Sekolah Cakrawala Maya Negeri 1 Neo-Jakarta
Jam 05.00 Pagi
Suasana akademi sudah mulai ramai oleh para anak didik baru. Berbagai peserta akan mengikuti upacara penyambutan dan MOS. Dan di antara mereka, berdirilah Aciel dengan Aristide.
"Aciel, aku akan mengurusi jalannya acara ini. Pergilah dan membaur dengan yang lain, bye!"
"T-tunggu, aku-"
"Aku apa?"
"Gpp..."
"Jangan kaya cewe ah, teges dikit napa. Bye."
"Kok rasanya kaya... Sudalah..."
Di antara mereka, berdirilah Aciel sendirian. Malu, ketakutan, dan canggung menjadi satu. Seperti terombang ambing di lautan luas. Dia hanya berjalan menyusuri sekolah tanpa ada tujuan. Dia berputar-putar karena dia tidak ada kerjaan. Bersamaan dia mencoba mencari tempat yang paling tenang disitu.
"Seluruh peserta segera masuk ke lapangan upacara!" Perintah seseorang dari atas panggung. Dengan sigap semua peserta baru dan siswa siswi senior disana langsung saja dengan cepat baris berbaris di lapangan, sesuai dengan kelas dan divisi mereka masing-masing. Lalu disitu ada Aciel yang bingung harus baris dimana. Jadi dia asal ikut berbaris. Lagipula, kelas gugus belum dibagikan tetapi Aciel sudah panik terlebih dahulu. Dia memang orang yang membingungkan.
Upacara lalu berlangsung seperti biasa. Ada pengibaran bendera, menyanyikan lagu nasional bersama-sama, dan ceramah dari guru seperti biasa. Hanya saja topik yang dibahas adalah tentang penyambutan siswa-siswi baru dan alasan mengapa mereka beruntung masuk disini dan tentu saja doa bersama serta penutupan upacara. Dengan begini, peserta dibubarkan. Murid senior masuk ke kelasnya masing-masing sementara murid baru masuk ke dalam kelas gugus yang sudah ditentukan secara acak.
"Dudududu... Kelas... Gugus 7... Huh... Orang baru, masalah baru... Aku tidak ingin berintraksi tapi alam menuntutku melakukannya. Siapa yang tahu kalau aku akan dibully lagi seperti biasa. Aku benci hidupku."
Aciel memasuki kelas... Dia tidak menyangka kalau di kelas, semua murid sudah masuk ke dalamnya. Tidak ada satupun orang yang dia kenal. Di lain pihak, dia juga tidak ingin terkenal. Dia berjalan dengan pelan dan tidak bersuara. Dia memakai tudung jaketnya dan memasukkan tangannya ke dalam saku. Dia menunduk agar wajahnya tidak dikenali. Akan tetapi tiba-tiba ada seorang perempuan yang menghentikannya.
"HEH! KAMU!" Ucapnya. Tetapi Aciel menoleh ke kanan dan kiri mencari tahu apa yang terjadi. Dia tidak sadar kalau yang dimaksud adalah dirinya. "Iya, kamu yang tolah-toleh."
Aciel menoleh pada perempuan itu. Dengan mata kebingungan dan panik dia menata. "A-aku?"
"Iya kamu, kamu belum perkenalan sendirian, kenapa kamu terlambat?"
"B-bukannya upacaranya baru selesai ya?"
"Tadi kami semua udah perkenalan jam 4.50 pagi sebelum upacara. Kamu sendiri yang terlambat, emang ini sekolah punya mbahmu apa? PUSH UP!"
"S-SIAP!" Lalu Aciel melakukan push up sebagai hukumannya. Dalam hati dia berkata "Kak Aristide sialan, udah diajak bertarung, aku malah dibuat terlambat juga. Tunggu sebentar, ada yang salah disini... Emangnya masuknya jam berapa sih?"
"Selesai. Sekarang kenapa kamu terlambat?" Tanyanya.
"Kalau aku membantah, aku hanya akan makin disemprot," Ucap Aciel dalam hati. Aciel lalu berdiri dan menjawa "Mohon maaf, saya diajak sparring sama kak Aristide."
"Aristide? Kenapa?"
"Dia yang ngajak duluan."
"Halah alasan, tidak mungkin doiku mengajak kau bertempur..."
"Iya.... Hmmm..."
