𝘽𝙧𝙖𝙠𝙠
"Tuan Kim! Maaf, saya punya kabar buruk mengenai Tuan Park."
"Ada apa sekertaris Kim? Di mana sopan santun mu saat memasuki ruangan atasanmu?!" Ucap Taehyung datar sambil menatap sekertaris nya tajam.
"M-maafkan saya tuan, tadi saya mendapat kabar dari orang suruhan tuan Min tentang mantan istri anda tuan Park."
"Jimin? Ada apa dengannya? Kenapa tuan Min tidak menghubungi ku sendiri?"
"Tadi orang yang memberi kabar ini mengatakan jika tuan Min tengah sibuk dengan pekerjaannya." Taehyung pun mengangguk paham.
"Ada masalah apa?"
"Tuan Jeon telah membawa tuan Park kembali ke Korea tuan." Taehyung melebarkan kedua matanya setelah mendengar kabar dari sekertaris nya.
"Jeon? Jeon Jungkook?"
"Nde tuan."
𝘽𝙧𝙖𝙠
"Bagaimana bisa?! Bagaimana ia mengetahui keberadaan jimin?! Yak! Sialan!" Taehyung menggebrak mejanya keras, ia begitu kesal karena Jungkook telah mendapatkan jimin dan membawa jimin kembali ke Korea. Namun, yang tak pernah taehyung duga adalah bagaimana Jungkook mengetahui keberadaan jimin?
"Tuan Jeon selama ini mencari keberadaan tuan Park dengan mengerahkan beberapa anak buahnya tuan."
"Sekarang.. Apa mereka sudah kembali ke Korea?" Tanya Taehyung.
"Nde tuan mereka pesawat mereka dalam perjalanan ke Korea satu jam yang lalu. Sempat terjadi kendala di bandara namun tuan Jeon berhasil lolos."
"Baiklah, sekertaris Kim pesan tiket pesawat untuk penerbangan nanti malam. Setelah pekerjaanku selesai kita langsung kembali."
"Nde tuan" Sekertaris Kim pun membungkuk kemudian ia berjalan meninggalkan ruangan atasannya untuk kembali ke meja kerjanya yang ada di luar ruangan itu.
"Aku akan membawamu menjauh dari pria brengsek itu jimin. Aku janji padamu." Monolog Taehyung dengan tangan yang mengepal erat serta pandangan yang berkilat marah.
***
"Sshh.." Sebuah desisan kesakitan keluar dari bibir jimin kala ia menyentuh lengan kanan atasnya. Terdapat sebuah luka sayatan memanjang hingga membuat kain kemejanya robek dan memperlihatkan luka itu dengan darah yang masih merembes membuat kemejanya bernoda merah.
"Ada apa sayang?" Jungkook sontak menoleh ke sampingnya dan ia pun melihat raut jimin yang tampak meringis kesakitan.
"S-sakit k-kook.." Keluh Jimin bahkan wajahnya tampak memucat dengan peluh membasahi keningnya.
Jungkook pun yang penasaran sontak menoleh ke arah lengan kanan jimin yang sudah basah dan penuh noda merah karena darah. Jungkook pun membelalakkan matanya.
"Astaga! Sayang Lenganmu!" Jungkook sontak meraih lengan jimin dan berakhir mendapat pekikan dari pemuda mungil itu.
"Akh! Kook, s-sakit!"
"Maaf baby, bagaimana bisa seperti ini? Pesawat kita sudah take-off, bagaimana aku menghubungi dokter! Aish.. Brengsek!" Umpat Jungkook. Ia begitu kesal karena jimin nya terluka sebab yang terjadi di bandara beberapa waktu yang lalu.
𝙁𝙡𝙖𝙨𝙝𝙗𝙖𝙘𝙠 𝙤𝙣
"𝘑𝘢𝘤𝘬𝘴𝘰𝘯, 𝘬𝘢𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯?" 𝘜𝘤𝘢𝘱 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘣𝘢𝘸𝘢𝘩𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘯𝘪 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘪𝘣𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘸𝘢 𝘬𝘰𝘱𝘦𝘳 𝘥𝘪 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘬𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢.
"𝘚𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘶𝘢𝘯 𝘑𝘦𝘰𝘯. 𝘔𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘯𝘫𝘢𝘨𝘢𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘣𝘢𝘯𝘥𝘢𝘳𝘢."
