(Abi POV)
"Ah, maaf" Amanda menyeka air mata di sudut matanya. Abi terhenyak. Dia meresapi kalimat Amanda sebelumnya. Gadis cantik dihadapannya itu tampak rapuh, di luar semua tampilannya yang selalu terlihat mandiri, tegar dan kuat, ternyata dia menyimpan banyak kesedihan didalam hidupnya. Bagaimana Abi bisa berpikiran buruk kalau gadis itu adalah gadis dari keluarga kaya raya yang sombong dan kejam. Cerita Amanda tadi membuat Abi menjadi malu, dan gilanya dia ingin menghibur gadis itu. Dia tidak seharusnya berlaku kasar pada Amanda selama ini. Amanda hanya ingin menunjukkan perhatiannya, perlakuan Abi pada Amanda terlalu kejam. Abi maju dengan cepat dan mencium sebelah mata gadis itu. Abi membiarkan air mata Amanda membasahi bibirnya.
"Jangan menangis di hari ulang tahun" bisik Abi ditelinga Amanda.
(Abi's POV end)
Tubuh Amanda terasa mematung, tidak bisa bergerak, pikirannya kosong, satu detik, dua detik, tiga detik, dia hanya diam. Detik selanjutnya Amanda menyadari apa yang baru saja terjadi, Abi mencium sebelah matanya. Walau hanya beberapa detik, tapi kecupan itu terasa sangat manis. Terlalu manis dan berbahaya. Ini tidak benar, batin Amanda. Dia baru saja mulai mencoba untuk melupakan Abi dalam hidupnya.
Amanda mundur beberapa langkah ke belakang, hingga tubuhnya terbentur dengan kursi yang ada tepat dibelakangnya. Tubuh Amanda sedikit limbung dan hampir terjatuh, Abi dengan sigap menahan tubuh Amanda. Gadis itu langsung menegakkan tubuhnya. Amanda menepis pelan lengan Abi yang melingkari pinggangnya.
Tepisan tangan Amanda tadi menyadarkan Abi dari kegilaannya. Pria itu mundur dua langkah.
"Maaf, saya minta maaf, tidak seharusnya saya seperti ini" ucap Abi. Wajahnya menunjukkan seolah-olah dia telah melakukan kesalahan besar. Dia baru menyadari kesalahannya. Abi mengutuk kalimat yang keluar dari mulutnya. Ada banyak cara untuk menghibur, mengapa harus mencium wajah gadis ini, mengapa juga harus minta maaf batin Abi lagi, menyesal.
"Terimakasih untuk kopinya," balas Abi dengan suara dingin sambil berjalan pergi, keluar dari apartemen Amanda.
Amanda bahkan tidak berani menatap punggung Abi. Dia bingung, entah harus senang atau sedih. Suara Abi, terdengar sangat dingin di telinga Amanda. Suara pintu tertutup membuat Amanda mengalihkan pandangannya. Dia tersenyum sedih.
"Cukup Manda, jangan berharap apapun yang ujungnya hanya akan membuat patah hati" ucap Amanda pada dirinya sendiri. Amanda mulai membereskan meja dapur, matanya berhenti pada kue ulang tahunnya. Amanda memakan sedikit potongan kue itu. Lagi dan lagi, dia harus melalui malam ulang tahun sendirian saja. Lebih parahnya, kali ini sendirian dan patah hati.
________________
"Bu, hari ini ada rapat dengan calon investor baru" Latissa kembali mengulangi kalimatnya. Atasannya itu tampak melamun sedari pagi tadi.
"Bu?" panggil Latissa lagi. Suaranya sedikit lebih keras, berusaha mendapatkan perhatian Amanda.
"Ya?" balas Amanda, sedikit linglung.
"Ibu baik-baik aja?" tanya Latissa. Dia bingung. Kemarin Amanda baik-baik saja saat mereka semua merayakan ulang tahun Amanda, Amanda tampak sangat bahagia malam itu. Tapi pagi ini, semua kebahagiaan di wajah Amanda semalam lenyap. Wajahnya lesu, terlihat tidak bersemangat.
"Em" balas Amanda pelan. Bayangan Abi yang mencium sebelah matanya masih terbayang lekat di pikiran Amanda. Dia seperti tidak berada di ruangan yang sama dengan Latissa, semua kalimat yang sudah Latissa ucapkan tidak satupun Amanda dengarkan, dia sama sekali tidak dapat berkonsentrasi.
"Nanti kita akan kedatangan calon investor baru untuk rencana produk parfum kita yang terbaru, Bu" ulang Latissa lagi. Ini ketiga kalinya dia menyebutkan kalimat yang sama hanya dalam beberapa menit.
