Seminggu sudah kejadian yang membuat Odie selalu mimpi buruk, dan selama itu juga Diego tak menjalankan kebiasaan buruknya. Ia selalu tidur dengan pakaian lengkap. Namun, tetap saja Odie selalu kabur di tengah malam.
Sejujurnya perasaan Odie sedang tak tenang, mengingat sampai hari ini tamu bulanannya tak kunjung tiba. Berbagai cara sudah ia lakukan agar tamunya datang, akan tetapi hasilnya nihil.
Bukannya ia tak bersukur, tetapi ia belum siap jika seorang anak akan hadir di tengah keluarga yang tak sempurna itu. Ia ingin saat bahagia itu ia jalani dengan penuh cinta bersama Diego.
"Bagimana ini? Kenapa aku seceroboh ini?" umpat Odie pada dirinya.
"Kau kenapa?" tanya Diego yang tiba-tiba masuk ke kamar.
Odie langsung terdiam, ia berusaha mengalihkan kegelisahannya pada laptop di pangkuannya.
"Odie ... kau tuli?" tanya Diego lagi.
"Aku masih bisa mendengar kau bernafas, apalagi kau berbicara," jawab Odie asal.
"Lalu, kenapa kau tak menjawab pertanyaanku?"
"Terserah aku," lagi-lagi jawaban Odie membuat geram Diego.
Namun, Diego memilih mengalah dari pada harus berdebat dengan istrinya. Ia merebahkan tubuhnya di samping Odie. Sementara Odie seperti biasa, ia menunggu lelaki di sampingnya terlelap agar ia bisa kabur ke kamarnya dulu.
****
Nyonya Stevany menggelengkan kepala saat melihat CCTV, ia melihat sendiri sang menantu pergi meninggalakan kamar utama.
"Dasar, anak nakal. Baiklah ... sekarang sudah saatnya aku bertindak dengan caraku," ujar nyonya Stevany dengan senyum menyerigai.
Wanita paruh baya itu terlihat sedang mencari sebuah kontak di ponselnya. Setelah menemukannya ia langsung menghubunginya.
"Halo, Catterin," sapa nyonya Stevany pada wanita di sebrang telfon.
"Halo juga, Nyonya. Ada apa, Anda menghubungiku selarut ini?" ucap Catterin.
"Ada pekerjaan untukmu, besok temui aku di tempat yang akan ku beritahu."
"Baik, Nyonya," jawab Catterin mengakhiri panggilannya.
****
Pagi harinya Catterin datang menuju lokasi yang sudah di beritahu oleh nyonya Stevany padanya. Kaki jenjangnya menyusuri bangunan mewah itu. Langkah Catterin pun terhenti saat sampai di sebuah kamar hotel keluarga Jouller.
Seorang lelaki bertubuh tegap sudah siap menyambutnya di depan pintu kamar itu. Catterin melangkah masuk saat lelaki itu mempersilahkannya masuk.
"Selamat datang Catterin," sapa nyonya Stevany saat wanita cantik itu masuk.
"Terimakasih, Nyonya. To the point saja, ada perlu apa Anda ingin bertemu dengannku," tanya Catterin yang sedari semalam penasaran.
"Aku ada pekerjaan untukmu."
"Oh ... ya? Apa itu?" tanya Catterin antusias.
"Aku ingin melihat seberapa besar cinta Diego dan istrinya, mereka selalu teguh dengan ego masing-masing. Jadi ... aku akan mengirimmu untuk menguji cinta mereka. Tapi ingat jangan gunakan hati dalam misi ini. Jika kau berhasil aku akan memberimu bayaran yang seimbang, bagaimana apakah kau berminat?" tanya nyonya Stevany setelah menjelaskan rencananya.
Untuk sesaat Catterin terdiam, ia seakan sedang berpikir keras untuk menjawab tawaran itu. Hati kecilnya berkata, jika ia masih sangat mengharapkan Diego. Namun, kenyataan menyadarkannya bahwa yang ia butuhkan sekarang adalah uang bukan cinta.
Lima tahun lamanya Catterin dan Diego menjalin hubungan asmara. Namun, saat itu cinta mereka di uji. Keluarga Diego mengalami krisis keuangan sampai Tuan Frans Jouller, ayah Diego terkena serangan jantung.
Di saat itulah Catterin memilih meninggalkan Diego dan menikah dengan seorang pengusaha kaya raya. Namun, dua tahun yang lalu sang suami mengalami kebangkrutan yang membuat Catterin harus ikut bekerja mencari uang untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Nyonya Stevany pun mempergunakan kesempatan ini untuk mengajak wanita itu bekerja sama. Ia tahu jika nama Catterin masih tersimpan di hati putranya. Bukannya ia ingin menghancurkan rumah tangga putranya, akan tetapi ia ingin menguji cinta antara putra dan menantunya itu.
"Baiklah, aku terima tawaran ini," akhirnya Catterin mengambil keputusan yang menurutnya terbaik.
"Terimakasih, Catterin. Selamat bekerja, aku akan segera mengurus kerja sama kita agar perusahaan suamimu kembali bangkit," ucap nyonya Stevany dengan bahagia.
"Baik, Nyonya. Kalau begitu saya permisi," pamit Catterin.
Dengn hati yang lega Catterin melangkah keluar meninggalkan hotel itu. Ia pun akan segera berakting untuk menggoda Diego sang mantan kekasih.
