Diego berlari kesana kemari menncari keberadaan Odie. Namun, hasilnya nihil. Namun, ia merasa lega saat memeriksa CCTV sepanjang jalan dari pantai ke villa, ada sedikit cahaya terang untuk menemukan keberadaan sang istri.
Salah satu CCTV memperlihatkan sosok Odie untuk terakhir kalinya berada di pertigaan jalan menuju villa. Setelah itu Odie tak terlihat lagi di CCTV berikutnya. Diego sudah memastikan istrinya tersesat di pertigaan itu. Ia pun bergegas mencari Odie berasama anak buahnya yang memang sengaja di kirim nyonya Stevany untuk memantau mereka di sana. Sesampainya di pertigaan, Diego membagi pencarian ke tiga jalan itu.
"Bos ... bukannya ini ponsel Nona Odie?" ucap salah satu anak buahnya.
Diego berlari ke arah anak buahnya, ia mememriksa ponsel itu yang memang milik Odie. Pikiranya semakin cemas, ia berharap Bodyguard cantik sekaligus istrinya itu dalam keadaan baik-baik saja.
"Cepat periksa CCTV di daerah sini!" perintah Diego tegas pada anak buahnya.
Para anak buah Diego segera menjalankan tugas, mereka memeriksa CCTV di setiap jalan dimana ponsel Odie di temukan. Salah satu anak buah Diego menatap sebuah rekaman yang menampakan nyonya muda Jouller sedang berkelahi melawan empat lelaki yang berusaha mengganggunya. Dan dengan jelas salah satu dari mereka memukulkan sebatang kayu ke kepala nyonya mereka.
"Bos ...!"
Diego menoleh saat suara salah satu anak buahnya memanggil setengah berteriak. Ia segera berlari menghampirinya, dengan sigap anak buah Diego memperlihatkan rekaman yang baru saja ia saksikan.
Mata Diego membulat saat melihat Odie jatuh pingsan setelah mendapat serangan dari lelaki yang berusaha melecehknnya. Darahnya mendidih, telapak tangannya terkepal kuat. Rasanya ia ingin melenyapkan lelaki itu.
"Cepat cari tahu siapa lelaki itu dan cari lokasinya sekarang!" perintah Diego pada anak buahnya.
Secepat kilat mereka langsung berhamburan mengerjakan perintah sang bos. Tak butuh waktu lama bagi seorang Diego untuk menyelesaikan masalah itu. Salah satu anak buahnya datang dan memberikan informasi tentang keberadaan Odie. Mereka pun segera bergegas menuju lokasi. Diego berharap jika ia tak terlambat untuk memyelamatkan istrinya.
****
Perlahan Odie membuka matanya samar-samar ia sadar dari pingsannya. Odie merasakan nyeri di bagian belakang kepalanya. Odie menydarari keyika kedua tangannya di ikat begitu kencang sampai pergelangan tangnya memerah. Pandangan Odie menyapu ke segala arah, ia pun tesadar jika sekarang dia bukan di kamarnya.
Odie mengingat kejadian semalam, ia di kepung oleh empat lelaki dan salah satu dari mereka berhasil melumpuhkannya. Ia terus merutuki kebodohannya yang tak bisa melindungi dirinya. Odie terus berpikir bagaimana caranya agar ia bisa bebas dari sana. Sedang kedua tangan dan kakinya di ikat. Andai saja ibu mertuanya tak menyuruh mereka pergi secara mendadak, pastinya Odie akan membawa perlengkapannya sebagai bodyguard. Tidak seperti sekarang keadaannya sungguh menyedihkan, ia sama sekali tak berdaya.
Hanya satu yang Odie takutkan, ia takut mereka melakukan hal yang tak ia inginkan. Karena sangat tipis kemungkinan ia akan lepas, kecuali Tuhan berkehendak lain. Dalam hati ia memanggil nama Diego berulang kali, berharap suaminya itu mendengar jeritan hatinya.
Dengan segala cara Odie berusaha melepas ikatan pda tangan dan kakinya. Dan seperti kabar baik, salah satu dari lelaki yang semalam membawanya datang ke kamar. Otak cerdas Odie pun memiliki ide agar ia dapat bebas dari sana. Ia teringat akan seniornya yang pernah mengajarkan trik untuk menipu lawan dan yang pasti untuk mengelabuhi lawan, meski harus menggunakan cara yang ekstrim.
"Hei ... kau!" panggil Odie pada lelaki itu.
"Aku?" tanyanya sambil menunjuk dirinya.
"Siapa lagi? Kemarilah!" Odie mengerlingkan satu matanya untuk melancarkan rencananya.
