Chereads / Amanda Mencari Cinta / Chapter 19 - Hari Ulang Tahun

Chapter 19 - Hari Ulang Tahun

"Selamat Ulang Tahun!!" seru semua orang di dalam ruangan, Amanda menyipitkan kedua matanya, merasa silau saat lampu ruangan itu dinyalakan. Semua karyawannya ada didalam ruangan, Latissa sudah berdiri di dekatnya dengan kue tart berukuran besar berhias buah warna-warni diatasnya. Wanita itu tersenyum manis. Di atas meja juga ada beberapa kue tart lainnya. Amanda masih terbengong-bengong selama beberapa detik, mencerna apa yang terjadi.

"Selamat ulang tahun, Bu. Semoga Ibu tidak marah ya dengan kejutan ini" ucap sekretarisnya itu. Amanda tidak bisa berkata-kata. Dia benar-benar terharu. Di hari usianya menginjak 31 tahun, baru kali ini ada banyak orang yang mengucapkan selamat di hari ulang tahunnya.

"Ibu, tidak marah kan Bu?" ulang Latissa, sedikit ragu, karena Amanda hanya terdiam tanpa kata.

"Tidak, jangan konyol, kenapa harus marah, kalian baik sekali" ucap Amanda, menahan rasa harunya. Hampir saja Amanda meneteskan air matanya. Tapi hatinya masih terlalu angkuh untuk menangis dihadapan karyawannya. Dia menahan sebisa mungkin.

"Tiup lilinnya Bu" ucap Sari.

"Ah iya," balas Amanda setuju. Mereka semua menyanyikan lagu tiup lilin dan bertepuk tangan.

"Terimakasih, sebelumnya.., saya minta maaf, mungkin saya.. Saya selama ini.. Terlalu.. Terlalu kejam dengan kalian.. Saya hanya bisa minta maaf." ucap Amanda, sedikit terbata-bata. Dia sekuat tenaga kembali menahan air matanya agar tidak tumpah. Amanda lalu menutup kedua matanya, hanya satu permohonan dia kali ini, dia berharap, mulai detik ini, dia bisa merasakan banyak cinta dari semua orang disekitarnya.

"Setelah hari ini, saya putuskan, tidak ada lagi hari evaluasi per tiga bulan, saya hanya berharap kalian semua bisa bekerja dengan baik, walaupun tidak ada hari evaluasi" ucap Amanda. Kalimat Amanda itu langsung disambut dengan riuh oleh semua karyawannya.

"Ini beneran, Bu?" tanya Latissa. Dia seperti bermimpi mendengar kalimat bos cantiknya tadi. Akhirnya setelah lima tahun lebih bekerja, Latissa terbebas juga dengan hari melelahkan itu. Hari dimana dia harus membuat surat pemecatan, minimal satu karyawan.

"Iya" ucap Amanda sambil mengangguk, dia tersenyum kepada semua orang dihadapannya.

Karyawan Amanda semakin bahagia mendengarnya. Mereka bergantian menyalami dan mengucapkan terimakasih kepada Amanda, mereka bersyukur sekali, setelah kecelakaan beberapa bulan yang lalu, Amanda seperti terlahir kembali menjadi wanita yang baik, santun dan murah senyum. Amanda yang angkuh sudah hilang dari bayangan mereka.

_____________

"Kamu pulang aja duluan Tis," ucap Amanda. Pesta ulang tahunnya sudah selesai. Amanda merasa malas untuk pulang ke rumah.

"Tapi Ibu masih disini" balas Latissa.

"Enggak apa, banyak laporan proyek yang harus saya baca, pulang duluan. Jangan cuman bekerja saja, nanti kamu seperti saya, mulai bergaul, pacaran sana" canda Amanda.

"Bener Bu?" tanya Latissa, tidak percaya dengan pendengarannya. Hari ini dia berkali-kali menanyakan hal sama lebih dari satu kali kepada Amanda.

"Iya, sana pulang" jawab Amanda sambil tersenyum.

Latissa langsung menunduk dan mengucapkan banyak terimakasih. Ini hari yang sangat bersejarah baginya untuk bisa pulang dengan cepat. Dia senang sekali. Dulu Amanda tidak segan-segan menahannya bahkan sampai lewat tengah malam, asalkan pekerjaannya selesai.