****
Jouller Enterprise
Diego sedang sibuk memeriksa beberapa berkas yang sudah menumpuk di mejanya, sebenarnya ia sangat malas, tapi apa jadinya jika Ibu tahu jika ia tak bekerja dengan baik.
TOK ... TOK ... TOK ... .
Diego mempersilahkan masuk tamu yang ada di balik pintu. Seorang wanita cantik berambut ikal itu muncul dari balik pintu, mata Diego langsung berbinar melihat bidadari yang mendatanginya. Senyumnya pun mengembang saat melihat dengan jelas siapa wanita itu.
"Catterin?" nama yang keluar dari mulut Diego.
"Hai ... Diego, lama tak jumpa, bagaimana kabarmu?" wanita itu bertanya tanpa henti.
"Satu-satu Catterin, aku tahu kau pasti sangat merindukanku? Apa kau menyesal memilih suamimu itu dari pada aku?" pertanyaan konyol pun keluar dari mulut Diego.
"Kau memang paling tahu,tak ada yang sesempurna dirimu. Tapi aku dengar kau sudah menikahi seorang wanita cantik? Siapa dia? Kenapa aku tak di undang?"
"Sudahlah ... kami hanya bermain-main saja. Ada apa kau datang kemari?" tanya Diego sambil mendekati Catterin.
"Sudah aku bilang, aku merindukanmu sayang," ucap manja Catterin sambil mengalungkan tanganya ke leher Diego.
Sementara di ruanganya Odie mendapat laporan dari sekertris Diego, jika ada wanita yang memaksa masuk ke ruangan bosnya. Dengan segera Odie berjalan menuju ruangan suaminya. Tanpa permisi Odie membuka paksa pintu itu, dan hampir saja jantung Odie terlepas dari tempatnya, ketika melihat dua makhluk itu sedang bergulat dengan bibir mereka.
Odie mematung menyaksikan pemandangan itu, meski hubungan yang mengikatnya itu tak di dasari rasa cinta. Namun tak bisa di pungkiri, rasa cemburu telah merasuk dalam hatinya. Ingin sekali rasanya ia menendang kedua makhluk menjijikan itu, tetapi ia sadar jika itu adalah kebutuhan lelaki normal seperti Diego. Selama ini ia selalu menghindar, dan kebutuhan Diego pun tak pernah terpenuhi.
Setiap malam saat Diego terjaga ia selalu kembali ke kamar yang ia tempati dulu, ia tahu apa yang sebenarnya Diego inginkan. Odie memilih menghindari semua itu. Namun bukan berarti ia takut, tetapi ia tak mau mendapatkan bos angkuhnya dengan cara murahan. Ia ingin mendapatkanya dengan cinta yang tulus dari Diego.
"Ehem ...," Odie berdeham.
Diego yang mendengar suara Odie langsung melepaskan pangutanya pada Catterin. Ia lalu tersenyum kecut ke arah Odie seolah ia tidak nelakukan kesalahan. Dan entah apa yang merasuki Odie kali ini, ia berlari ke luar dari ruangan itu. Diego bingung dengan sikap Odie yang kabur begitu saja.
Air matanya jatuh begitu saja tanpa permisi, dadanya terasa sesak. Sakit yang ia rasakan dalam hati.
"Apa-apan aku ini, kenapa aku menangis? Kenapa hatiku sakit?" ucap Odie dlam hati.
"Odie," suara Diego terdengar di luar ruangan Odie.
Odie langsung mengusap kasar air matanya, dan membukakan pintu untuk bos angkuhnya. Ia memasang senyum palsu di hadapan Diego.
"Kau kenapa?" suara Diego terdengar cemas.
"Aku tidak apa-apa maaf, tadi mengganggumu," ucap Odie dengan memalingkan muka.
"Aku yang minta maaf," ucap Diego balik.
Diego mendekati Odie yang masih diam mematung tanpa suara, entah mengapa hatinya pun merasa bersalah karena Odie melihat perbuatanya bersama Catterin. Ia meruntuki dirinya yang tak bisa menahan godaan mantan kekasihnya itu. Ia sadar bagaimanapun dia dan Odie masih terikat hubungan yang sakral. Namun ia melupakan itu hanya karena sebuah godaan yang datang ketika dahaga sedang melandanya.
"Maaf ...," kata itu yang ia ucapkan sebelum meninggalkan Odie.
Odie hanya terdiam, mematung di sana, melihat Diego pergi. Air matanya pun kembali membanjiri wajah cantiknya.
Sementara di ruanganya Nyonya Stevany sedang terseyum lebar, mendengar kabar dari wanita yang sengaja ia bayar, yang tak lain adalah Catterin. Usahanya berhasil, ia bisa melihat apa yang sebenarnya kedua anaknya rasakan. Ia pun tahu bahkan sangat tahu, jika cinta sebenarnya ada di hati mereka.
Bersambung...
Catatan kecil author
Hai sobat aku up nih, semoga bisa mengobati kerinduan kalian pada Diego dan Odie. Bagi kalian yang mau mengeluarkan unek" kalian tentang Diego dan Odie, bisa mampir ke IG ku Asih Leta. Tanpa kalian apalah aku, terimakasih atas dukungan kalian aku sayang kalian muah...😘😘😘