Chereads / Amanda Mencari Cinta / Chapter 21 - Gampangan

Chapter 21 - Gampangan

Mata mereka bertemu, Amanda menundukkan kepalanya memberi salam, dia tidak bisa mengelak dari tatapan Abi. Amanda hanya bisa menunduk, senyuman sudah hilang dari wajah cantiknya. Bayangan kejadian semalam kembali terekam di pikiran Amanda. Suara dingin Abi kembali terngiang-ngiang, Amanda tidak suka nada suara Abi, tidak seperti dulu. Suara itu seperti menandakan kalau Abi memang tidak suka dengan dirinya. Tanpa menunggu Abi mendekat, Amanda mempercepat langkahnya menuju lift apartemen. Dia bergegas masuk ke dalam lift dan segera menekan tombol lift agar Abi tidak dapat menyusul dan naik lift bersama. Tanpa Amanda ketahui, Abi juga ikut mempercepat langkahnya, mengekor Amanda tepat di belakang. Lelaki itu menahan pintu lift dan ikut masuk bersama Amanda, saat gadis itu masih menekan tombol untuk menutup pintu lift.

"Ya Tuhan!" pekik Amanda terkejut saat melihat Abi sudah ada dihadapannya. Hampir saja tangan lelaki itu terjepit pintu lift.

"Dokter tidak apa-apa?" tanya Amanda. Dia spontan memegang tangan Abi. Amanda menjadi khawatir, bukankah tangan adalah anggota gerak paling berharga bagi dokter bedah, batin Amanda.

"Tidak apa-apa" balas Abi, menarik tangannya.

"Oh, maaf Dok, saya hanya khawatir tangan Dokter terluka saat terjepit pintu lift tadi, maaf kalau saya lancang" ucap Amanda, menyesali Harusnya dia tidak perduli saja.

"Tidak apa-apa," balas Abi lagi. Amanda mengangguk, dia lalu mundur beberapa langkah sampai ke ujung lift.

"Saya lihat ibu sudah tidak sedih lagi" ucap Abi tiba-tiba. Amanda menoleh ke arah Abi, masih belum mendengar jelas kalimat Abi.

"Ya?" tanya Amanda.

"Ibu sepertinya sudah tidak sedih lagi seperti kemarin, saya sudah khawatir kemarin ibu merasa sedih, tapi sepertinya saya tidak perlu khawatir, sudah ada yang menghibur Ibu sepertinya" jelas Abi, wajahnya datar, tapi ada yang tidak biasa di wajah dokter itu. Dia seperti mengejek Amanda.

"Maksud Dokter?" tanya Amanda lagi.

"Seperti yang saya bilang, sudah ada yang membuat Ibu lupa akan kesedihan semalam. Ternyata Ibu bisa langsung melupakan masalah, baguslah. Tapi, saya hanya ingin sedikit memberi masukan, jangan terlalu mudah membagikan senyuman kepada sembarang pria, nanti bisa terkesan terlalu gampangan" jelas Abi. Amanda mulai menangkap maksud dari kalimat Abi.

"Jadi maksud Dokter, saya perempuan gampangan begitu?" tanya Amanda, sedikit ketus. Dia menaikkan sudut bibirnya, wajahnya berubah sinis. Abi boleh mengabaikan perasaannya. Tapi menganggap dirinya gampangan, itu sudah keterlaluan bagi Amanda. Dia merasa tersinggung.

"Yah, saya mengerti orang-orang di lingkungan bisnis bukannya seperti itu, apalagi kalau memang untuk kepentingan perusahaan." Abi kembali mencerca Amanda dengan kalimat tidak suka. Mungkin terdengar gila, tapi Abi memang tidak suka Amanda memamerkan senyuman manisnya kepada siapapun, apalagi lelaki tadi. Dari mobilnya saja, Abi tahu pasti lelaki itu orang penting di perusahaan Amanda. Wajar saja kalau Amanda beramah-tamah sampai tersenyum seperti tadi. Bukannya dulu saat di rumah sakit, Latissa bilang kalau Amanda jarang tersenyum dan ramah pada siapapun, mengapa tadi dia sangat ramah pada lelaki itu, seberapa penting lelaki yang mengantar Amanda barusan sampai wanita itu bisa berubah seperti tadi, semua pertanyaan itu memenuhi kepala Abi.

"Dokter kejam sekali" balas Amanda pelan, masih berusaha menahan emosinya.

"Apa?" tanya Abi, suara Amanda terlalu pelan, tidak terdengar jelas di telinga Abi.

"Saya bilang, Anda kejam sekali. Setelah Anda jelas-jelas menolak saya, Dokter datang kembali, mencium saya tanpa maksud yang jelas, tapi setelahnya kembali berlaku dingin kepada saya, lalu sekarang Dokter menghina saya dengan menyebut saya gampangan hanya karena ramah dengan rekan bisnis saya? Apa salah saya Dok?" tanya Amanda. Dia merasa sangat kecewa dengan Abi, sama sekali Amanda tidak menyangka Abi akan mengatakan hal seperti itu.

Di sisi lain, Abi terdiam, dia mengamati wajah marah Amanda. Wanita itu marah besar. Sorot mata Amanda tidak seperti biasanya, sorot mata Amanda sangat tajam sekarang seakan bisa membunuh Abi.

"Maksud saya...".

"Tahu apa Dokter soal bisnis saya? Apa Dokter pikir semua wanita yang bekerja seperti saya gampangan semua? Dokter pikir kami mau-mau saja beramah-tamah dengan semua lelaki asal bisnis kami lancar? Seperti itu kan yang dokter pikirkan? Hah, picik sekali pikiran Dokter, saya benar-benar kecewa pada diri saya sendiri, kenapa saya pernah suka dengan orang picik seperti Dokter" potong Amanda. Wanita itu langsung keluar saat pintu lift terbuka, walaupun belum sampai ke lantai apartemennya. Abi ingin mengejar, tapi dia merasa percuma, Amanda terlalu marah saat ini. Kalimatnya tadi memang sudah kelewat batas, batin Abi dalam hati, baru merasa menyesal.

________________

Halo semua, sudah lama banget enggak up, maafkan. Up nya sedikit dulu ya, semoga suka.

happy reading