Chereads / Sorry, i love him / Chapter 31 - part 31

Chapter 31 - part 31

๐—–๐—ต๐—ถ๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐—บ๐—ฎ๐—ถ, ๐—ง๐—ต๐—ฎ๐—ถ๐—น๐—ฎ๐—ป๐—ฑ.

Di sebuah gedung apartemen Baannoi nonmuan residence di kawasan distrik Mueang, Chiang mai lantai 7 nomor 307 tinggalah seorang pemuda mungil dan seorang pria tampan. Keduanya tinggal berdua tanpa adanya status meski si pemuda mungil itu tengah mengandung 3 bulan dan perutnya sudah tampak sedikit membuncit.

Sudah 2 bulan lamanya mereka tinggal satu atap tanpa ada perasaan lebih dari si mungil. Namun berbeda dengan pria yang satunya, ia kini memendam perasaan cinta pada si mungil sejak pertama kali mereka bertemu.

Kalian pasti sudah tahu siapa yang ku maksud si pemuda mungil dan si pria tampan itu? Ya.. Mereka adalah Jimin dan Jiyong.

Saat ini jimin sedang memasak di dapur sedang jiyong ia tengah berada di ruang tamu dengan tumpukan map dan kertas-kertas yang berserakan di samping laptopnya.

"Hum?" Jiyong menggumam sedari tadi saat ia melihat deretan huruf pada layar laptopnya sambil sesekali netra nya beralih pada kertas di tangannya.

"Serius sekali? Daripada seperti itu terus lebih baik kau sarapan dulu." Ucap jimin sambil meletakkan beberapa makanan di atas meja makan.

"Sebentar lagi." Ucap jiyong tanpa mengalihkan pandangannya. Jimin berdecak kesal.

"Kau tak segera datang kemari, jangan salahkan aku jika berkas itu menjadi abu." Ucap jimin sambil berkacak pinggang menghadap ke arah jiyong.

"Yah... Minie-ya Jangan seperti itu. Kau tau ini berkas penting."

"Aku tak peduli!" Jiyong pun segera beranjak dari duduknya dan berjalan menuju meja makan sambil menggerutu.

"Berhenti menggerutu atau sendal ku ini masuk ke mulutmu!" Ucap jimin sambil menunjukkan sendal rumah yang sudah ia pegang ke arah wajah jiyong.

"Aish.. Dasar ibu hamil bawaannya marah-marah terus!" Cibir jiyong.

๐™‹๐™ก๐™–๐™ 

๐™‹๐™ก๐™–๐™ 

"Yak! Aww! Ampun! Minie-ya!"

"Berani mengatai aku lagi....

"Oke.. Oke... Nyonya besar.. I am sorry!" Ucap jiyong sambil menunjukkan dua jarinya membentuk huruf V pada jimin.

"Sudahlah, sekarang cepat sarapan. Ah iya hyung.. Aku mau ke supermarket nanti siang." Ucap jimin sambil mengambilkan nasi beserta lauknya ke piring jiyong dan miliknya.

"Untuk apa? Bukannya kemarin lusa sudah belanja keperluan bulanan ya?!"

"Iya, hanya saja aku sedang ingin makan buah kiwi."

"Kenapa tak di beli kemarin?"

"Ya mana aku tahu kalau ingin makan buah itu?" Ucap jimin dengan bibir yang mengerucut.

"Oke, nanti aku akan mengantarmu."

"Eoh.. Tidak perlu hyung. Aku akan pergi dengan Tin hyung."

"Pria yang tinggal di apartemen 304 itu?" Jimin pun mengangguk.

"Um. Dia juga akan ke supermarket nanti untuk menemui Can hyung."

"Baiklah, Setelah itu segera pulang. Kau tak boleh terlalu lelah."

"Hum.. Tenang saja hyung hari ini aku merasa sangat bersemangat tak mungkin akan kelelahan." Jimin berucap dengan kedua tangannya yang mengepal keatas dengan senyum lebar hingga matanya menyipit. Jiyong yang melihatnya juga ikut tersenyum. Ia merasa yakin jika keputusannya untuk membawa jimin ikut dengannya tidak salah. Karena ia dapat melihat perubahan dari pemuda mungil nan manis di depannya itu dari awal hingga sekarang. Kini dapat ia lihat betapa bahagianya jimin saat ini dan seakan lupa jika mereka bukanlah siapa-siapa yang sedari awal saling tak mengenal dan di awal pertemuan mereka di karenakan kesalahpahaman.

***

๐™๐™ž๐™ฃ๐™œ ๐™๐™ค๐™ฃ๐™œ

Jiyong mendongakkan kepalanya dan menoleh kearah pintu dengan bertanya-bertanya siapa gerangan yang datang saat ini. Jiyong pun beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah pintu.

๐˜พ๐™ ๐™ก๐™š๐™ 

Pintu pun terbuka. Dapat ia lihat di depannya kini ada seorang pria tampan bermata sipit sedang tersenyum lebar padanya.