"Kenalin dirimu sama temen-temen sana!" Perintahnya sedikit marah.
"I-iya." Jawab Aciel. Dia lalu berdiri menghadap teman-temannya. Dengan gugup tapi memberanikan diri dan dengan mempertahankan ekspresi sedatar mungkin agar dia tidak diejek oleh mereka, Aciel memperkenalkan diri. "Perkenalkan, nama saya Aciel Ezra, 15 tahun. Terimakasih." Tetapi sebelum dia berjalan ke kursinya, dia tidak diperbolehkan duduk oleh seniornya tersebut.
"Apa ada yang ingin ditanyakan padanya?"
Ada seorang perempuan yang mangangkat tangannya. Dia begitu cantik dan terlihat energetik. Badannya atletis. Proporsi badanya lumayan bagus. Dengan semangat membara dia bertanya, "Apakah kamu sudah punya pacar?"
"Aaaa.... Belum..."
"Apa kamu suka olahraga?"
"Tidak."
"Apa makanan kesukaanmu?"
Tetapi sang senior langsung menghentikannya. "Satu anak satu pertanyaan!"
"Oh iya maaf ya hehehe..." Ucapnya sambil menggaruk kepalanya. Lalu dia duduk lagi.
"Ada lagi?"
Lalu ada seorang laki-laki berwajah tampan dengan badan tegap berdiri dan mengacungkan tangan. "Saya. Apakah kamu adiknya Avisha Ezra?"
"Ummm... Iya... Ada apa?"
Langsung saja dia menuding Aciel. "Aciel Ezra, aku, Daniel Hartmann menantangmu untuk duel sepulang sekolah nanti?"
"What?" Tanya Aciel dengan ekspresi tidak percaya.
"Ini anak malah ga jelas. Duduk sana."
"SIAP!" Lalu lelaki bernama Daniel itu duduk dibangkunya lagi.
"Hadeh..." Keluh sang senior. "Namaku Abigail. Duduk sana!"
"I-iya makasih..."
Lalu Aciel duduk di bangku paling belakang. Diam. Berusaha menenangkan dirinya yang terkejut dan ketakutan. Dia bahkan tidak menoleh ataupun bertatap mata dengan murid yang lain. Dia tidak berintraksi sama sekali. Diam mematung. Dia seribu bahasa. Dia hanya melihat sekelilingnya. Semua orang berintraksi dengan teman-temannya sendiri. Dengan gang dan kerumunannya sendiri. Sementara Aciel yang introvert dan trauma akan pembullyan lebih nyaman untuk tetap diam dan menikmati kesendiriannya. Seperti biasanya.
Jam-jam cepat terbang berlalu. Kelas hanya diisi kegiatan seperti mempersiapkan yel-yel gugus, game tebak-tebakan, dan sebagainya. Tetapi pada akhirnya Aciel tertidur di kelas.
****
"Aciel... Kenapa kamu menyelamatkanku?"
"Aku tidak akan membiarkan sahabatku jatuh..."
"Kau tidak perlu sampai mengorbankan dirimu demi orang tidak berguna seperti aku!"
"Nathan... Tanpamu, aku tidak akan bisa menjalani hidupku seperti sekarang. Karena kau adalah sahabatku. Aku tidak akan kalah disini!"
"Aciel... Jangan panggil aku Nathan!"
"Hey... Hey... Bangun..." Bisik suara yang begitu lembut dan menenangkan. "Bangun... Woy bangun," Suara itu begitu merdu hingga membuat Aciel semakin terlelap tidur. "BANGUN!" Dan dan dari bentaan itu Aciel langsung meloncat bangun.
"Ha! NATHAN!" Lalu dia menoleh pada orang yang membangunkannya. Seorang perempuan yang tadi bertanya padanya. "Eeee.... Anu... Kenapa ya?" Tanya Aciel dengan gugup.
"Konichiwa, watashi wa Meilinda, Yoroshiku!"
"Ha? Panjenengan ngomong opo?" (Ha? Anda bicara apa)
"Bahasa Jepang, masa ga tau sih?"
"Oh... Wibu bau bawang."
"Hey!" Lalu Meilinda memukul pundak Aciel.
"Aw..."
"Omong-omong siapa Nathan?"
"Oh... Aku tadi mengigau namanya ya... Dia adalah sahabatku..."
