Chereads / Amanda Mencari Cinta / Chapter 15 - Tidak Percaya Diri

Chapter 15 - Tidak Percaya Diri

(Abi POV)

Setelah melihat nama Amanda muncul di layar komputer sebagai pasien pertama, perasaan Abi sudah tidak karuan. Dia merasa khawatir. Kekhawatiran Abi bertambah saat dia melihat pasien cantiknya itu membawa sebuah bungkusan, Abi bisa melihat sebuah kado di dalam bungkusan itu. Apakah itu miliknya, tanya Abi. Ah, jangan terlalu percaya diri, ucap Abi lagi dalam hati. Pria itu masih berusaha bersikap profesional, dia terus mengulang-ulang untuk mengingat kalau dia dan Amanda hanya dokter dan pasien saja, tidak mungkin dia menaruh perhatian lebih pada Amanda dan juga sebaliknya. Abi meyakini hal itu sampai sebuah kalimat keluar dari bibir cantik Amanda.

"Emm, Dok. Saya, saya punya sesuatu untuk Dokter" ucap Amanda, dia mengatakannya sambil tersipu. Abi bisa melihat mata Amanda penuh dengan harapan saat mengatakan kalimatnya itu. Abi tidak suka, dia hanya ingin Amanda sebagai pasiennya saja, tidak lebih.

"Untuk saya?" tanya Abi, dia sangat bingung sampai-sampai harus mengucapkan pertanyaan retoris seperti itu. Amanda mengiyakan. Gadis itu bahkan mengatakan kalau Abi adalah orang yang menyelamatkan dirinya.

"Saya, tidak bisa menerima ini. Terlalu berlebihan kalau dibilang saya yang menyelamatkan Ibu. Saya dokter, sudah tugas saya" balas Abi. Pria itu mulai mengubah tatapan matanya dan nada suaranya. Dia berubah sangat dingin. Abi ingin Amanda menjauh, seperti wanita lain yang sebelumnya menaruh hati padanya atau dijodohkan oleh orang tua atau keluarganya yang lain. Para wanita itu perlahan tapi pasti menjauhi Abi karena tidak tahan dengan perlakuan Abi yang dingin kepada mereka.

"Sampai bulan depan Bu" Abi mencoba mengakhiri percakapannya dengan Amanda. Secara jelas dia melihat raut sedih dan kecewa di wajah wanita cantik di hadapannya. Abi merasa puas, rasanya cukup, semoga setelah ini Amanda merasa malas untuk berdekatan lagi dengannya, batin Abi dalam hati.

Setelah selesai praktek, Abi memandangi kado dari Amanda, dia membuka bungkusannya. Abi terkejut saat mendapati jam tangan yang diberikan Amanda sangat mirip dengan jam tangan yang ia kenakan setiap hari. Hanya jam itu tidak memiliki retakan seperti jam tangan yang ia kenakan sekarang. Abi melihat jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Retakan itu sengaja Abi biarkam disana, retakan itu yang bisa mengingatkan dirinya atas kesalahannya di masa lalu.

Abi mengusap wajahnya dengan kasar. Hanya dengan sekali lihat dia tahu harga jam tangan ini pasti mahal. Abi membuang bungkusan itu ke tempat sampah di sebelahnya, tapi dia tidak langsung pergi. Abi menatap bungkusan itu lagi, setelah berpikir beberapa saat, pria itu berbalik untuk mengambil bungkusan itu dari tempat sampah dan membawa hadiah Amanda itu untuk pulang. Langkah Abi terhenti saat dirinya melihat seorang satpam yang sedang termenung.

"Pak, " sapa Abi dengan ramah.

"Dok" balas satpam itu.

"Melamun?" tanya Abi lagi.

"Biasa Dok, akhir bulan" canda si satpam.

"Ini untuk Bapak" ucap Abi lagi.

"Apa ini Dok?" satpam itu terkejut melihat sebuah jam tangan mewah yang diberikan dokter itu pada dirinya.

"Buat Bapak aja, saya pulang ya" balas Abi lagi, menepuk punggung satpam itu.

_____________

"Mengenai launching perfume kita nanti, apa ada ide siapa yang akan jadi bintang tamu? Selain Adrianne tentunya" tanya Amanda pada tim kreatif produk perfume nya. Launching perfume yang seharusnya mereka lakukan bulan lalu terpaksa tertunda karena kecelakaan Amanda.