"𝘉𝘢𝘨𝘶𝘴, 𝘱𝘢𝘯𝘵𝘢𝘶 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘦𝘳𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘶𝘳𝘪𝘨𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘤𝘢𝘭𝘰𝘯 𝘪𝘴𝘵𝘳𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘬𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘶𝘬𝘢."
"𝘕𝘥𝘦 𝘵𝘶𝘢𝘯."
𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬, 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘑𝘢𝘤𝘬𝘴𝘰𝘯 𝘱𝘶𝘯 𝘬𝘪𝘯𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘮𝘰𝘣𝘪𝘭 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘣𝘦𝘳𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘑𝘢𝘤𝘬𝘴𝘰𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘶𝘵𝘪 𝘥𝘪 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘬𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘰𝘣𝘪𝘭 𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘯𝘺𝘢.
𝘚𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 10 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘵 𝘱𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘢𝘯, 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘱𝘶𝘯 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘥𝘪 𝘣𝘢𝘯𝘥𝘢𝘳𝘢 𝘐𝘯𝘵𝘦𝘳𝘯𝘢𝘴𝘪𝘰𝘯𝘢𝘭 𝘊𝘩𝘪𝘢𝘯𝘨 𝘔𝘢𝘪.
"𝘉𝘢𝘸𝘢 𝘬𝘰𝘱𝘦𝘳 𝘬𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯." 𝘗𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘣𝘶𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘳𝘢 𝘥𝘪 𝘵𝘶𝘳𝘶𝘵𝘪 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶.
𝘔𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘱𝘶𝘯 𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘫𝘶 𝘨𝘦𝘥𝘶𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘯𝘥𝘢𝘳𝘢 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘱𝘢𝘳𝘬𝘪𝘳𝘯𝘺𝘢. 𝘛𝘢𝘮𝘱𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘣𝘦𝘳𝘢𝘱𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘳𝘶𝘩𝘢𝘯 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘨𝘢 𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘴𝘪𝘴𝘪 𝘢𝘳𝘦𝘢 𝘣𝘢𝘯𝘥𝘢𝘳𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘯𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘥𝘦𝘱𝘢𝘯 𝘨𝘦𝘥𝘶𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘶𝘢𝘳𝘢 𝘵𝘦𝘮𝘣𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘣𝘢𝘯𝘥𝘢𝘳𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘭𝘢𝘳𝘪𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘦𝘳𝘪𝘢𝘬 𝘩𝘪𝘴𝘵𝘦𝘳𝘪𝘴 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘵𝘢𝘬𝘶𝘵𝘢𝘯.
𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘳𝘦𝘯𝘨𝘬𝘶𝘩𝘢𝘯 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘱𝘶𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘯𝘵𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘯 𝘳𝘦𝘧𝘭𝘦𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘭𝘶𝘬 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘦𝘳𝘢𝘵.
"𝘉𝘦𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘯𝘫𝘢𝘨𝘢𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯!" 𝘛𝘦𝘳𝘪𝘢𝘬 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬. 𝘖𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘶𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘤𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘳𝘪𝘬𝘢𝘥𝘦 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘥𝘢𝘯 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘵𝘦𝘯𝘨𝘢𝘩 𝘱𝘰𝘭𝘢 𝘭𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯. 𝘋𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘪𝘢𝘨𝘢 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘑𝘢𝘤𝘬𝘴𝘰𝘯 𝘱𝘶𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘯𝘫𝘢𝘵𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘭𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘥𝘪 𝘥𝘶𝘨𝘢 𝘣𝘦𝘣𝘦𝘳𝘢𝘱𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘢𝘬𝘢𝘪𝘢𝘯 𝘩𝘪𝘵𝘢𝘮 𝘱𝘶𝘯 𝘮𝘶𝘯𝘤𝘶𝘭 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘴𝘦𝘯𝘫𝘢𝘵𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘯𝘫𝘢𝘵𝘢 𝘢𝘱𝘪, 𝘱𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘰𝘯𝘨𝘬𝘢𝘵 𝘣𝘢𝘴𝘦𝘣𝘢𝘭𝘭.
"𝘒-𝘬𝘰𝘰𝘬.." 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘬𝘦𝘵𝘢𝘬𝘶𝘵𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘳𝘦𝘯𝘨𝘬𝘶𝘩𝘢𝘯 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬.
"𝘚𝘴𝘴𝘵𝘵.. 𝘛𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘣𝘺, 𝘬𝘢𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘬𝘶. 𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘪𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯𝘮𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘶𝘬𝘢." 𝘜𝘤𝘢𝘱 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘴𝘢𝘱 𝘱𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘯𝘨 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘯𝘨𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘨𝘦𝘵𝘢𝘳.
"𝘉𝘰𝘴, 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘥𝘢𝘯𝘨." 𝘜𝘤𝘢𝘱 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬.