"Ah, kue ulang tahun Ibu, ada di kulkas. Barangkali ibu mau bawa pulang ke rumah, sudah saya bungkus" ucap Latissa sebelum keluar dari ruangan Amanda.

"Iya, terimakasih ya" jawab Amanda.

Setelah Latissa pergi, Amanda kembali memusatkan perhatiannya pada berkas laporan dihadapannya. Sedih memang, melewati malam di hari ulang tahun tanpa ada satu orang pun yang menemaninya. Dari pada berlarut-larut dalam kesedihan, lebih baik bekerja, pikir Amanda. Lagipula sudah terlalu banyak pekerjaan yang dia tumpuk, sisa kecelakaan dulu. Gadis itu larut dalam pekerjaannya, sampai dia tersadar, hari sudah pukul 10 malam.

"Ah, sudah terlalu malam, sebaiknya dilanjutkan besok saja," ucap Amanda pada dirinya sendiri.

Dia membereskan barang-barangnya, mengambil tas kerjanya dan tidak lupa membawa kue ulang tahunnya sebelum pulang. Amanda memutuskan untuk pulang dengan berjalan kaki. Jarak kantor ke apartemennya tidak jauh, hanya sekitar 15 menit bila berjalan kaki. Udara malam ini terlalu segar bila dia pulang dengan mobil. Dia sudah meminta Pak Salim untuk pulang lebih dulu. Amanda masih trauma menyetir, dia belum berani. Gadis itu berjalan menyusuri jalan-jalan dengan pelan. Dia memenuhi paru-parunya dengan udara malam yang menyegarkan karena cuaca hari ini cukup baik. Tanpa Amanda sadari, di atas sana, ada sepasang mata yang memperhatikannya.

___________________

(Beberapa menit sebelumnya)

Abi hari ini tidak bisa memejamkan kedua matanya. Dia sama sekali tidak mengantuk. Mungkin terdengar sedikit gila, tapi sepanjang hari Abi memperhatikan apartemen Amanda yang masih gelap, gadis itu belum pulang, padahal hari ini sudah lewat pukul 10 malam. Entah mengapa Abi merasa khawatir. Walaupun Abi tahu jarak kantor dan apartemen mereka tidak terlalu jauh, tetap saja hari ini terlalu malam untuk seorang gadis pulang sendirian. Abi berdiri disamping jendela kamar tidurnya. Matanya tiba-tiba menangkap sesosok gadis yang berjalan dengan wajah tertunduk, ditangan gadis itu ada sebuah bungkusan berukuran cukup besar.

"Dasar bodoh, sudah malam begini malah pulang jalan kaki, kemana mobilnya?" tanya Abi pada dirinya sendiri. Hatinya bertambah khawatir melihat cara berjalan Amanda, sangat lambat sepertinya hatinya sedang merasa sedih, entahlah, Abi hanya menebak-nebak sendiri. Tapi tetangganya itu memang selalu terlihat sedih akhir-akhir ini. Apa karena ulah dirinya yang sering keterlaluan menolak Amanda sehingga gadis itu tidak pernah terlihat senang. Hanya kesedihan yang Abi bisa dapatkan dari sorot mata Amanda setiap mereka beradu pandang.

"Apa dia sudah makan?" tanya Abi lagi.

"Ah, apa peduli lu sih Bi!" ucapnya lagi, mengetuk-ngetuk pelipisnya seakan menyadarkan dirinya untuk tidak terlalu memperdulikan Amanda. Setelah kejadian dulu, Amanda seperti hilang dari kehidupannya. Tidak ada kue-kue atau makanan kiriman Amanda lagi, atau senyuman dan manis yang Abi dapatkan bila mereka tidak sengaja bertemu. Amanda bahkan sering menghiraukan kehadiran Abi di sekitarnya.

"Tapi dia terlalu sering tidak makan, bisa kurang gizi lama-lama" ucap Abi lagi. Abi menyadari Amanda sering sekali pulang malam akhir-akhir ini. Pria itu mengambil jaketnya, dan keluar dari kamar apartemennya, menuju kamar Amanda yang letaknya satu lantai di bawah apartemennya.