"Masih pagi sudah mimpi, dasar... Yaudah, cepet ke lapangan, ada pertunjukan dari setiap ekskul lho. Hayaku!"
"Aku mending tidur aja dah disini."
"Kak Abigail, ada yang ngga mau ke lapangan."
Langsung saja sang senior menoleh. Dengan tatapan galaknya dia berkata "Siapa? Aciel?"
"Iya!" Lalu saat Meilinda menoleh lagi pada Aciel, dia sudah menghilang. "Lho, kemana dia?" Lalu senior Renata dan Meilinda mendapati Aciel sudah ada di pintu keluar. Langkahnya seperti hantu tanpa suara. Dia tergesa-gesa keluar karena takut dimarahi oleh senior Renata.
"Dasar..." Kata Meilinda, pelan.
Beberapa saat kemudian.
"Argh..." Keluh Aciel. "Aku ingin tidur di kelas." Ucapnya mengeluh.
"Halah, kamu cuma disuruh duduk di lapangan aja kamu mengeluh."
"Aku tidak suka keramaian... Siapa namamu tadi?"
"Meilinda."
"Meilinda siapa?"
"Meilinda Ayra."
"Kaya nama tipe mobil."
"Nih." Lalu Meilinda memukul pundak Aciel dengan keras.
"Aw, sakit."
"Salah sendiri."
"Eh omong-omong, kapan selesainya ini acara?"
"Yah, mungkin setelah team cyber firmament sekolah menunjukkan aksinya baru bubar."
"Grrr... Lama..."
Pada akhirnya, Aciel tertidur lagi dalam keadaan duduk di tengah lapangan. Walaupun dia terkenar sinar matahari yang panas, dia sudah terlanjur tertidur nyenyak. Dia mengantuk karena dia kurang tidur dari malam sebenarnya.
Masuk ke dalam alam mimpi. Di dalam pikirannya sendiri dia bermain-main. Di dalam dunianya yang indah dia bersenang-senang. Hingga akhirnya masalah datang lagi.
"Aciel Ezra... Aciel Ezra..." Panggil suara yang menggema di dalam pikirannya.
"Suara siapa itu? Halah paling itu Meilinda..."
"Aciel Ezra... Kakakmu memanggilmu!" Peringat Meilinda.
"Tunggu... Itu baru suaranya Meilinda... Kakakku memanggilku?" Langsung saja Aciel bangun. Dan saat dia menaikkan kepalanya, sudah ada wajah kakaknya yang hanya seinchi dari wajahnya. Bahkan dia sudah ditertawakan oleh para penonton yang lain. Langsung saja Aciel terkejut, "AAAAAAAA-" lalu Avisha menampar Aciel karena dia berteriak. "Aw... Sakit."
"Yosh selamat datang dik, sekarang pertunjukkan terakhir dan aku ingin kamu melawan murid baru terbaik di sekolah ini?"
"Tunggu, apa? WHAT? NO!"
"Kalah gapapa kok, asalkan jangan terlalu awal ya, yosh semangat!"
"Woy jadi kakak tanggung jawab dikit napa! Tadi aku terlambat, sekarang kau libatkan aku dalam pertempuran, aku ngga punya Special Ability Ooooy!"
"Sudalah bertarung saja." Balasnya santai seraya menggandeng tangannya Aciel. "Kamu pasti bisa. Survivor."
"Aku ga mau aaaa-" Rengek Aciel, akan tetapi kakaknya tetap menyeret Aciel kelapangan.
"SEMANGAT ACIEEEEEL!" Teriak Meilinda. Aciel menoleh terkejut. Dia bahagia dan juga semakin malu, dan gagap. Maka semakin canggung lah senyumannya. Dia tersenyum canggung kepada Meilinda.
"Kenapa aku selalu sial begini." Ucap Aciel pelan pada dirinya.
Penghubungan system saraf: Ok
Pemindahan fungsi saraf otak motorik: Ok
Penyambungan Hyperdive dengan saraf otak: Ok
Pemindahan fungsi otak ke dalam Hyperdive: Ok
Memasuki Hyperdive: Ok
Metode login: Sidik jari (dikonfirmasi)
Memasuki Cyber Firmament
"Selamat datang di dalam Server Cyber Firmament, Akademi CF 1 Negeri, Neo-Jakarta."