"Oh, iya. Jam berapa ya?" tanya Amanda. Dia baru teringat akan rapat yang sudah terjadwal beberapa minggu yang lalu.
"Lima belas menit lagi Bu, Pak Anton sedang dalam perjalanan" jawab Latissa.
"Oh, oke. Saya minta teh chamomile bisa?" tanya Amanda pada Latissa.
"Baik Bu" balas Latissa, beranjak untuk membuatkan teh.
Amanda menghirup napas dalam-dalam. Dia harus berkonsentrasi penuh. Investasi ini berskala besar, tidak boleh ada kesalahan. Latissa datang dengan secangkir teh hangat. Amanda mengambil cangkir itu, menghirup aroma teh chamomile yang menenangkan sambil memejamkan matanya, meminum teh hangat itu satu tegukan lalu tersenyum kepada sekretaris andalannya.
"Terimakasih ya, kita ke ruangan rapat segera, Pak Anton dan timnya harus kita sambut" ucap Amanda. Latissa mengangguk setuju.
Anton Wirahadi adalah seorang pengusaha yang sukses. Usianya hanya terpaut sedikit dari Amanda, mungkin hanya 3 atau 4 tahun. Keluarganya punya bisnis raksasa di bidang fashion dan kecantikan. Kesuksesan parfum Amanda beberapa saat yang lalu, membuat Anton melirik perusahaan Amanda untuk berinvestasi.
Amanda dan Latissa menunggu kedatangan Anton. Semuanya sudah Latissa persiapkan, Latissa juga menjelaskan pada Amanda sedikit tentang Anton dan perusahaanya. Amanda merasa bersyukur karena memilih Latissa menjadi sekretaris pribadinya. Gadis muda itu cerdas, cekatan dan setia. Entah apa jadinya perusahaan Amanda bila Latissa tidak menjadi sekretaris pribadinya.
Setelah menunggu selama 15 menit, Anton dan beberapa asistennya datang. Amanda memperhatikan dengan seksama sosok Anton. Sesuai rincian yang telah disampaikan sebelumnya oleh Latissa, Anton Wirahadi, seorang pengusaha muda dengan wajah dan penampilan diatas rata-rata. Tubuhnya tinggi, pria itu punya bahu yang lebar, kulit cokelat, rambut hitam dan mata yang indah. Semua itu diperindah dengan jas berwarna cokelat senada dengan kulit cokelat indah miliknya dan celana dengan warna senada. Latissa hampir tidak berkedip menatap wajah tampan investor baru mereka. Amanda sendiri harus mengakui betapa tampannya Anton, tapi dia tetap mencoba fokus untuk bisnis saja, lagipula kepalanya sudah terasa penuh dengan bayangan Abi, Amanda rasa tidak ada ruang disana untuk orang lain.
"Selamat datang Pak, perkenalkan saya Amanda, mungkin kita sudah beberapa kali berkomunikasi via email, saya senang sekali Bapak sudah bersedia memberikan waktu untuk berkunjung kemari" ucap Amanda dengan sopan.
"Apa kabar Bu Amanda. Saya juga senang bisa berkunjung" balas Anton, tersenyum ramah. Di samping Amanda, Latissa tersenyum sendiri menatap senyuman lelaki tampan dihadapannya.
Amanda berbasa-basi sebentar, lalu mengajak Anton berkeliling gedung kantornya. Setelah Anton merasa puas, Amanda kembali menunjukkan produk parfum yang baru mereka luncurkan. Semua tim dari divisi parfum sudah siap menyambut kedatangan Anton. Amanda merasa senang karena timnya bekerja dengan baik. Setelah selesai, Amanda tidak menunggu lama, dia langsung mengajak Anton ke ruang rapat pribadinya untuk membicarakan rencana kerja sama mereka. Tim perencana sudah bersiap di ruang rapat. Mereka tidak mau mengecewakan bos mereka yang sudah berubah ini. Semua bekerja dengan baik.
"Oke, saya cukup puas hari ini. Akan saya review dulu dengan tim saya, dua atau tiga hari lagi akan saya kabari" ucap Anton diakhir presentasi.
"Baik Pak, saya menunggu sekali kabar baik dari Bapak" balas Amanda. Anton kembali menyuguhkan senyuman manisnya saat bersalaman dengan Amanda. Kecuali Amanda, semua kaum hawa yang berada di ruangan meleleh dengan senyuman Anton.
"Tis, mana file rencana kontrak kerja sama yang kemarin kamu print?" tanya Amanda setelah Anton pergi.