"𝘏𝘢𝘣𝘪𝘴𝘪 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢."
"𝘉𝘢𝘪𝘬 𝘣𝘰𝘴 "
𝘚𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘱𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩, 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘱𝘶𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘳𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘬𝘪𝘯𝘪 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘸𝘢 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘤𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬 𝘬𝘦 𝘨𝘦𝘥𝘶𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘯𝘥𝘢𝘳𝘢.
"𝘈𝘺𝘰 𝘣𝘢𝘣𝘺." 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘱𝘶𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘳𝘪𝘬 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘭𝘢𝘳𝘪. 𝘔𝘦𝘴𝘬𝘪 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘵𝘢𝘮𝘱𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘳𝘪𝘯𝘨𝘪𝘴 𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵 𝘪𝘢 𝘱𝘶𝘯 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘶𝘵𝘪 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘩 𝘤𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘢𝘨𝘢𝘳 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘩𝘪𝘯𝘥𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘺𝘢.
𝙎𝙧𝙚𝙩
"𝘔𝘢𝘶 𝘬𝘦𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘣𝘳𝘦𝘯𝘨𝘴𝘦𝘬!" 𝘛𝘦𝘳𝘪𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘳𝘪𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘤𝘢 𝘮𝘢𝘵𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘨𝘦𝘯𝘨𝘨𝘢𝘮 𝘴𝘦𝘣𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘭𝘶𝘮𝘶𝘳𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘢𝘩. 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘯𝘢𝘭𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘥𝘦𝘱𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘦𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘭𝘢𝘭𝘢𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢.
"𝘑-𝘫𝘪𝘺𝘰𝘯𝘨 𝘏𝘺𝘶𝘯𝘨?" 𝘓𝘪𝘳𝘪𝘩 𝘯𝘺𝘢. 𝘚𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘯𝘪 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘴𝘪𝘴𝘪 𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘑𝘪𝘺𝘰𝘯𝘨. 𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘢 𝘵𝘢𝘩𝘶, 𝘑𝘪𝘺𝘰𝘯𝘨 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘩𝘢𝘵𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘬 𝘴𝘶𝘬𝘢 𝘬𝘦𝘬𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢𝘯 𝘯𝘢𝘮𝘶𝘯, 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘢 𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘯𝘪 𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘵𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘯𝘢𝘭𝘪 𝘴𝘰𝘴𝘰𝘬 𝘱𝘳𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘵𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶.
"𝘈𝘩.. 𝘚𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶 𝘒𝘸𝘰𝘯 𝘑𝘪𝘺𝘰𝘯𝘨." 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘵𝘦𝘳𝘬𝘦𝘬𝘦𝘩 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘱𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘥𝘦𝘱𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶.
"𝘠𝘢𝘩.. 𝘉𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 8 𝘵𝘢𝘩𝘶𝘯 𝘭𝘢𝘮𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘴𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘯𝘶𝘩𝘮𝘶!" 𝘜𝘤𝘢𝘱 𝘑𝘪𝘺𝘰𝘯𝘨 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘳𝘪𝘯𝘨𝘢𝘪 𝘥𝘪 𝘣𝘪𝘣𝘪𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘵𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘪𝘭𝘢𝘵 𝘱𝘦𝘯𝘶𝘩 𝘢𝘮𝘢𝘳𝘢𝘩.
"𝘔𝘦𝘮𝘣𝘶𝘯𝘶𝘩𝘬𝘶? 𝘈𝘵𝘢𝘶 𝘢𝘬𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘯𝘶𝘩𝘮𝘶 𝘩𝘶𝘮?!"
"𝘏𝘢𝘩.. 𝘉𝘦𝘯𝘢𝘳𝘬𝘢𝘩? 𝘋𝘪 𝘥𝘦𝘱𝘢𝘯 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯? 𝘈𝘬𝘶 𝘺𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘬𝘢𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢. 𝘚𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘬𝘶!"
"𝘋𝘪𝘢 𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬 𝘬𝘶 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘢𝘸𝘢𝘭 𝘒𝘸𝘰𝘯 𝘑𝘪𝘺𝘰𝘯𝘨. 𝘔𝘪𝘭𝘪𝘬 𝘮𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘢𝘵𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘴𝘶𝘳𝘨𝘢. 𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘱𝘢𝘴𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘑𝘪𝘯𝘢𝘯.
