Chereads / THE ROOMMATE 2 : SIDE STORIES (21++) / Chapter 21 - 20 ARINA & LEO : BERTEMU LAGI DENGANMU

Chapter 21 - 20 ARINA & LEO : BERTEMU LAGI DENGANMU

Leo sampai dengan cepat di lantai tertinggi gedung apartemen tersebut dan membuka pintu elevator dengan cepat. Setelahnya, ia langsung menuju kamar tidurnya serta membaringkan tubuh Arina di atas kasurnya pelan-pelan. Tak lupa, ia juga menyelimuti tubuh gadis itu dengan sangat lembut dan mengecup keningnya.

Kemudian, ia menutup pintu dengan sangat pelan tanpa suara dan menuju ke arah meja coffee table sambil mempelajari beberapa dokumen penting yang ada di atasnya. Semuanya adalah informasi serta data pribadi Arina yang Leo minta untuk dikumpulkan semuanya dan sekarang, ia sedang mempelajarinya.

Beberapa jam sudah berlalu, tapi Leo sama sekali tidak mengantuk. Ia malah semakin bersemangat membaca semua data –data rahasia yang berhasil dikumpulkan oleh Rogard seputar Arina dalam waktu singkat. Dan semua informasi tersebut benar-benar mengejutkannya!!!

Leo melepas kacamatanya dan duduk bersandar di sofa sambil menghembuskan nafas panjang. Ia sama sekali tak pernah menduga kalau Arina adalah seorang...

"ARGGHHHHHHHHHHHHH...!!!"

Sebuah teriakan keras tiba-tiba mengejutkan Leo secara mendadak. Ia cepat-cepat bangkit dan langsung berlari masuk ke dalam kamar tidurnya sambil bertanya dengan nada cemas.

"A…Arina??"

........

Di depan matanya, tubuh gadis itu sedang berguncang-guncang dengan sangat hebatnya. Matanya terpejam erat sambil mulutnya terus berteriak-teriak kencang. Seakan- akan ia sedang dikejar sebuah monster tak kasat mata. Leo yang panic segera memeluk tubuh Arina yang mulai gemetar hebat sambil terus-menerus berkeringat dingin.

"Shhh… shhh… Arina, ini aku. Tenanglah…shhh…shhhh…"

Percuma, guncangan tubuh Arina malah makin menggila. Tak ada pilihan.

Leo langsung melepas semua baju dan celana ditubuhnya serta hanya menyisakan sebuah celana boxer saja. Ia juga langsung mendekap tubuh gadis itu erat-erat di dalam pelukannya sambil terus berbisik di telinganya. "Shhhhh…Arina….tak usah takut lagi….aku di sini…Shhh…"

Perlahan, panas tubuh Leo mulai menjalari tubuh gadis tersebut. Guncangan tubuhnya pun berkurang sedikit demi sedikit. Leo juga merasakan kalau tangan Arina juga balas memeluk dirinya dengan erat. Seperti sebuah guling empuk.

Wangi mawar yang samar kembali tercium di hidung Leo. Kali ini, tidak berasal dari cologne yang ia beli sebelumnya. Tapi dari aroma tubuh wanita yang membuat dunianya jatuh luluh berantakan selama setahun belakangan ini.

"Arina….." bisik Leo lembut di telinga gadis tersebut sambil mengelus-ngelus rambutnya.

Tapi kemudian, nama berikutnya yang disebut oleh mulut Arina, membuatnya terkesiap kaget.

"Dicky…."

......

Arina merasa seperti berada di dalam sebuah lorong gelap tak berujung. Berlari-lari sekuat tenaga dari para pengejarnya yang terdengar semakin lama semakin dekat darinya. Ia ketakutan! Tapi ia juga tahu kalau ia tak bisa menyerah sekarang. Arina hanya tahu kalau ia hanya bisa melakukan satu hal sekarang. Berlari!! Ya, terus berlari!!

Tapi kemudian pemandangan sekitarnya mulai berubah. Lorong gelap yang mencekam dan sesak itu mulai menghilang pelan-pelan. Berganti dengan sebuah tempat. Sebuah lokasi yang sangat akrab dengannya dulu. Bukit Tiga Hutan.

Tempat dimana ia selalu pergi dengan Dicky dulu setiap pagi untuk berlatih bela diri. Bukit dimana mereka berdua selalu bisa menonton matahari pagi terbit dari ufuk timur. Arina bisa mendengar suara cicit burung. Wangi bunga daffodil di padang. Hijaunya rumput. Dinginnya angin pagi yang segar dan membelai kulitnya. Serta basahnya embun pagi di tangannya. Ya, ia ingat masa-masa itu.

Masa-masa yang sangat menyenangkan ketika pemuda itu masih hidup dan Arina duduk berboncengan dengannya setiap pagi. Ia bisa merasakan hangatnya tubuh Dicky saat tubuh Arina menempel erat di punggung pemuda tersebut. Setiap hari. Setiap pagi. Sebuah rutinitas yang menyenangkan untuknya.

Tapi Dicky kini sudah tak ada. Mata Arina kembali berkaca-kaca. Lalu, lamat-lamat ia mendengar seseorang memanggil namanya dari arah belakang.

"Arina…."

Gadis itu tercekat. Su…suara ini….

"Arina…"

Ia hafal benar nada orang ini. Hanya satu orang yang memanggilnya seperti ini. Begitu lembut dan mesra. Ia tak mungkin salah….

"Arina…"

Perlahan, Arina menoleh ke belakang dan melihat sebuah sosok sedang berdiri di belakangnya dengan wajah tersenyum. I.. itu…

Arina tahu persis siapa dia. Pemuda yang dirindukannya setiap saat. Orang yang menyelamatkannya malam itu. Pemuda pertama yang ada dan merasuki hatinya. Cinta pertamanya.

Airmata mulai berderai di kedua pipi Arina pelan-pelan. Ia mulai berlari ke arah sosok tersebut. Sekuat-kuatnya. Sekencang-kencangnya….

Mulutnya hanya meneriakkan satu nama, " DICKYYYYYYYY...."