"Latissa, apa salah kalau kita tersenyum dengan rekan kerja kita? Apa langsung dibilang gampangan kalau gitu?" tanya Amanda tiba-tiba. Dia sedang mempelajari beberapa desain produk terbaru yang akan mereka luncurkan bulan depan, tapi Amanda tidak dapat memusatkan perhatiannya, kalimat Abi semalam berputar-putar di kepalanya, terlebih lagi saat Abi menuduh dirinya gampangan, Amanda semakin kesal mengingatnya. Latissa, yang sedang membereskan file bulanan dari beberapa divisi untuk diberikan kepada Amanda, menghentikan pekerjaannya. Wajahnya beralih menatap bos nya itu. Wajah Amanda serius sekali. Sudah beberapa minggu ini, Amanda sering sekali menanyakan pertanyaan-pertanyaan aneh, yang membuat Latissa sering merasa bingung harus menjawab apa.
"Maaf Bu, Maksud Ibu bagaimana?" ulang Latissa pelan.
Amanda mengangkat kepalanya, keningnya berkerut. Sekretarisnya itu jarang bertanya lebih dari satu kali, tapi akhir-akhir ini Latissa sering meminta dirinya mengulang pertanyaan dari dirinya, apa pertanyaannya terlalu sulit? Atau ada yang salah dengan telinga sekretaris andalannya itu, sehingga dia tidak mendengar dengan jelas.
"Kapan terakhir kali kamu check up kesehatan?" Tanya Amanda balik. Kening Latissa semakin berkerut, tadi bertanya tentang senyuman, sekarang bertanya tentang check up kesehatan dirinya, sungguh Latissa tidak bisa menebak isi kepala Amanda akhir-akhir ini.
"Saya? Check up kesehatan di perusahaan kita terjadwal Bu, setahun dua kali, setiap enam bulan, jadwal berikutnya mungkin dua bulan yang akan datang" jelas Latissa, dia pikir Amanda lupa jadwal check up kesehatan karyawannya.
"Hmmm, nanti saya jadwal kamu dimajukan, sepertinya kamu perlu buat cek ke dokter THT, belakangan ini kamu sering minta saya mengulang pertanyaan, saya pikir kamu ada gangguan pendengaran?" jelas Amanda dengan wajah datar. Wajah Latissa sendiri langsung memerah menahan malu setelah mendengarkan kalimat yang Amanda ucapkan.
"Maaf Bu, pendengaran saya baik-baik saja, hanya saya kadang bingung dengan pertanyaan Ibu" ungkap Latissa dengan jujur.
"Hah, pertanyaan saya suka aneh ya akhir-akhir ini?" tanya Amanda sambil menghembuskan napas kasar. Latissa mengangguk mengiyakan, sedikit takut-takut, khawatir Amanda justru memarahinya.
"Saya cuman heran saja, apa kalau kita hanya senyum dan ramah pada lelaki yang juga rekan bisnis kita, apa langsung bisa dikatakan gampangan?" Amanda mengulang pertanyaannya tadi.
"Sama sekali tidak Bu" jawab Latissa, masih menyelidiki alasan Amanda menanyakan hal itu. Apa ini ada hubungannya dengan Anton. Latissa bisa menangkap Anton menaruh perhatian lebih pada Amanda. Sangat terlihat dari gesture dan sorot mata Anton setiap berbicara atau berada di dekat Amanda. Wajar saja, wajah dan penampilan Amanda selalu memukau, rasanya tidak aneh kalau Anton langsung menaruh hati pada bos nya itu. Sebelumnya juga hampir semua rekan bisnis Amanda menaruh hati pada Amanda, baik yang single maupun yang sudah berkeluarga, tapi bos nya itu dengan elegan selalu menolak perhatian siapapun itu.
"Nah, kamu juga pikir begitu kan" seru Amanda, wajahnya berubah senang, ada yang mendukung dirinya. Latissa tersentak, terkejut karena suara Amanda cukup keras.
"I.., iya Bu" jawab Latissa terbata-bata.
"Ah, dasar orang aneh, kalau menolak dengan kejam, lebih baik berlaku tidak perduli saja, daripada menghina gampangan" gumam Amanda dengan suara pelan, tapi Latissa bisa menangkap maksud dari perkataan Amanda. Dia yakin ada masalah lagi dengan Abi. Latissa memilih diam.
"Kamu sudah makan siang?" tanya Amanda tiba-tiba.
