Lantai kayu berderit saat aku melangkah. Langit-langit tidak terlihat jelas karena gelap. Bingkai jendela bergetar karena tertiup angin yang datang entah darimana. Dan yang terburuk dari semua itu.
"Aaaaaa~~"
"Kyaa!!"
Teriakan lirih berwarna penderitaan yang datang entah darimana membuat aku berteriak. Ketakutan, aku menggenggam erat pundak Ruciel. Tubuhku gemetaran.
"Haa…"
Dan gadis Fallen Elf ini malah menghela nafas. Dia sama sekali tidak merasa takut. Bagaimana ini bisa terjadi. Apa tempat dan situasi yang berteriak horor ini tidak cukup untuk menanamkan rasa takut padanya?.
"Master, berjalanlah dengan benar. Saya kesulitan berjalan jika anda terus menempel seperti ini"
Yup, dia tidak ketakutan. Dia bahkan bisa mengucapkan protes padaku.
Melirik ke kiri, aku melihat gadis tanpa rasa takut lainnya. Dia adalah Sakura. Gadis muda ini sama seperti Ruciel, dia tidak merasa ketakutan di tempat ini. Dia bahkan memeriksa berbagai sudut gelap di tempat ini dengan memanfaatkan bola cahaya yang aku buat.
Sungguh para gadis yang tangguh.
Kami bertiga berpisah dari yang lain untuk mencari harta di tempat ini. Party kami dibagi menjadi tiga, untuk menjelajah ke tiga arah yang berbeda.
Tiga orang, tiga tim, dan tiga arah. Sungguh kebetulan yang luar biasa.
Hei Eclaite?.
Ya, ada yang bisa saya bantu?.
Soal pertarungan melawan Undead Shogun dan para Zombie. Apa yang terjadi?, Dan bagaimana kau ada di tempat lain sekarang?.
Pertarungan itu sudah selesai. Sebagai catatan, tempat aku berada sekarang adalah bangunan di sisi kiri halaman yang menjadi tempat pertarungan kami dengan Undead Shogun.
…..
What!?. Jangan melihatku dengan tatapan seperti itu. Kau membuatku merasa tidak nyaman.
…..
Okay!, Fine!. Jika kau sangat ingin tahu. Lihat saja Flashback yang ada di pojok ingatanku. Aku tidak ingin menceritakan pertarungan horor itu saat aku ada didalam situasi yang menyeramkan ini.
Aku, Marigold, dan Rose berhasil bergabung dengan yang lain. Dengan segera, Rose meminta Priestess Acardia untuk menggunakan Spell Turn Undead pada Undead Shogun yang sekarat. Priestess Acardia mengangguk setelah mendengar permintaan itu. Kemudian…
"[Greater Turn Undead]"
Sekali lagi lingkaran dan pilar cahaya menyelimuti Undead Shogun. Berada didalam cahaya, monster itu berteriak dengan nyaring. Kemudian Roh monster itu keluar dari tubuh busuk yang hancur. Roh itu melayang keluar dari cahaya mencoba mendekati kami. Umm… lebih tepatnya, dia datang untukku. Aku menyimpulkan hal itu setelah melihat cara Undead Shogun menatapku. Tatapan itu dipenuhi oleh kebencian.
Beruntung, Undead Shogun tidak bisa menggapai aku. Clemantis, Sakura, dan Pluion menghujani Roh itu dengan berbagai jenis Spell. Monster itu kembali melemah, dan Priestess Acardia sekali lagi menggunakan Greater Turn Undead padanya.
Undead Shogun tidak bertahan setelah menerima dua Spell itu berturut-turut. Dia akhirnya lenyap setelah membuat teriakan penderitaan yang menyayat hati.
Dengan musnahnya Undead Shogun, para Zombie menjadi tidak terorganisir. Mereka menyebar ke penjuru halaman, tidak memperdulikan kami lagi. Santuary Area yang di buat dengan susah payah menjadi sia-sia. Sebagai gantinya, kami bisa memusnahkan para Zombie itu sedikit demi sedikit. Kami tidak harus melawan mereka semua sekaligus.
Ini akan menjadi pertarungan yang mudah. Kami beruntung. Itulah yang aku pikirkan sebelum mengetahui kengerian yang tersembunyi di balik situasi ini. ||
…..
Apa kau sudah melihat Flashback-nya?. Apa kau puas sekarang?. Dan ya, setelah pertarungan itu selesai, aku berhasil mendapatkan kembali Bleed Fair.
Beritahu kengerian apa yang tersembunyi di pertarungan melawan para Zombie!.
How dare you to say something like that to me. Ah… sekarang aku mulai mengingat lagi apa yang terjadi tadi. Rasa takut di dalam tubuhku tumbuh menjadi lebih besar.
"Ow! ow! ow!, Master. Jangan genggam pundak saya terlalu kuat. Jika terus seperti ini, mereka bisa hancur"
"Maaf Ruciel"
Ucapku dengan penyesalan sambil melemahkan cengkraman tanganku.