Saat masuk ke dalam server, kali ini Aciel disambut dengan suara perempuan yang begitu indah. Dia masuk ke dalam ruangan berwarna putih polos yang sangat luas. Di sebrangnya, berdiri seorang perempuan berambut panjang berwarna pirang emas. Matanya berwarna biru. Tubuhnya sangat seksi dan atletis di saat bersamaan. Dia mengenakan pakaian yang ketat. Itu adalah seragam pilot. Dengan logo seekor griffin di dalam perisai, yang artinya dia adalah dari salah satu team yang kuat di Cyber Firmament professional yaitu team Royal Griffin. Sedangkan Aciel, dia hanya memakai jaket hitam, celana jeans, dan rompi tentara untuk avatarnya.
Aciel membuka cermin digital yang dia munculkan di depannya. Dia mendapati bahwa wajahnya adalah wajahnya yang asli. Kalau begitu, perempuan yang ada di sebrangnya juga adalah wajahnya yang asli. Perempuan ini berarti berasal dari luar negeri.
"Aciel... Kamu Aciel Ezra?"
"I-iya. Salam kenal, kalau kamu?"
"Kamu ngga tahu siapa aku? Sungguh?
"Apa kita pernah bertemu?"
Ada jeda sejenak yang benar-benar canggung. Wajah gadis itu sedikit terlihat kecewa atas jawaban dari Aciel. "Lupakan. aku ingat siapa dirimu, tapi bukan berarti aku akan bermain-main melawanmu! Jadi siapkan dirimu!" Ucapnya percaya diri.
"Anu... Kamu siapa?" Tanya Aciel polos. Tapi entah kenapa, Natasha mengingatkan dia kepada teman masa kecilnya yang sama-sama berambut pirang dan bermata biru, yaitu Nathan. "Nathan itu laki-laki. Ngga mungkin Nathasa itu Nathan. Namanya memang mirip... Tapi dia bukan dia." Ucap Aciel dalam hati.
"Rahasia. Ah ya wajar saja kamu tidak tahu, kerjaanmu hanya tidur saja daritadi." Jawabnya. "Aku adalah Natasha Felicia. Aku adalah ujung tombak dari Royal Griffin Indonesia, jadi bersiaplah anak jalur beasiswa!"
"kenalin lagi, namaku Aciel Ezra,"
"Aku sudah tahu!
"tunggu, beasiswa?""
"Ha? Jangan bilang kau tidak tahu? Ini kan pertarungan antara aku, murid terbaik jalur prestasi melawan kau, murid terbaik jalur beasiswa."
"Kakak sialan, aku ga mau jadi pemain malah dikasih beasiswa jadi pemain!" Lalu Aciel termenung. "Ya ampun... Apa nama lembaga beasiswanya?"
"Kamu ini... Sekarang jadi... Bodoh ya..."
"Hmmm..." Di tengah pembicaraan itu, Aciel tidak menghiraukan apa yang dikatan Natasha. Dia sibuk bertukar pesan dengan kakaknya. "Apa? Ezra International? Sejak kapan?" Tanyanya pada dirinya sendiri dengan terkejut.
"K-kamu kenapa?" Tanya Natasha.
"Kau tahu, ternyata orang tuaku, terutama ayahku, dia membuka lembaga beasiswa dan pencarian bakat hari ini dan dia memilihku sebagai salah satu sponsor, apa dia gila? Siapa dan kenapa dia memutuskan agar aku masuk ke dalam jurusan pemain? Aku udah jelas ingin menjadi teknisinya saja. Argh sial."
"Weeh... Dasar tidak tahu bersyukur. Dengan begitu kau bisa masuk kesini di Neo-Jakarta. Ini adalah akademi favorit. Berarti, harusnya kamu tidak pantas masuk kesini karena kamu bisa masuk lewat bantuan orang dalam."
"Entah kenapa aku tiba-tiba ingin menutup mulutmu."
"Ha, anak orang dalam diam saja!"
Aciel lalu mengangkat senapannya dan menggantinya menjadi senapan mesin dengan kapasitas tembak yang besar. Dengan jumlah peluru 500 round, dia siap untuk membantai Natasha.
"Hadeh... Jangan memaksakan diri. Kau beruntung hari ini aku baik hati. Begini saja, kuberi kau kesempatan untuk mundur dan mengatakan kau tidak ingin bertarung atau apalah kepada penonton, lalu pergilah dari sini. Jangan buat dirimu menyesal. Penyesalan selalu datang belakangan."