"𝘈𝘱𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘭𝘶𝘱𝘢?! 𝘉𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘫𝘪𝘯𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘵𝘪 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘮𝘶 𝘣𝘳𝘦𝘯𝘨𝘴𝘦𝘬!" 𝘌𝘮𝘰𝘴𝘪 𝘑𝘪𝘺𝘰𝘯𝘨 𝘱𝘶𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘶𝘭𝘶𝘵 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘨𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘢 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘥𝘶𝘭𝘶 𝘗𝘢𝘳𝘬 𝘫𝘪𝘯𝘢𝘯.
"𝘖𝘩, 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘬𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘬𝘶? 𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯𝘬𝘢𝘩 𝘢𝘸𝘢𝘭𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘣𝘰𝘥𝘰𝘩𝘢𝘯𝘮𝘶. 𝘈𝘱𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘥𝘦𝘱𝘳𝘦𝘴𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘥𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘑𝘪𝘯𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘦𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩𝘢𝘯𝘮𝘶 𝘒𝘸𝘰𝘯 𝘑𝘪𝘺𝘰𝘯𝘨. 𝘕𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘦𝘯𝘵𝘢𝘩 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘶, 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘨𝘨𝘢𝘱𝘬𝘶 𝘭𝘢𝘩 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘑𝘪𝘯𝘢𝘯 𝘣𝘶𝘯𝘶𝘩 𝘥𝘪𝘳𝘪.
"𝘈-𝘢𝘱𝘢 𝘮𝘢𝘬𝘴𝘶𝘥 𝘮𝘶?" 𝘑𝘪𝘺𝘰𝘯𝘨 𝘬𝘪𝘯𝘪 𝘣𝘪𝘯𝘨𝘶𝘯𝘨 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘶𝘤𝘢𝘱𝘬𝘢𝘯 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬. 𝘚𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘵𝘦𝘯𝘨𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘳𝘶𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘭𝘪𝘴𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘪𝘯𝘨𝘶𝘯𝘨.
"𝘒𝘢𝘶 𝘭𝘶𝘱𝘢, 𝘬𝘢𝘶 𝘵𝘪𝘣𝘢-𝘵𝘪𝘣𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢. 𝘈𝘱𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘑𝘪𝘯𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪𝘮𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳 𝘥𝘦𝘱𝘳𝘦𝘴𝘪 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘬𝘢𝘣𝘢𝘳. 𝘋𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘢 𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘫𝘶𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘬𝘦𝘵𝘦𝘳𝘱𝘶𝘳𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘩𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘶𝘬𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬𝘯𝘺𝘢."
"𝘋𝘢𝘯 𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘬𝘦𝘫𝘢𝘥𝘪𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘪𝘮𝘣𝘢𝘴 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘬𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘺𝘦𝘣𝘢𝘣 𝘑𝘪𝘯𝘢𝘯 𝘣𝘶𝘯𝘶𝘩 𝘥𝘪𝘳𝘪!"
"𝘊𝘪𝘩! 𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶!" 𝘑𝘪𝘺𝘰𝘯𝘨 𝘱𝘶𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘭𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘦 𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘥𝘢𝘯 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘺𝘶𝘯 𝘱𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘢 𝘣𝘢𝘸𝘢.
𝙎𝙚𝙚𝙩
𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘪𝘯𝘥𝘢𝘳 𝘴𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘸𝘢 𝘵𝘶𝘣𝘶𝘩 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘬𝘦𝘮𝘶𝘥𝘪𝘢𝘯 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘶𝘣𝘶𝘩 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘦 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘢𝘮𝘢𝘯.
"𝘋𝘪𝘢𝘮 𝘥𝘪𝘴𝘪𝘯𝘪. 𝘚𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘳𝘢 𝘴𝘦𝘭𝘦𝘴𝘢𝘪."
𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘵𝘢𝘱 𝘫𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘺𝘢𝘬𝘪𝘯𝘬𝘢𝘯. 𝘒𝘦𝘮𝘶𝘥𝘪𝘢𝘯 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘱𝘶𝘯 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘑𝘪𝘺𝘰𝘯𝘨.
"𝘒𝘦𝘮𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘢𝘶 𝘫𝘦𝘰𝘯 𝘴𝘪𝘢𝘭𝘢𝘯! 𝘈𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘯𝘶𝘩𝘮𝘶!" 𝘑𝘪𝘺𝘰𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘺𝘶𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘫𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘪𝘯𝘥𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘬𝘦𝘴𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘯𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘑𝘪𝘺𝘰𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘨𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨.
𝘽𝙪𝙜𝙝
𝙏𝙧𝙖𝙣𝙜
"𝘈𝘬𝘩.. 𝘚𝘴𝘩𝘩.." 𝘑𝘪𝘺𝘰𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘴𝘪𝘴 𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘭𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘵𝘦𝘯𝘥𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬.