Lihat!. Ini semua salahmu. Karena kamu, aku menyakiti Ruciel. Karena kamu, aku kembali mengingat tubuh Zombie yang terpotong-potong. Aku kembali mengingat lengan, kaki, kepala, dan berbagai jenis jeroan manusia yang tersebar di halaman. Karena kamu, aku mengingat kengerian itu lagi!. Apa yang sebenarnya kau inginkan dengan membuat aku mengingat semua itu?.
"Grrr…"
Aku marah.
"Baiklah!. Ayo berhenti sejenak untuk beristirahat"
Ucap Ruciel yang tiba-tiba berhenti melangkah. Karenanya, aku menabrak gadis itu sebelum ikut berhenti.
"Kenapa kita berhenti?"
"Karena Master bertingkah lebih aneh dari biasanya"
"Saya tidak bersikap aneh"
"Bagaimanapun juga, saat seseorang berbisik-bisik sendiri, berteriak tanpa alasan, dan terkadang menggeram karena marah yang tidak jelas. Dia akan di sebut aneh. Kamu juga setuju, bukan begitu Sakura?"
"Ya, Sakura juga berfikir nona Eclaite aneh"
Jawab Sakura dengan anggukan kuat.
Ugh!. Menyakitkan. Dianggap aneh oleh gadis muda yang imut sangat menyakitkan.
"Kenapa Master bertingkah seperti ini?, Apa karena Master ketakutan?"
"Saya tidak merasa takut"
Ucapku dengan percaya diri untuk mengelabui mereka, namun.
"..."
"..."
Mereka hanya melihatku dengan hening. Dan kami melakukan kontes tatap menatap untuk beberapa lama.
"Fine!. Saya akui, saya ketakutan. Puas?"
"Tidak ada hal menakutkan disini. Saya bingung, bagaimana anda bisa sangat ketakutan"
Ucap Ruciel yang memiringkan kepalanya, penuh dengan tanda tanya.
"Suara teriakan yang tiba-tiba muncul, lantai yang membuat bunyi aneh, jendela yang bergerak sendiri, dan kegelapan ini. Tidakkah semua itu membuat kalian takut?"
"Huh?, Bukankah suara teriakan itu membuat kita tahu dimana para Zombie bersembunyi. Dengan begitu kita bisa menghindari sergapan mereka"
"Sakura pikir, lantai yang berderit dan jendela yang bergerak adalah hal wajar, mengingat bagunan ini cukup tua"
"Bagaimana dengan kegelapan?. Kalian tidak takut?"
"Master, kita berada di dalam gua. Jika tempat ini gelap, bukankah itu hal yang wajar?"
"Uhh~"
Aku tidak bisa memberi balasan setelah mendapat serangan verbal mereka. Aku kelelahan.
"Ada baiknya kita beristirahat disini sejenak sebelum kembali mencari benda berharga di bagunan ini"
Aku melangkah mendekati tembok di sisi kiri lorong. Aku menggunakannya sebagai tempat bersandar saat duduk di lantai.
"Haa~"
Menghela nafas, aku bertanya-tanya. Kenapa aku begitu takut dengan situasi Horor dan pemandangan Thriller?.
Aku diam dan berfikir cukup lama untuk mencari jawaban pertanyaan itu. Kemudian, aku tahu. Aku tidak tahu kenapa aku merasa takut.
Itu benar, aku adalah seorang pria yang takut dengan ke-horor-an dan ke-thriller-an. Mengetahui semua ini membuat aku merasa tidak berdaya.
"Bagaimana kalau memakan bekal?. Mungkin hal itu akan membuat anda merasa lebih baik"
"Kita bisa menyantap bekal nanti. Untuk sekarang, saya hanya ingin sejenak duduk disini"
"Baiklah kalau begitu"
Meninggalkan kalimat itu, Ruciel melihat lorong. Dia berinisiatif mengambil tugas untuk berjaga. Dia juga menyuruh Sakura untuk beristirahat.
Saat duduk untuk menenangkan hatiku, aku mengucapkan.
"[Status Open]"
Name : Eclaite
Race : Beastkin(OneTailFox)
Gender : Female
Age : 20
Level : 13 / 20
+ HP : 161 /161 + MP : 76/ 76 + SP : 68 / 68
STR : 55+3 AGI : 78 LUCK : 5
END : 31 DEX : 20
[ Skill ]
- Heart of Monster, - Divine Beast Blood, - Upgrade Hearing, - Upgrade Smelling, - Natural Mana Circulation, - Poison Resistance [ 3 ], - Paralyze Resistance [ 1 ], - Strength Up [ 2 ], - Body Reinforce [ 2 ], - Regeneration [ 3 ]∆, - Mana Perception [1], - Heat Perception [ 1 ], - Water Magic [2], - Light Magic [2]∆, - Mana Manipulation [3]∆, - Fighting [ 2 ], - Spearmanship [ 3 ], - Rush [ 3 ], - Paralyze Claw [ 1 ], - Poison Bite [ 1 ], - Scales Armor [1] |
Oh… Level-ku naik tiga poin. Ini cukup mengejutkan, mengingat aku tidak mengalahkan cukup banyak Zombie. Mungkinkah sebagai Exp yang aku dapat berasal dari Undead Shogun?. Ya itu sangat mungkin. Bagaimanapun monster itu memiliki kekuatan di atas kami.