Amanda terkejut saat mendapati Abi sedang berdiri didepan pintu apartemennya. Dia mengedipkan kedua matanya beberapa kali. Berusaha meyakinkan, barangkali sosok lelaki di hadapannya ini tidak nyata.

"Apa dokter mencari saya?" tanya Amanda, sedikit ragu. Dia menghentikan langkahnya lalu mundur beberapa langkah menjauhi tempat Abi berdiri. Dia ingat janjinya, dia akan menjauhi dan menjaga jarak dari Abi sebisa mungkin.

"Ehm.. Cuma sedikit khawatir karena lihat apartemen kamu gelap. Bukannya saya sudah bilang untuk tidak membawa barang berat?" tanya Abi. Dia melirik bungkusan di tangan Amanda.

"Ini sama sekali tidak berat" balas Amanda, mengangkat bungkusan berisi tart yang memang tidak berat.

"Karena kamu kelihatannya baik-baik saja, saya pergi" ucap Abi cepat. Dia menyesali kalimatnya sendiri. Abi berbalik pergi.

"Dokter, sebentar.." Amanda menahan Abi.

"Karena dokter sudah disini, barangkali..., barangkali dokter mau menemani saya makan cake sebentar, hari ini..., hari ini hari ulang tahun saya," lanjut Amanda, dia menggigit bibir bawahnya, tidak percaya dengan apa yang baru dia katakan. Bagaimana mungkin dia meminta Abi untuk masuk ke dalam apartemennya. Berada dekat dengan dirinya saja lelaki ini sudah enggan. Dasar Amanda bodoh, umpat Amanda dalam hati.

"Ah, maaf, anggap saja tadi saya melantur.." Amanda langsung meralat ucapannya, dia tertawa karena merasa bodoh sekali. Tidak seharusnya dia mengajak Abi. Itu hanya membuat dirinya semakin dibenci oleh Abi. Amanda mengutuk dirinya sendiri.

"Saya mau," balas Abi cepat.

"Ha?" Amanda terkejut, kelopak matanya melebar, mulutnya sedikit terbuka. Dia terdiam kebingungan, bagaimana bisa lelaki sadis ini tiba-tiba menyetujui permintaannya.

"Ayo cepat buka pintunya" ucap Abi, menunjuk pintu depan apartemen Amanda.

"Ah, iya" balas Amanda, dia buru-buru memasukkan kode password pintu apartemennya dan mempersilakan Abi untuk masuk.

"Silakan duduk dulu, Dok. Saya.. Saya siapkan kue nya sebentar" ucap Amanda gugup. Abi mengangguk, dia duduk di kursi meja yang ditunjukkan oleh Amanda. Sementara Amanda mencuci tangan, membuka bungkusan cake nya dan menyajikannya di piring.

"Dokter mau kopi? Atau softdrink? Atau teh?" tanya Amanda, dia gugup sekali. Belum pernah dia menerima tamu sangat spesial seperti malam ini. Apalagi ini Abi.

"Apa saja asal jangan softdrink" ucap Abi.

"Ah, baik Dok. Kemarin saya baru dapat kopi dari Aceh, dikirim dari rekan bisnis saya, katanya enak, saya buatkan untuk dokter ya" celoteh Amanda lagi, dia mencari cangkir untuk tempat kopi. Amanda menemukannya di laci atas. Letaknya sedikit didalam, mungkin karena jarang digunakan, Amanda menyimpan cangkir itu disana. Gadis itu menjinjit untuk menggapai cangkir, tanpa Amanda sadari, Abi sudah berada dibelakangnya, membantu dirinya mengambilkan cangkir.

"Ah, terimakasih Dok," balas Amanda sedikit tersipu malu karena badan Abi sedikit menempel pada punggung Amanda.

Gadis itu bahkan mundur beberapa langkah saat menyadari tubuh Abi berada dibelakangnya, sesuai janjinya untuk tidak terlalu dekat dengan Abi. Lelaki itu tidak berkata apapun, dia hanya memberikan cangkir yang baru dia ambil kepada Amanda, dan kembali duduk. Amanda melanjutkan pekerjaannya, sedikit kikuk, Amanda dapat merasakan kalau dari belakang Abi masih memperhatikannya.

