Chereads / Istoria De Eclaite / Chapter 27 - Hanya menangis

Chapter 27 - Hanya menangis

Cahaya matahari bersinar melewati jendela untuk menerangi kamar. Hal ini menandakan bahwa pagi sudah tiba, tanda jika hari ini sudah dimulai, tanda bagi para mahluk hidup untuk bangun meninggalkan mimpi. Dan aku sama sekali tidak ingin bangun.

Aku ingin terus bermimpi. Aku ingin terus memimpikan hari-hari indah bersama Ruciel. Aku tidak ingin bangun untuk menghadapi kenyataan.

Aku tidak ingin melewati hari tanpa Ruciel di sisiku. Aku.....

Aku sama sekali tidak menginginkan kenyataan ini.

"Ruciel..."

Memanggil namanya membuat aku menangis.

Kenapa?.

Kenapa semua itu terjadi?. Kenapa aku kehilangan kendali kemudian memakan daging monster mentah-mentah di depan Ruciel?. Kenapa kami harus berpisah?.

Ini, ini sungguh menyakitkan.

"Uwaa.. hiks.. hiks.."

Ak aku tidak mengira aku serapuh ini. Kenapa aku menangis?. Apa karena aku berpisah dengan Ruciel?. Namun, bukanlah perpisahan selalu muncul dalam kehidupan?. Perpisahan bukanlah hal yang jarang dan aku sudah pernah berkali-kali berpisah dengan orang lain.

Lalu, kenapa?.

Kenapa aku menangis?. Apa karena aku tidak akan melihat sosok cantik Ruciel lagi?. Apa karena aku tidak lagi mempunyai kesempatan untuk memiliki Ruciel?. Apa karena aku tidak akan lagi bisa menghirup aroma tubuhnya?. Apa karena aku tidak akan mendengar suaranya lagi?. Apa karena kami tidak akan menyantap makanan bersama lagi?. Apa karena aku tidak akan melihatnya senyumannya lagi?. Apa karena dia tidak akan menghinaku lagi?. Apa karena aku tidak akan menunggunya lagi?. Apa karena aku tidak akan memasak untuknya lagi?. Apa karena...

Apa aku menangis karena aku tidak akan berada di sisi Ruciel lagi?.

"Saya tidak tahu!. Saya tidak tahu.. hiks jadi, hiks jangan bertanya lagi. Jangan bertanya, kenapa saya menangis. Hiks, biarkan saya sendiri"

Tidak, tidak, tidak!. Aku tidak ingin sendiri. Aku ingin bersama orang lain, aku ingin melihat Ruciel.

"Hentikan"

Aku ingin mendengar suara Ruciel.

"Hentikan!"

Aku ingin melihat senyuman Ruciel.

"Hentikan!"

Aku ingin bersama Ruciel.

"Hentikan!, Hentikan!, Hentikan!, Hentikan!"

Knock!, Knock!, Knock!.

Suara ketukan pintu membuat aku tersentak kemudian membeku.

"Nona Eclaite, nona Eclaite, apa yang terjadi?, Ada apa?"

Suara anak kecil yang penuh rasa kuatir kembali membuat aku bergerak.

"Rana?"

"Ya, aku Rana. Nona Eclaite baik-baik saja?, Aku mendengar teriakkan tadi"

Mendengar suara Rana yang kuatir entah mengapa membuat sakit yang aku rasakan sedikit berkurang. Pikiranku menjadi sedikit lebih jernih. Aku kembali tahu dengan apa yang aku lakukan.

"Semua baik, hiks, saya hanya hiks, mendapat mimpi buruk, maaf hiks, sudah membuat keributan di pagi hari"

"Nona Eclaite yakin?, aku bisa mendengar nona sedang menangis sekarang"

"Saya yakin, beri saya waktu dan semua akan baik-baik saja"

"Baiklah, jika nanti nona Eclaite masih belum baik, turunlah ke restoran, aku akan menyiapkan jus buah"

"Terimakasih Rana"

"Ya, sampai nanti"

"Nanti"

Step, step, step.

Aku mendengar langkah Rana kecil semakin jauh. Beberapa saat kemudian aku bangun, duduk di kasur tempat aku tidur. Menggerakkan lengan, aku mengusap air mata dengan jari-jari.

"Haa.."

Aku menghela nafas panjang kemudian memeluk dua ekor lebatku.

"Kenapa hatiku begitu sakit saat kami berpisah?"