Semua anggota tim tidak ada yang bersuara, masing-masing sibuk berpikir, mereka tidak mau asal menjawab pertanyaan bos kejam mereka, bisa-bisa kena damprat atau yang lebih bahaya lagi, Amanda tidak segan-segan memecat bila mendengar jawaban atau ide konyol keluar dari mulut mereka. Diam jauh lebih baik dari pada asal menyebut saja.

Amanda menghembuskan napas dengan kasar, sungguh dia merasa heran pada timnya ini. Dia merasa kadang mereka ini malas berpikir atau malah tidak mau berpikir sama sekali, entahlah Amanda sering merasa kesal dan tidak puas.

"Bagaimana kalau The Classical Trio Bu?" saran Latissa tiba-tiba, ditengah keheningan semua orang. Amanda mengarahkan pandangannya kepada sekretaris pribadinya itu.

"Alasannya?" tanya Amanda, penasaran.

"Konsep lagu dan band mereka cocok dengan brand perfume kita, klasik, limited, dan mewah" jawab Latissa. Amanda tersenyum manis, sekretaris ini memang pantas dapat bonus akhir tahun yang banyak, ucap Amanda dalam hati.

"Saya belum pernah dengar, kasih saya lagu mereka ya, saya mau dengar dulu" perinta Amanda. Latissa mengangguk sopan. Semua orang diruangan itu langsung menghela napas lega, bos mereka tampak puas dengan jawaban Latissa, hari ini mereka selamat.

Tidak menunggu waktu lama, Latissa sudah membuat Amanda mendengar semua lagu-lagu milik sebuah band yang mengusung tema musik klasik. Amanda mengernyitkan keningnya ketika Latissa mengganti ke lagu berikutnya, lagu ini terlalu familiar di telinganya.

"Saya sepertinya pernah dengar lagu ini" ucap Amanda. Latissa mengiyakan.

"Pasti pernah Bu. Dering ponsel dokter Abi dan lagu di praktek dokter Abi" jelas Latissa. Dia sendiri memang semakin tertarik dengan lagu ini setelah mendengar dari ponsel dokter Abi dan beberapa hari yang lalu, saat menemani Amanda kontrol. Lagu ini Latissa rasa cocok dengan brand perfume baru perusahaan mereka.

"Ah, iya" Wajah Amanda langsung berseri-seri, tapi dengan cepat berubah menjadi sedih, dia teringat kejadian beberapa hari yang lalu. Ditambah lagi semalam Amanda mengirimi Abi makanan dan tetap ditolak oleh lelaki itu, sungguh menyedihkan. Abi sangat dingin dan kembali mengatakan kalau Amanda tidak perlu terlalu sering mengirimi dirinya makanan.

"Apa Ibu suka?" tanya Latissa.

"Dengan Dokter Abi?! Ah, kamu jangan sembarangan!" jawab Amanda, panik. Wajahnya cemberut.

"Maaf, bukan Bu. Dengan lagu band ini" jawab Latissa cepat, dia sebisa mungkin menahan tawanya yang hampir meledak karena bosnya ini salah sangka.

"Oh, ya suka, kamu hubungi saja mereka, minta mereka untuk jadi pengisi acara di launching kita nanti, kalau bisa sekalian ada duet dengan Adrianne" jawab Amanda, merasa malu. Dasar bodoh, umpat Amanda pada dirinya sendiri.

"Baik Bu" jawab Latissa dengan patuh.

"Latissa, tunggu sebentar" tahan Amanda, saat Latissa akan pergi.

"Ya Bu? Ada lagi yang bisa saya bantu?" tanya Latissa.

"Apa dokter Abi suka band ini?" tanya Amanda, penasaran dengan pendapat Latissa.

"Jujur saya tidak tahu Bu, tapi setiap saya mengunjungi klinik beliau, selalu ada lagu-lagu dari band ini, dan lagu ini ada di dering ponsel dokter Abi, bisa jadi memang band favorit beliau" jawab Latissa.

"Oke" balas Amanda, memikirkan kembali setiap perkataan Latissa tadi, ada benarnya. Abi sepertinya bukan tipe pria yang menyukai band-band populer jaman sekarang, pikir Amanda.

Sebuah ide terlintas di kepalanya, bagaimana kalau dia mengundang Abi ke launching brand perfume nya. Detik selanjutnya Amanda menggelengkan kepalanya, dia mendadak tidak percaya diri dengan idenya sendiri. Dia takut pria itu akan menolak dirinya lagi. Sifat angkuh Amanda langsung sirna setiap kali dia berhadapan dengan Abi, pria hangat yang berubah menjadi dingin itu.

________

jangan lupa follow Ig saya : rizkaadityahami