"Kopinya Dok, katanya kopi Aceh ini enak sekali" ucap Amanda, selesai membuatkan kopi. Dia duduk disamping Abi, menunggu Abi menyeruput kopinya.

"Apa enak?" tanya Amanda, penasaran.

"Enak," jawab Abi, singkat.

"Ah, syukurlah. Ini pertama kalinya saya buat kopi untuk orang lain, selama lima tahun terakhir." cerita Amanda lagi. Dia banyak bicara untuk menghilangkan kegugupannya.

"Dulu, saya sering buatkan kopi untuk ibu angkat saya, pemilik perusahaan saya sekarang, beliau meninggal lima tahun yang lalu, semua keluarganya mengambil seluruh harta benda dan perusahaan yang sudah diwariskan kepada saya, mereka hanya menyisakan satu perusahaan, karena waktu itu tidak terlalu besar dan keuntungannya juga tidak terlalu banyak, tapi saya masih berterimakasih karena kalau tidak, entah jadi apa saya" lanjut Amanda. Wajahnya tersenyum, tapi Abi tetap merasakan kesedihan wanita itu dari sorot matanya lagi dan lagi. Abi selalu melihat kesedihan di kedua mata gadis itu.

Amanda memutar kembali masa-masa dimana dia didatangi keluarga ibu Angella, dan mereka menuntut Amanda memberikan seluruh aset Ibu Angella. Amanda merelakannya, toh dari awal semua itu bukan miliknya. Lagipula dia tidak punya uang untuk membayar pengacara untuk menuntut hak warisnya kala itu. Mengalah waktu itu adalah keputusan yang paling baik.

"Hari ini, sebenarnya bukan hari lahir saya, hari ini, 31 tahun yang lalu, saya ditemukan di depan panti asuhan, Ibu Panti mendaftarkan hari ini menjadi hari lahir saya. Saya.. Saya tidak pernah tahu siapa Ibu dan Ayah kandung saya." Amanda tetap melanjutkan ceritanya. Dia tidak mengerti mengapa dia harus menceritakan kisah sedih ini di hari ulang tahunnya, hari yang seharusnya diisi dengan kebahagiaan. Dan gilanya lagi Amanda menceritakannya pada Abi, orang yang sudah terang-terangan menolak dirinya.

Lelaki itu berhenti meminum kopinya, dia terkejut. Selama ini Abi pikir Amanda adalah perempuan penggila kerja yang tidak perduli dengan keluarganya, sehingga dia hidup mandiri sendirian, ternyata semua itu salah, Abi salah berpikir tentang gadis cantik mantan pasiennya itu. Abi menatap lekat wajah sedih Amanda yang menunduk, dia bisa melihat kedua mata gadis itu sudah berkaca-kaca, tapi Amanda menahannya.

"Aduh, kenapa saya jadi cerita tentang hidup saya, maaf Dok, enggak seharusnya saya ceritain ini sama Dokter" ucap Amanda, merasa malu, mengapa dia harus membuka kisah kehidupannya didepan pria yang dia sukai, dan yang sialnya pria ini sama sekali tidak menaruh hati padanya. Tanpa sadar air mata Amanda jatuh membasahi kedua pipinya.

"Ah, maaf" ucap Amanda lagi, Dia memalingkan wajahnya, Amanda benci sekali harus menangis dihadapan Abi, dia selalu berusaha menunjukkan kepada siapapun kalau dia adalah wanita yang kuat.

Entah apa yang dipikirkan Abi, lelaki itu menahan tangan Amanda yang hendak mengusap air mata dengan telapak tangannya. Abi mencondongkan badannya sehingga wajahnya dan Amanda saling berhadapan. Sedetik kemudian, Abi mengecup mata kanan Amanda yang sudah dipenuhi genangan air mata.

"Jangan menangis di hari ulang tahun" bisik Abi ditelinga Amanda, usai melepas kecupannya. Tubuh Amanda kaku, dia merasa seperti di alam mimpi. Di malam ulang tahunnya, Amanda mendapatkan ciuman pertamanya.

___________

jangan lupa follow Ig saya di

rizkaadityahami

buat yang masih gemes sama Abi, jangan lupa komen dan ss nya ya