Aku diam sambil memejamkan mata saat mengulangi pertanyaannya itu di dalam kepalaku berkali-kali. Aku mencoba mencari jawaban pertanyaan itu dan beberapa lama kemudian aku sadar.

Perpisahan ini begitu menyakitkan karena aku sendirian di dunia ini. Aku tidak memiliki keluarga atau teman. Dan, saat seseorang yang cukup mengenalku berpaling dan pergi, hatiku terlalu lemah lemah untuk menerima beban perpisahan itu.

Aku kembali sendiri, dan itu, membuat aku begitu kesepian dan ketakutan. Dua perasaan itu menusuk mentalku lebih dalam dan lebih lebar dari yang seharusnya.

Ya. Aku ketakutan dan kesepian. Terlempar kedunia asing, terancam bahaya, berjuang sendirian, memburu monster, dan kemudian berpisah dengan Ruciel.

Jauh di dalam hati. Aku masih menganggap dunia ini adalah game, dan aku mencoba hidup di dunia ini dengan anggapan itu. Seperti di dalam game, aku memilih untuk menjadi Adventure. Seperti di dalam game, aku mulai membunuh monster untuk menaikkan level.

Menganggap semua keanehan yang terjadi merupakan fitur-fitur di dalam game. Aku berfikir seperti itu untuk menyangkal kenyataan yang terjadi. Aku menyangkal kenyataan jika aku berpindah ke dunia lain dan hidup sendirian.

Dengan anggapan semua ini adalah game. Aku berfikir, meski sendirian aku akan baik-baik saja, namun sepertinya aku salah.

Berpisah dengan Ruciel membuat aku sadar betapa pentingnya keberadaan orang lain di sisiku.

Dulu, sebelum aku tiba di dunia ini. Aku memiliki mental yang kuat untuk menghadapi kesendirian. Meski sendiri aku masih bisa melangkah maju, aku masih bisa hidup dan bergerak, kesepian dan kesendirian bukanlah hal besar. Aku tidak pernah merasa takut saat sendirian. Namun sekarang.

Sendirian membuatku takut. Aku membutuhkan keberadaan Ruciel dan Aztaroth di sampingku agar aku bisa melangkah maju. Di dunia ini, hanya mereka berdua yang tahu tentang keberadaanku. Dan sekarang, aku membutuhkan keberadaan mereka. Aku ingin mereka berada di sisiku.

"Saya ingin melihat Ruciel lagi"

Namun, aku tahu itu tidak akan terwujud. Ruciel mengatakan dia tidak lagi ingin bertemu denganku.

"Saya ingin melihat Aztaroth lagi"

Namun, aku tahu dia berada jauh di dalam Dungeon. Aku tidak bisa menemui dia dan dia tidak tahu jika aku ingin bertemu.

Tidak adanya mereka berdua di sini membuat rasa takut akan kesendirian perlahan menyelimutiku. Dan kini, aku tertutup olehnya. Aku merasa bisa menangis kapan saja dan merengek untuk bertemu.

Aku tahu, ini tidak seperti diriku sendiri. Dan ini, sangatlah aneh. Dulu, aku bisa menahan kesepian dan ketakutan dengan mudah, namun sekarang berbeda. Aku sama sekali tidak bisa menahan kesepian dan ketakutan ini. Mereka tidak bisa menghilang, mereka tetap ada, dan mereka semakin besar setiap satu detik berlalu.

Apa semua ini terjadi karena aku menjadi wanita?.

Jika di ingat lagi. Sejak memiliki tubuh ini, aku mengalami kesulitan untuk mengendalikan emosi serta perasaan yang aku punya. Mereka begitu tidak stabil. Terkadang, mereka tiba-tiba muncul dan meledak.

Mereka bagaikan bom. Meledak, mengacaukan Pikiranku. Mereka bagaikan air dalam bendungan yang langsung mengalir deras sesaat setelah dinding yang menahan mereka hancur. Saat itu terjadi aku mengalami kesulitan untuk menghentikan mereka.

Dan sekarang, kesepian dan ketakutan tumbuh besar dengan cepat. Mereka bagaikan kayu di dalam api.

"Ini tidak boleh berlanjut, saya harus melakukan sesuatu"

Mengusap air mata, aku mulai memikirkan cara untuk menghilangkan kesepian dan ketakutan yang menyelimuti tubuhku.

Aku harus melakukan sesuatu untuk bisa terus melangkah maju.

Namun, apa yang harus aku lakukan?.

Tidak juga menemukan jawaban pertanyaan itu aku kembali menangis. Aku terus menangis melupakan waktu di sekitarku.