"Sawaddi Krab P' jiyong!" Ucap pria di depan jiyong dengan tangan saling bertautan di depan dadanya.

"Sawaddi Tin." Jiyong pun menjawab salam dari pria di depan nya itu.

"Kว’ tรณd krรกp p', apa jimin ada? Kami sudah membuat janji untuk pergi ke supermarket siang ini."

"Oh.. Jimin? Ada. Dia ada di kamar, sebentar akan ku panggilkan. Apa kau tak ingin masuk dulu?"

"Kรฒbkรปn krรกb, ku tunggu di sini saja p'."

"Baiklah, tunggu sebentar ne.." Jiyong pun kembali masuk dan berjalan ke arah kamar jimin.

๐™๐™ค๐™  ๐™๐™ค๐™  ๐™๐™ค๐™ 

"Jimin-ah!"

"Ne hyung?!" Sahut jimin masih di dalam kamarnya.

"Tin sudah ada di luar!"

"Ne hyung sebentar lagi aku keluar!"

"Baiklah."

Jiyong pun kembali ke pintu untuk menemui pria asli Thailand bernama Tin itu.

"Kau yakin tak ingin masuk dulu? Jimin masih sebentar lagi akan keluar."

"Tidak apa-apa p' aku akan menunggu di sini saja."

"Kalau begitu aku kembali ke dalam karena pekerjaan ku belum selesai."

"Chai p', aku akan menunggu di sini."

Jiyong pun kembali ke mejanya di mana tumpukan berkas dan laptopnya berada. Ia harus segera menyelesaiknnya. Kenapa tak di kantor saja ia mengerjakannya? Tentu saja ia malas untuk keluar rumah dan memberi perintah sekertaris nya untuk mengirim berkas-berkas itu ke apartemennya.

๐˜พ๐™š๐™ ๐™ก๐™š๐™ 

๐˜ฝ๐™ก๐™–๐™ข

"Ji hyung, aku pergi dulu." Ucap jimin yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Jika sudah selesai cepat pulang. Jangan terlalu lelah." Ucap Jiyong sambil menatap jimin yang kini memakai sepatunya.

"Ne hyung. Aku pergi!"

"Ne, Hati-hati! Tin tolong jaga jimin untukku. Aku tak ingin dia kelelahan."

"Chai p'! Tenang saja aku akan menjaganya. Jika tidak, aku pasti akan mendapat omelan dari Can juga." Keluh Tin di akhir ucapannya.

"Baiklah kita pergi sekarang!" Ucap jimin sambil berjalan ke arah pintu.

"Chai krap! Ayo jimin!" Keduanya pun pergi dari sana dan menghilang dari pandangan Jiyong.

Terdengar helaan nafas dari Jiyong, dan meraih ponselnya yang ada di samping laptopnya.

"Lim, awasi Jimin. Aku takut ia kenapa-napa."

"....."

"Nde, dia keluar ke supermarket besar di Chiang mai dengan tetangga sebelah."

"....."

"Nde, Terima kasih."

Sambungan pun terputus. Jiyong menengadahkan kepalanya menatap langit-langit ruangan itu.

"Maaf jim, aku harus mengawasi mu. Aku takut seseorang akan menemukanmu dan membawamu kembali." Mungkin terdengar egois namun Jiyong ingin membahagiakan jimin meski tanpa status dan ia sangat tahu jimin hanya menganggapnya sebagai kakak saja. Namun, jiyong menerimanya meski sesak di dadanya akibat memendam perasaannya dalam-dalam agar jimin tak merasa kecewa dan pergi darinya.

"Jinan aku merindukanmu. Apa aku benar melakukan ini? Karena ia sangat mirip denganmu. Yang membedakan kalian hanya dia seorang pria dan kau seorang wanita. Maaf karena dulu aku tak bisa menjagamu dan mengakibatkan kau pergi." Ucap Jiyong sambil menatap pada layar ponselnya yang terdapat sebuah foto wanita cantik yang sangat mirip dengan jimin.

.

.

.

.

.

.

.

.

๐˜š๐˜—๐˜–๐˜๐˜“๐˜Œ๐˜™..

'๐˜’๐˜ถ ๐˜ฎ๐˜ฐ๐˜ฉ๐˜ฐ๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ญ๐˜ช ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ!'

'๐˜›๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ! ๐˜ˆ๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ต๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ญ๐˜ช ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ญ๐˜ช๐˜ข๐˜ฏ. ๐˜ˆ๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜จ๐˜ช๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ด๐˜ช๐˜ฏ๐˜ช. ๐˜ˆ๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ซ๐˜ถ๐˜จ๐˜ข ๐˜ด๐˜ถ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข๐˜ช ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ถ๐˜ข๐˜ณ๐˜จ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ณ๐˜ถ ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ด๐˜ช๐˜ฏ๐˜ช.'

'๐˜’๐˜ข๐˜ถ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ช๐˜ญ?'

'๐˜ ๐˜ข, ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ถ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ.'

๐™๐˜ฝ๐˜พ