𝙎𝙚𝙚𝙩
𝘑𝘪𝘺𝘰𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘬𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘮𝘰𝘯𝘤𝘰𝘯𝘨 𝘱𝘪𝘴𝘵𝘰𝘭 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘥𝘦𝘱𝘢𝘯 𝘸𝘢𝘫𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢. 𝘐𝘢 𝘱𝘶𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘳𝘢𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘳𝘢𝘩𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘯𝘺𝘶𝘮 𝘮𝘦𝘮𝘶𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘪𝘢 𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘸𝘢𝘫𝘢𝘩 𝘫𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬.
"𝘚𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘭𝘦𝘴𝘢𝘪? 𝘏𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘢𝘫𝘢? 𝘊𝘪𝘩! 𝘛𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘭𝘶 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘬𝘢𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘵𝘢𝘳 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘪𝘴𝘵𝘳𝘪𝘬𝘶."
"𝘛𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘶 𝘣𝘪𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘮𝘶."
"𝘉𝘦𝘯𝘢𝘳𝘬𝘢𝘩? 𝘈𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘶 𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯?"
𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘵𝘢𝘱 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘦 𝘥𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘮𝘱𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘪𝘵𝘦𝘨𝘢𝘯𝘨. 𝘛𝘪𝘣𝘢-𝘵𝘪𝘣𝘢 𝘯𝘦𝘵𝘳𝘢 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘱 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘦𝘳𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘪𝘴𝘪 𝘭𝘢𝘪𝘯. 𝘚𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘳𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘨𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘬𝘢𝘵 𝘬𝘦 𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬. 𝘋𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘳𝘦𝘧𝘭𝘦𝘬 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘱𝘶𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘭𝘢𝘳𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘫𝘶 𝘬𝘦 𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘦𝘱𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶 𝘱𝘶𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘺𝘶𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢.
"𝘒𝘰𝘰𝘬!"
𝘽𝙧𝙪𝙠𝙠
𝙎𝙧𝙚𝙚𝙩
𝘿𝙤𝙧
"𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯?"
"𝘛𝘶𝘢𝘯 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨!" 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘱𝘶𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘵𝘢𝘱 𝘑𝘢𝘤𝘬𝘴𝘰𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘥𝘦𝘱𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘪𝘴𝘵𝘰𝘭 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘳𝘨𝘦𝘭𝘦𝘵𝘢𝘬 𝘵𝘢𝘬 𝘴𝘢𝘥𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘭𝘶𝘬𝘢 𝘥𝘪 𝘥𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘮𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘑𝘪𝘺𝘰𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘴𝘢𝘯𝘢.
"𝘉𝘢𝘪𝘬𝘭𝘢𝘩. 𝘒𝘪𝘵𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘣𝘢𝘣𝘺." 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘱𝘶𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘳𝘪𝘬 𝘵𝘶𝘣𝘶𝘩 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘵𝘶𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘭𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘳𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬 𝘬𝘦 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘣𝘢𝘯𝘥𝘢𝘳𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘫𝘢𝘳 𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘣𝘦𝘳𝘢𝘱𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘵 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘱𝘦𝘴𝘢𝘸𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘛𝘢𝘬𝘦-𝘰𝘧𝘧.
𝙁𝙡𝙖𝙨𝙝𝙗𝙖𝙘𝙠 𝙤𝙛𝙛
Saat ini Jackson, salah satu anak buah Jungkook tengah memasang perban pada lengan Jimin yang terluka sambil beberapa kali meminta maaf karena tak sengaja menekan luka itu setelah melihat jimin mengeluhkan sakit.
"Sudah selesai tuan Park. Sekali lagi saya minta maaf."
"Nde Jackson-ssi, tidak apa-apa. Terima kasih." Jackson pun membungkuk pada Jimin kemudian kembali ke tempatnya.
"Sayang, apa sudah lebih baik?" Jimin pun mengangguk.
"Hum, maaf merepotkan."
"Tidak sayang, kau sudah menyelematkan ku. Terima kasih." Jungkook merengkuh tubuh lelah jimin dan memberikan kecupan pada pelipis Jimin.
"Tidurlah kau terlihat lelah." Jungkook menyandarkan kepala jimin ke dadanya menyamankan tubuh jimin agar tak menyakiti perut jimin yang membuncit. Sayup-sayup di tengah rasa kantuknya, jimin dapat mendengar sebuah kalimat yang membuatnya tenang dan segera terlelap dan entah sadar atau tidak responnya sebelum berakhir terlelap membuat orang di sampingnya tersenyum lebar.
"Saranghae Jimin."
"Um.. Na..do.."
𝙏𝘽𝘾