Untuk waktu yang cukup lama, aku hanya berbaring di kasur. Aku baru bergerak saat tubuhku begitu lengket atau saat perutku sangat kosong.

Aku benar-benar merasa kosong. Aku tidak tahu apa yang harus di lakukan. Tubuhku terkadang gemetar dengan sendirinya, dan aku, hampir setiap saat menangis tanpa sebab.

Selama berjam-jam aku tersiksa dalam keadaan ini. Aku benar-benar kehilangan arah dan berakhir di jalan buntu.

Waktu terus berlalu begitu juga siksaan yang aku alami.

Kini, kegelapan menyelimuti dunia.

Duduk di kursi, aku melihat bulan di dunia ini lewat jendela kamar penginapan.

Dia sangat cantik. Si rembulan.

Dia dua kali lebih besar dari bulan di duniaku dulu. Saat malam tiba, dia memancarkan cahaya biru. Dia memiliki tanda plus didalam lingkaran berwarna merah ditengah tubuhnya. Keberadaan gambar itu sangatlah aneh, unik, misterius serta penuh tanda tanya. Namun, tanda itulah yang membuat sang rembulan sangat cantik.

Si rembulan tidak sendiri. Dia atas sana dia di temani dua rembulan lain yang lebih kecil. Warna merah untuk rembulan sedang dan putih untuk rembulan kecil.

Bersama dengan jutaan bintang, mereka menghiasi langit malam. Tidak hanya rembulan dan bintang, langit malam juga di hiasi coretan Milky Way berwarna merah, hijau atau biru.

Gabungan semua element itu menciptakan lukisan yang sangat menajubkan.

Dan saat memandang lukisan itu aku menangis.

"Ini sangat aneh, kenapa saya menangis lagi?"

Di sana aku mengucapkan pertanyaan yang jawabannya sudah aku ketahui. Jawaban dari pertanyaan itu adalah kesepian dan ketakutan.

Tiga hari aku tersiksa karena mereka dan tiga hari berlalu tanpa jawaban. Aku tidak tahu harus berbuat apa untuk keluar dari siksaan ini.

Aku kembali memandang rembulan. Mencoba terpesona dengan keindahannya untuk melupakan air mata dan siksaan ini.

Knock!, Knock!, Knock!.

"Nona Eclaite, apa nona masih bangun?"

Rana si resepsionis kecil memberiku satu pertanyaan.

"Ya, saya masih bangun"

"Kalau begitu keluarlah, satu hari ini nona tidak keluar kamar. Mbak Rinne mencemaskan keadaan anda"

"Saya baik Rene, tidak ada yang perlu di kuatirkan"

"Baiklah, tapi. Setidaknya keluar untuk makan malam, malam ini kami menyediakan sup Leaf Boar, aku yakin nona akan menyukainya. Sup ini akan menghangatkan tubuh nona"

Leaf Boar the bastard.

Jika di ingat lagi, semua ini bisa terjadi karena dia. Rasa sakit yang aku rasakan berasal dari dia.

Aku sangat membenci Leaf Boar. Jika aku melihatnya sekarang, aku akan menusuk-nusuk tubuhnya dengan Bleed Fair, aku akan merobek-robek tubuhnya, aku bahkan dengan senang hati bisa membakarnya hidup-hidup.

Ahh.. benar. Kenapa aku tidak merubah kesedihan dan ketakutan ini menjadi rasa benci. Jika aku melakukannya, aku mungkin bisa kembali melangkah maju.

Dan, di saat aku memburu Leaf Boar untuk balas dendam, aku mungkin bisa mengendalikan keanehan yang aku dapat dari Skill Heart of Monster. Jika aku bisa mengendalikan keanehan itu aku tidak akan lagi mengalami perpisahan.

Baiklah, aku tahu apa yang harus aku lakukan. Mulai besok aku akan memburu Leaf Boar.

Berdiri aku melangkah mendekati pintu kamar. Aku membukanya dan memberi senyuman pada Rana.

"Sup yang Rana katakan terdengar nikmat, bagaimana kalau kita makan malam bersama?"

"Tentu, aku akan bilang pada Mbak Rinne untuk memberi nona Eclaite porsi ekstra"

"Kalau begitu, saya akan mentraktir Rana, mari pergi ke restoran, saya sudah lapar"

"Baik"

Bersama Rana aku menyantap lima porsi sup Leaf Boar. Setelah kenyang, aku kembali kekamar untuk mengasah Bleed Fair. Aku siap untuk membantai para Leaf Boar besok.