Lelaki mana yang tak tergoda dengan sosok Odie yang memiliki wajah cantik dan tubuh yang seksi. Lelaki itu pun datang menghampiri Odie yang masih dalam keadaan terikat.
"Ada apa?" tanya lelaki itu, namun dari matanya mengharapkan sesuatu.
"Kau mau membantuku?" ucap Odie manja.
"Ada syaratnya!"
"Katakan?" Odie tahu, bahkan sangat tahu apa yang di inginkan lelaki itu.
"Tubuhmu," jawabnya singkat, yang di jawab anggukan dari Odie.
Tanpa pikir panjang lelaki itu melepaskan ikatan Odie satu persatu. Setelah berhasil melepaskannya lelaki itu langsung mendorong tubuh Odie ke tengah ranjang, yang jelas membuat Odie terkejut. Odie pun memikirkan cara agar ia bisa melepaskan diri dari lelaki itu.
"Jangan terburu-buru, badannku lengket aku mandi dulu ya?" ucap Odie berbohong.
Saking bodohnya, lelaki itu menurut. Ia melepaskan Odie dari tangannya. Senyum bodyguard cantik itu pun melebar karena berhasil membodohi lelaki itu. Odie segera beranjak dari ranjang menuju kamar mandi. Di dalam Odie mencari cara agar ia bisa menyingkirkan lelaki itu dari kamar.
"Hei, apa kau bisa membelikanku sarapan? Aku lapar, dan kalau aku kelaparan bagaimana aku bisa melayanimu?" lagi-lagi Odie membodohi lelaki itu.
Lelaki itu mengangguk lalu pergi meninggalkan kamar. Setelah kondisi kamar di lihat aman, Odie langsung keluar dari kamar mandi. Ia berlari menuju pintu untuk keluar, rencananya ia akan kabur saat para lelaki yang menyekapnya pergi. Namun, hal tak terduga datang. Saat Odie berhasil membuka pintu. Seorang lelaki dengan senyum menyerigai datang dn langsung menarik pergelangan tangan Odie. Ternyata saat lelaki yang berhasil Odie bohongi bertemu dengan ketiga temannya. Merasa di tipu mereka segera berlari menuju villa.
Sesampainya di villa Tubuh Odie di lempar ke tengah ranjang, ketiga teman-temannya pun langsung berlari menuju ranjang di mana Odie terbaring. Mereka lngsung mengikat kembali tangan dan kaki Odie.
"Selamat pagi Cantik," sapa lelaki itu yang mulai mendekat ke arahnya.
Odie berusaha melepaskan ikatan itu kembali dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki. Dan sepertinya lelaki itu tahu jika Odie bukanlah wanita sembarangan, sehingga tangan dan kaki Odie terpaksa di ikat dengan sangat kuat.
"Tak usah membuang tenagamu, Sayang ... lihatlah kau makin cantik dengan keringat yang membasahi wajah dan tubuhmu. Kau tahu? Dengan keringat ini kau semakin menggairahkan," ucap lelaki itu sambil menyentuh pipi Odie.
"Tutup mulutmu! Jangan pernah mamanggilku Sayang, dan ingat kau tak akan pernah bisa menyentuhku!" hardik Odie penuh emosi.
"Ooo ... mulutmu sangat tajam juga, Sayang. Tapi ... kau salah jika aku tak bisa menyentuhmu. Lihatlah aku bisa menyentuh tubuh indahmu," tangan lelaki itu kini mulai merayap ke paha Odie yang terekspos karena dress yang ia kenakan sedikit terangkat.
Bahkan lelaki itu semakin menggila, ia menggiring tangannya masuk ke dalam dress yang Odie kenakan. Odie berteriak dalam hati, ia berharap ada orang yang akan menolongnya pagi ini. Ia tak kuasa melawan mereka karena ia dalam keadaan terikat. Lelaki itu menarik dress yang Odie kenakan dalam sekali tarikan, dan dreaa itu pun mrlayang entah kemana. Tubuh indah Odie terpampang di hadapan ke empat lelaki itu. Sungguh ini adalah hal yang paling memalukan baginya, ini juga sebuah pukulan terbesar bagi wanita yang selalu bisamenghadapi segala mara bahaya itu. Bahkan kejadian ini mengalahkan doosa yang pernah ialakukan bersama Diego. Odie hanya bisa menitikan air mata saat lelaki itu mulai menyusuri tubuhnya.
BRAK!
Pintu kamar tiba-tib terbuka, air mata Odie makin mengalir deras saat melihat siapa orang yang mendobrak pintu.
Bersambung.....