"Belum Bu, belum waktunya...",
"Yuk, kita makan siang, saya lapar" potong Amanda. Latissa melirik ke arah jam yang berada dibelakang kursi Amanda, tepat dihadapannya, masih pukul 11 kurang dua menit dan Amanda sudah ingin istirahat makan siang, ini diluar kebiasaan bos cantiknya.
"Kenapa bengong? Ayo" ajak Amanda lagi, mengambil tas tangannya dan berjalan keluar. Latissa buru-buru mengikuti langkah Amanda.
"Kamu mau makan apa?" tanya Amanda saat mereka sudah berjalan beriringan.
"Sa.., saya Bu?" tanya Latissa, kebingungan sendiri. Amanda menghentikan langkahnya, menatap Latissa dengan wajah bingungnya.
"Iya, makan siang ini kamu yang pilih, saya traktir" jawab Amanda. Latissa melongo mendengar jawaban Amanda. Dia baru sjaa tidak percaya kalau jam istirahat satu jam lebih cepat, tapi sekarang ada kejutan baru lagi, dia bahkan bisa makan siang bersama bosnya dan memilih menu makanannya. Hampir Latissa melompat kegirangan karena hal langka ini.
"Saya, sudah lama tidak makan pizza Bu" jawab Latissa, jujur.
"Hhmmm, pizza for lunch?? Oke, seinget saya ada resto pizza dekat gedung ini" balas Amanda, memacu langkahnya. Latissa mengikuti dengan langkah ringan, ini sungguh kejadian langka.
Mereka baru saja keluar dari gedung untuk menuju restoran pizza, tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti di lobi gedung. Amanda dan Latissa sama-sama menghentikan langkahnya, mereka sama-sama menyadari siapa pemilik mobil itu.
Anton keluar dari mobil mewah itu, pria itu hari ini tampak gagah dengan jas berwarna biru muda dan kemeja putih. Anton langsung tersenyum manis saat mendapati Amanda dan Latissa ada dihadapannya.
"Bu Amanda, selamat pagi" sapa Anton dengan sopan.
"Pagi, Pak Anton" sapa Amanda, dia sedikit mengerutkan keningnya, bukankah hari ini tidak ada jadwal kedatangan pria ini ke kantornya, batin Amanda sambil mengingat-ingat keseluruhan jadwal dia pagi ini yang dibacakan Latissa. Di samping Amanda, kening Latissa lebih berkerut, dia khawatir salah dengan jadwal Amanda hari ini, karena seingatnya pihak Anton sama sekali belum menghubungi dirinya untuk persetujuan kontrak kerja sama itu. Latissa khawatir sekali kalau dia salah.
"Jangan takut, saya datang memang tidak sesuai jadwal, saya hanya ingin cepat-cepat kesini untuk melanjutkan kontrak kerja sama kita" jelas Anton, tanpa diminta lelaki itu langsung menjelaskan maksud kedatangannya yang tiba-tiba, Anton menangkap raut bingung dari dua wanita cantik didepannya, itu sebabnya dia langsung menjelaskan maksud kedatangannya.
"Melanjutkan? Apa artinya Bapak setuju untuk jadi investor produk perusahaan kami?" tanya Amanda, senyum di wajahnya langsung merekah, matanya melebar karena bahagia. Cantik sekali, batin Anton. Pria itu tidak langsung menjawab, dia menikmati keindahan ciptaan Tuhan yang tersedia dihadapannya selama beberapa detik. Setelah puas memandang wajah Amanda, Anton menganggukkan kepalanya.
"Ya ampun, saya senang sekali. Ah, dimana sopan santun saya, mari Pak Anton, kita bicarakan di kantor saya," ucap Amanda cepat, dia memberikan kode pada Latissa untuk berbalik arah menuju kantor kembali. Latissa menangkap kode yang diberikan Amanda.
"Mari Pak," ulang Amanda lagi. Anton mengikuti langkah dua gadis cantik itu. Dia melirik sedikit ke arah sepatu Amanda, flat shoes, jauh lebih baik daripada sepatu bertumit yang Amanda pakai semalam.
"Saya senang sepatu Ibu hari ini" sahut Anton tiba-tiba, pria itu juga kembali memamerkan pesonanya melalui senyuman manis diwajahnya. Amanda membalas dengan senyuman yang tidak kalah manis. Dia tidak perduli lagi dengan kalimat Abi semalam, kalau dengan senyuman dia bisa membuat banyak investor seperti Anton menanamkan modal di perusahaannya, tentu Amanda akan memberikan senyuman terbaiknya sepanjang hari, batin Amanda dalam hati.
_______________