"Kau... Kaulah yang akan menyesal. Saat senapan mesinku mengaung, disitu kau akan meminta ampun pada yang maha agung."
"Dasar keras kepala. Tekad saja tidak cukup untuk menjadi pemenang, jagoan!"
Tanpa pikir panjangm Natasha segera melompat ke udara dengan kecepatan yang luar biasa. Ia lalu membanting pedangnya ke arah Aciel dengan kecepatan yang luar biasa pula. Beruntung Aciel berhasil menghindarinya dengan melompat ke belakang walau dia juga terkejut dengan apa yang baru saja dia saksikan. Sebelum Aciel mendarat, sebelum dia berpikir untuk menarik pelatuk senapannya, Natasha menebas Aciel dari bawah. "Argh!" Desah Aciel. Aciel lalu terpental sangat cepat ke belakang dan menabrak tembok pembatas yang transparan. "Sial, dia kuat."
"Aku belum mulai." Ucap Natasha mengancam. Dia lalu memegang pedang panjang di tangan kanan dan mengambil belati di tangan kirinya. "Mode menyerang, aktif." Bersamaan dengan dia mengucapkan itu, matanya berubah menjadi merah darah menyala. Dia lalu dengan kecepatan luar biasa bergerak zig-zag ke arah Aciel dan tiba-tiba dia sudah ada di atas kiri Aciel. Dia menebaskan pedangnya ke kanan lalu berputar dan menebas menggunakan pisaunya lagi lalu berputar lagi dan membanting pedang panjang kepada Aciel. Lucas berhasil melompat ke belakang secara terus menerus dan menambah jarak dengan Natasha.
"Monster!" Teriaknya. Dia lalu menembakkan senapan mesinnya dengan liar dan ganas kepada Natasha. Akan tetapi, Natasha terus maju dan menangkis semua serangannya dengan pedangnya sebagai perisai. Tiba-tiba kecepatannya menambah dalam satu hentakan dan melesat seperti peluru kepada Aciel. Ujung lain dari belati itu ternyata memunculkan rapier cahaya dari sana dan siap menusuk Aciel. Sadar akan itu, Aciel berhasil menghindari tusukan itu dengan refleknya dengan melompat ke kanan. "Sial..." Ucapnya.
Setelah itu dia bergulung ke depan dan berdiri lagi, dia lalu berlari menjauh secepat mungkin. Saat dia menoleh ke belakang, dia mendapati Natasha menggunakan salah satu kakinya untuk menjadi jangkar dan langsung saja melesat cepat kepada Aciel. Aciel berbalik dan menembakkan senapannya. Dia berteriak seraya menarik pelatuknya.
Walau dihujani peluru, Natasha tetap dapat melesat cepat sambil menghindari itu semua. Dia menyalakan rapier cahayanya dan bersiap menebas Aciel dengan kedua senjatanya. "CROSS STRIKE!" Secepat cahaya dia menebas Aciel, menyisakan luka tebasan yang jelas berbentuk X di tubuh Aciel. Pixel-pixel terbang seperti abu yang tertiup angin dari lukanya. Aciel berteriak kesakitan. Dia lalu bertekuk lutut menahan rasa sakitnya.
"Aku sudah memberikanmu pengampunan, tapi kamu menghinanya." Ucapnya. "Sepertinya kita tahu siapa yang akan menang."
"Begitukah?" Tanya balik Aciel sambil tersenyum.
"Ha?" Lalu Natasha merasa sakit di perutnya. Dia mendapati ada luka ledakan kecil yang dalam ditubuhnya. Keping-keping pixel melayang keluar bagai abu tertiup angin dari perutnya. "Boleh juga..."
Lalu pertarungan mereka berlanjut. Natasha yang berusaha menebas senjata Aciel dan penggunanya. Aciel yang terus lari mencari jarak untuk menghindari Uniqe Ability dari Natasha yaitu penambah kekuatan tubuh yang drastis. Pertarungan mereka berlangsung selama hamper setengah jam.
"Kau menghinaku ya? Mana Special Ability mu, Aciel?"
"Masih nanti!"
"Kau cepat juga, tapi kau tidak secepat aku!"
"Terserah saja, aku hanya ingin keluar darisini!"
