyesuaiakan emosi dan kekuatan otaknya, dia diberikan anugerah bisa mengendalikan semua senjata, barang, lingkungan dengan telekinesisnya. Dia over powered. Tapi di tes dia entah kenapa memilih menjadi low profile."

"Ok, aku tidak punya kesempatan melawan dia."

"Sintia Putri Kencana. Kekuatannya adalah mengendalikan tumbuhan. Dia bukan lawan yang lemah. Apa kau pernah melihat Avatar? Atau anime tentang ninja?"

"Iya aku pernah liat. Dia seperti itu?"

"Yap. Kekuatannya sangat kuat. Dan yang terakhir adalah Alena Claudia. Dia sangat berbahaya."

"Semua orang yang kau sebutkan semuanya sangat berbahaya."

"kekuatannya bernama pelangi."

"Pelangi? Dia memancarkan pelangi?"

"Bukan. Dia bisa membuat tujuh senjata dengan tujuh warna. Senjatanya yang berwarna merah akan mempunyai elemen darah, jingga mempunyai elemen api, kuning mempunyai elemen petir, hijau elemen tumbuhan, biru elemen air, nila dan ungu tidak diketahui karena dia menyimpannya."

"Darah itu elemen? Sejak kapan?"

"Untuk yang laki-laki, aku ingin kau berteman dengan mereka."

"Woy, Daniel sama Michael bukan orang yang bersahabat."

"Sedangkan untuk yang perempuan, aku ingin kau membuat harem dengan mereka."

"Kakak sesat, kau kira semudah itu? Lagian lihat dong, memangnya aku ganteng? Humoris? Kaya?"

"memang tidak. Tapi apa salahnya mencoba. Oh iya aku hampir lupa, dan satu lagi..."

"Siapa?"

"Veronika Indah Iskandar."

"Veronika?"

"Yap. Kekuatannya adalah memadatkan udara dan menggunakannya sebagai senjata. Berhati-hatilah."

"Kau ingin aku mendekati dirinya juga seperti itu?"

"Ya. Tapi kepribadiannya berubah-ubah jadi berhati-hatilah..." Lalu Avisha memberikan Aciel selembar kertas yang berisi nama kekuatan dari orang-orang yang berbahaya yang sudah disebutkan tadi. "Semuanya adalah musuhmu."

"B-benarkah?"

"Sekarang, segera pergi ke asramamu. Aku mau istirahat... Oh ya satu lagi, ikutlah klub perpustakaan. Disana banyak sekali yang bisa kau pelajari. Bubar..."

"Terimakasih... Tapi aku ikut institute Pelajar Tanpa Ekstrakulikuler (IPTEK)"

"Dasar. Ya sudalah. Hari ini cukup sampai disini saja..."

"Kalau begitu, aku akan kembali ke kamarku..."

"Okay, rest well my little brother!"

"Yeah, thanks."

****

Di kamarnya, Aciel berbaring di atas kasurnya, menatap langit-langit ruangannya sambil melamun. "Jadi... Kakak ingin mempersiapkanku untuk sesuatu yang dia sembunyikan dariku. Jadi... Mungkin aku harus bertambah kuat disini. Apa yang akan aku lakukan ya..." Ada jeda sejenak. "Sepertinya... Mengalahkan Natasha, terbaik jalur prestasi bisa ditunda dulu. Mengalahkan Daniel jalur undangan... Menakutkan... Mengalahkan Michael terbaik jalur tes ya... Aku hanya bisa menang jika dia terkena suatu jebakan. Satu kesalahan yang sangat fatal. Satu saja. Dan dia akan kalah... Sepertinya aku akan membuat ranjau untuk melawan mereka semua. Ranjau yang sangat mematikan... Hehe... Hehehehehe." Lalu Aciel berlahan mengantuk dan mengantuk hingga akhirnya dia tertidur.

"Nathan? Kenapa rambutmu berwarna emas?"

"Karena aku orang Russia."

"Kenapa kamu putih?"

"Karena aku orang Russia."

"Kenapa matamu berwarna biru?"

"Karena aku orang Russia..."

Lalu Aciel terbangun dari mimpinya. "Mimpi tentang Nathan lagi ya... Mimpi macam apa itu..." Ada jeda sejenak dimana dia mengumpulkan nyawanya... "Nathasa... Dia sangat mirip dengan Nathan... Tapi Nathan laki-laki... Aku rindu Nathan entah kenapa..."