"Bu, saya sarankan Ibu pulang dulu, tadi kita keliling kantor selama 1 jam lebih, ibu pasti capek, file itu bisa ibu baca di rumah" ucap Latissa.
"Oke," ucap Amanda setuju. Dia tidak menampik kalau betisnya terasa berdenyut dan punggungnya tegang. Amanda berkeliling kantor bersama Anton dengan sepatu bertumit sedang, sebenarnya belum dibolehkan, tapi Anton adalah orang yang sangat penting untuk masa depan perusahaan mereka, Amanda ingin terlihat baik, tidak mungkin dia mengenakan sepatu yang tidak sesuai.
"Saya pulang dulu, terimakasih untuk hari ini" ucap Amanda pada Latissa.
"Saya panggil Pak Salim ya Bu?" tanya Latissa. Amanda menggeleng, dia butuh berjalan untuk menenangkan pikirannya dari kejadian semalam. Selain bekerja dan memasak, berjalan-jalan adalah salah satu kegiatan yang bisa membuat Amanda merasa tenang.
"Saya jalan saja" ucap Amanda.
Amanda menyusuri trotoar yang menuju ke apartemennya. Langit hari itu tidak terlalu panas, tapi tidak mendung. Hari ini berjalan sesuai rencana, timnya bekerja dengan baik sehingga Anton terlihat puas. Tapi Amanda tetap merasakan kesedihan dalam hatinya. Kemarin sungguh menyebalkan, mengapa lelaki itu bersikap dingin setelah mencium dirinya, sungguh aneh dan menyebalkan, seakan Amanda dibawa terbang ke langit yang ke tujuh, lalu Abi dengan cepat menjatuhkannya kembali ke jurang yang paling dalam
Suara klakson mobil nyaris membuat Amanda terpekik dan melompat saking terkejutnya. Sebuah mobil sedan mewah, berwarna hitam berada di sampingnya. Kaca mobil itu terbuka, menampilkan sosok tampan dibelakang kemudi yang baru Amanda temui, Anton. Amanda meredakan emosinya, kalau bukan Anton, sudah pasti dia memarahi pengendara mobil mewah ini.
"Ibu Amanda mau kemana?" tanya Anton.
"Pulang ke apartemen saya Pak," jawab Amanda sopan.
"Saya antar Bu," ajak Anton.
"Jaraknya tidak terlalu jauh Pak, tidak apa-apa" jawab Amanda, menolak dengan halus.
"Bukannya Ibu baru saja mengalami kecelakaan yang cukup besar? Lebih baik segera masuk, tadi sudah berkeliling kantor empat lantai, saya khawatir dengan kaki ibu" jelas Anton lagi. Amanda tidak dapat menolak. Dia masuk ke dalam mobil Anton.
"Maaf merepotkan, Pak" ucap Amanda, menunduk dengan sopan.
"Sama sekali tidak, tunjukkan saja arah apartemen Bu Manda ya" pinta Anton. Pengusaha itu senang sekali bisa bertemu dengan calon rekan kerjanya lagi. Tapi dia langsung kecewa karena hanya perlu sekitar 10 menit, tujuannya sudah sampai.
"Disini saja Pak" pinta Amanda. Anton menepikan mobilnya.
"Terimakasih banyak" ucap Amanda, dia turun dari mobil dan membungkuk hormat pada Anton. Lelaki itu tidak langsung pergi. Dia menurunkan kaca di pintu penumpang, menatap lekat wajah cantik calon rekan kerjanya.
"Bu Amanda, lain kali tidak perlu memakai sepatu hak tinggi, Ibu tetap terlihat profesional walaupun hanya menggunakan sendal" ucap Anton sebelum pergi.
Lelaki itu menyadari, Amanda terlihat tidak nyaman dengan sepatunya, gadis itu berjalan dengan kesulitan. Berbeda dengan saat Anton melihat Amanda dengan sendal jepitnya dipinggir jalan tadi. Amanda tersentak, dia baru sadar kalau hanya mengenakan sendal jepit saja karena terlalu lelah. Amanda baru akan mengucapkan sebuah kalimat, tetapi Anton sudah berlalu dari hadapannya. Tanpa sadar Amanda tersenyum sambil melihat ke arah sendal jepit yang sedang dia kenakan. Amanda memutar tubuhnya, dan mendapati Abi sedang berdiri tidak jauh dari tempatnya berdiri dengan ekspresi yang Amanda tidak mengerti.
_____________
Halo, siapa yang kangen cerita Amanda n Abi, mohon maaf ya, baru sempat up, banyak kesibukan akhir2 ini, semoga chapter ini bisa buat kangennya sedikit terobati.
jangan lupa dukungannya ya
happy reading