Pertarungan itu masih berlanjut. Hingga akhirnya, akhir dari pertunjukan telah tiba. Aciel sudah kehabisan peluru dan rencananya, sementara Natasha masih bisa berdiri dengan gagahnya di hadapan Aciel. Aciel mengeluarkan pisau bayonetnya. Natasha mempersiapkan kuda-kudanya untuk melesat. Ada jeda sedetik. Langsung saja mereka berdua melesat dengan kecepatan yang tinggi dan benturan senjata tidak bisa dihindari. Mereka saling menghindar dan menebas terus menerus tanpa memberikan salah satu dari mereka kesempatan. Hingga akhirnya Aciel melemparkan pisaunya. Pisau itu berhasil ditangkis oleh Natasha. Akan tetapi Aciel dengan cepat melompat dan menerjang Natasha. Akan tetapi, dia salah perhitungan. Saat pertahanan Natasha terbuka lebar, kepala Aciel menabrak kepalanya Natasha. Tangan Aciel yang tadi menggenggam sekarang mendarat di dada Natasha. Mereka berdua berakhir dengan posisi dimana Aciel menindihi Natasha dengan secara tidak sengaja memegang kedua bola dadanya.
"A... Anu... Aku gak bermaksud..." Ucap Aciel. Akan tetapi Natasha yang tersetrum dan baru sadar paham dalam hal yang berbeda.
"M-MESUM!"
Lalu Natasha memukul Aciel dengan serangan telak tepat di kepalanya. Alhasil Aciel kalah
dengan keadaan tidak sadarkan diri pada akhirnya. Bahkan saking kerasnya, system overhealth tidak bekerja pada Aciel.
****
"Ugh..." Desah Aciel. "Dimana aku?" Tanyanya. Berlahan dia bangkit setelah pingsan karena pukulan dari Natasha. Lalu dia mendapati ada seorang perempuan berambut pirang yang tertidur di pinggirnya. Aciel mencoba membangunkannya dengan menggoyangkan badannya. "Hei, bangun... Natasha?"
"Hmmm..." Natsha berlahan bangun... "Aciel..."
"Ya ada apa?" Tanya Aciel datar.
"ACIEL!" Teriak Natasha.
"AAAAAAA JANGAN PUKUL AKU." Teriak Aciel ketakutan. Akan tetapi Natasha malah memeluk Aciel dengan erat, "N-n-n-n-Natasha?"
"Maaf-maaf-maaf aku memukulmu terlalu keras, aku kira kamu akan terkena kerusakan otak."
"Tidak! Aku yang minta maaf. Aku sudah memegang dadamu tanpa sengaja, aku minta maaf." Lalu Natasha memukul perutnya Aciel dengan keras. Aciel menggerang kesakitan. "Im sorry okay?"
"Kita impas. Lupakan apa yang terjadi atau aku akan membunuhmu!"
"Bukannya kau takut aku mati ya tadi?"
"B-bukan begitu, bodoh!"
Lalu tidak lama kemudian Meilinda masuk ke dalam ruang UKS dan langsung saja memarahi Natasha. "Karenamu Aciel sakit dan kau malah memukulnya!"
"Kau menguping? Apa urusanmu? Apa hakmu?"
"Kau menyakiti Acielku!"
"Acielmu?" Lalu Natasha mencekik Aciel. "Dia siapamu?"
"Eeeek, temanku, eeeek, lepaskan tanganmu aku gabisabernafas." Ucapnya tercekik. "Ada apa dengan dunia? Tolong aku siapapun!"
"Kamu menyakiti Aciel lagi kan! Rasakan ini."
Lalu Meilinda menarik rambutnya Natasha. Natasha melepas cekikannya pada Aciel dan lalu mencekik Meilinda. Alhasil mereka berdua bertarung di dalam UKS. "Aku menantangmu bertarung di Cyber Firmament!"
"BOLEH, siapa takut? Yang kalah tidak boleh mendekati Aciel lagi!"
"Ok dengan senang hati."
Lalu mereka berdua sambil bertatapan pandangan marah keluar dari UKS. Di pintu mereka berpapasan dengan Avisha Ezra. Avisha hanya minggir dan melihat mereka pergi. Penasaran, dia lalu bertanya pada Aciel. "Jadi... Kau punya dua pacar?"
"Kakak! Bukan begitu, Argh sudalah."
Lalu Avisha mengambil segelas teh dari mesin minuman di UKS dan berjalan kepada Aciel. "Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu."
"Ah pas sekali, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan juga denganmu."