Selain Level tiga Skill milikku juga naik. Regeneration naik satu poin karena aku mendapat banyak luka fisik dan mental di penjelajahan ini. Light Magic naik satu poin karena aku banyak menggunakannya untuk bertarung. Aku bahkan memberi kerusakan besar pada Undead Shogun dengan menggunakan Skill tersebut. Aku tidak merasa heran dengan kenaikan Level Mana Manipulation. Aku sudah berkali-kali mengumpulkan Mana, jadi sudah saatnya Skill ini naik Level.
Istirahat kami berlanjut meski aku selesai melihat Status. Istirahat ini berlangsung untuk beberapa lama sebelum akhirnya kami memutuskan untuk kembali memeriksa bangunan ini.
Waktu berlalu dan pemeriksaan kami tidak membuahkan hasil. Kami tidak menemukan harta, namun. Sisi baiknya, rasa takut yang aku rasakan berkurang. Aku bisa mengucapkan, aku sudah beradaptasi dengan suasana Horror ini.
Aku bisa menahan diri saat mengalahkan beberapa Zombie yang kami temukan. Aku bisa melihat mayat mereka untuk beberapa saat. Namun, saat aku melihat Ruciel mengambil Magic Stone dari dalam dada mereka aku langsung menoleh kearah lain.
Beberapa lama kemudian kami sampai di titik pertemuan, kami berjumpa dengan Rose, Acardia, dan Pluion yang menuruni tangga. Mereka bertugas memeriksa lantai tiga, lantai teratas bangunan ini.
"Kalian menemukan sesuatu?"
Tanya Rose yang melangkah mendekat.
"Kami tidak menemukan apapun, bagaimana denganmu?"
Jawab Ruciel yang kemudian memberi pertanyaan balasan.
"Kami menemukan sebuah Staff yang terkutuk. Beruntung, Priestess Acardia yang ada disini bisa menghilangkan kutukan itu dengan hentikan jari"
"Nona Rose, jangan anggap menghilangkan kutukan adalah hal yang mudah dilakukan"
Ucap Priestess Acardia dengan tegas. Hal itu membuat Rose tersenyum masam.
"Ini hanya sebuah lelucon, dan aku rasa ada baiknya anda bersikap lebih fleksibel dan tidak terlalu kaku"
"Seseorang tidak bisa mengubah sifat mereka dalam waktu singkat, Nona harus mengerti itu"
"Jika anda berkata seperti itu"
Perbincangan ringan kami berlangsung untuk beberapa lama sebelum akhirnya Tim ketiga datang. Hacquetia, Marigold, dan Clemantis tidak menemukan harta sama seperti Tim kami. Dengan berkumpulnya semua Tim, kami memutuskan untuk memeriksa gedung di sisi kanan halaman. Sekali lagi aku harus melakukan uji nyali di rumah hantu.
Saat memeriksa bagunan barat. Selain kembali merasa takut, aku merasa malu.
Kami merubah anggota tim di pemeriksaan kedua. Karena itu, aku berpasangan dengan Marigold dan Hacquetia. Aku berpisah dengan Ruciel.
Perpisahan kami membuat aku menyadari satu hal. Aku menjadi lebih berani karena Ruciel ada di sisiku. Ruciel adalah sumber keberanian ku. Karena itu, saat dia tidak bersamaku, aku kembali takut, aku kembali berteriak saat mendengar suara aneh yang tiba-tiba muncul. Dan hal ini membuat kedua perempuan di depanku tertawa.
Beberapa lama setelah kami mulai pemeriksaan, aku melihat pundak kedua perempuan bergetar. Waktu itu aku mengira mereka juga ketakutan sama sepertiku, namun. Di luar dugaanku, pundak mereka bergetar karena menahan tawa.
Wajahku langsung memanas saat Marigold tertawa keras, tidak bisa menahannya lagi.
"Sungguh tidak sopan menertawai orang yang ketakutan"
Ucapku kesal.
Apa yang membuat mereka tertawa saat melihatku. Aku sana sekali tidak mengerti.
"Apa yang bisa aku katakan, sikapmu san-"
Marigold berhenti berbicara saat aku memberinya tatapan kesal.
"Baik, aku minta maaf. Aku tidak akan tertawa lagi dan jika kamu begitu ketakutan. Bagaimana kalau bergandengan tangan?"
Ucap Marigold yang kemudian mengulurkan tangannya.
"Aku yakin hal ini akan mengurangi rasa takutmu"
"Jangan memperlakukan saya seperti anak kecil"
Kalimat itu aku ucapkan dengan kesal. Tidak lupa, aku menyambut tangan itu, kemudian menggenggamnya dengan erat.
"Sepertinya kamu memang anak kecil"
"Saya wanita dewasa"
"Baik, baik"
Tidak menanggapi protes ku dengan serius, Marigold mulai melangkah untuk melanjutkan pemeriksaan.