Arina mengertakkan giginya ketika melihat rombongan pria tersebut mulai berjalan pelan-pelan mendekati dirinya. Ia kembali menggoyang-goyangkan semua rantai borgol yang memasung kedua tangannya dengan erat. Tapi sia-sia !! Percuma!!
Rantai-rantai tersebut tetap tak bergeming. Bahkan kedua pergelangan tangan Arina mulai terluka akibat kerasnya usaha gadis itu untuk melepaskan diri.
"Per…cu…ma…. Per…cu…ma….." kata Bruno sambil tertawa geli dengan wajah puas sambil memegangi perutnya. Ia benar-benar menikmati adegan ini. Adegan dimana ia bisa menonton para korbannya yang hidupnya sedang berada di ujung tanduk. Menikmati wajah memelas mereka yang penuh ketakutan dan meratap pilu. Menikmati saat-saat terakhir dimana para korbannya menjerit atau melolong ngeri saat kematian sudah hampir sampai di ujung nafas mereka.
Ya, semua orang sudah tahu kalau Bruno adalah seorang sadistis dan masokist. Ia menikmati rasa sakit sebagai penyalurannya untuk mencapai titik klimaks saat berhubungan seks. Saat ini pun, ia mulai merasa kalau batang pusakanya mulai menegang. Menyesak di dalam celananya.
Nafas Arina mulai terengah-engah. Tenaganya mulai habis. Sementara pergelangan tangannya mulai terluka dan berdarah. Para pria yang bergerak maju mengelilinginya mulai melepas baju mereka satu persatu. Malam itu, Bruno sudah memberi perintah kepada mereka semua untuk menggauli Arina habis-habisan secara bersamaan. Sampai wanita itu meninggal dan tubuhnya hancur tak bersisa di bawah gempuran semua kejantanan para anak buahnya.
Lolongan dan jerit kesakitan Arina yang akan didengarnya sebentar lagi, akan menjadi lagu tidur yang menenangkan sekaligus pengantar kematian bagi Robin Crux di alam sana.
Pandangan mata Arina kembali mengabur. Ia kehabisan tenaga. Nafasnya sudah tersengal-sengal. Jauh di dalam lubuk hatinya, Arina mengutuk dirinya sendiri. Ia kembali menyesali keberadaan dirinya yang terlahir di atas dunia ini. Ia menyesali semuanya. Dan terutama, ia sangat benci pada keadaan dirinya yang tak berdaya sehingga kembali dilecehkan secara seksual oleh para lawannya sekarang.
Arina mulai menangis terisak-isak ketika tubuh mulusnya mulai digerayangi oleh para pria jahanam tersebut. Ia muak. Ia jijik. Ia benci pada semuanya. Ilmu bela diri yang dulu diajarkan oleh Dicky kepadanya, kini terasa sia-sia untuknya. Toh, hasil akhirnya sama saja.
Arina tak pernah takut pada kematian. Tapi apa yang ia paling tidak suka, kini sedang terjadi padanya. Dilecehkan dan selanjutnya, diperkosa beramai-ramai. Mahkota miliknya. Yang dijaganya dari dulu, yang bahkan Dicky sendiri tak pernah menyentuhnya, kini pasti direnggut paksa darinya malam ini. Dengan cara yang paling menyakitkan.
Ia pasrah ketika lidah para pria itu mulai menjilati tubuhnya dan tangan mereka meremas-remas kedua payudaranya. Ia kalah. Sekarang.
Malam ini, mungkin ia bisa bersatu dengan Dicky di alam sana. Arina tersenyum.
Mungkin ini lebih baik….
Ia sudah lelah…
Tapi, kemudian mendadak Arina mendengar suara tembakan secara tiba-tiba….
.........
DOR! DOR! DOR!! DOR!! DOR!!
Beberapa pria telanjang yang sedang mengerumuninya langsung memekik kesakitan dan tersungkur jatuh ke atas tanah. Sementara yang lainnya langsung kocar-kacir tapi kemudian, nasib mereka pun tak jauh berbeda dengan teman-temannya.
Genangan darah langsung mewarnai lantai dengan warna merahnya. Arina terkesiap kaget ketika ia melihat seorang pengendara motor berbaju hitam dengan lincahnya terus menembaki orang-orang yang ada di dalam hangar tersebut dengan sangat akurat.
Bruno yang melihat adegan tak terduga tersebut langsung bangkit dari kursinya. Cerutunya langsung jatuh ke atas lantai. Ia mendesis marah tapi kemudian, pengendara motor misterius tersebut langsung menembakkan satu peluru ke salah satu pahanya dan ia langsung berlutut dengan satu kaki. Darah mengucur deras dari luka tembaknya.
Melihat kalau semua lawannya sudah tak berdaya, pengendara motor tersebut lalu turun dan membuka helmnya. Mata Arina langsung melotot lebar-lebar saat melihat wajah pengendara motor misterius tersebut.
"Si…si..siapa kau??" tanya Bruno sambil menahan nyeri.
"Aku pacar wanita yang sedang kau pasung sekarang…"
..........
"LEO!!!" jerit Arina panic.
Ia sama sekali terkejut saat melihat keberadaan pemuda tersebut di sana!!! Ia tak boleh berada di sini!!! Tempat ini benar-benar berbahaya untuknya!!
"CEPAT PERGI!!!!"
"KAU TAK BOLEH BERADA DI SINI!!!"
Jika Leo adalah Sante, ia tidak akan sekuatir ini. Tapi Leo adalah teman satu kelompoknya di kampus dan ia juga adalah seorang mahasiswa farmasi. Seorang kutu buku di tengah pertempuran antar geng!! Apa yang bisa pemuda itu lakukan??
Tapi entah pemuda tersebut tuli atau bagaimana, ia malah semakin mendekat kea rah tubuh Arina yang sedang terpasung sambil menyunggingkan senyum mengejek. Bruno mulai mencoba bangkit berdiri perlahan-lahan sambil terpincang karena rasa sakit yang tajam di pahanya.
"Begitukah?"
Para pengawalnya mulai kembali berdatangan dan mengepung mereka bertiga. Bruno terkekeh geli ketika melihat kalau posisi Leo sudah mulai terdesak kembali. Tapi, pemuda ini benar-benar tak peduli dan hanya berjalan menuju ke arah Arina untuk melepaskan pasung rantai gadis tersebut dari pergelangan kedua tangan dan kakinya. Dalam waktu singkat, tubuh Arina sudah berhasil dibopongnya dan Leo langsung membungkusnya dengan jaket parka tebal yang tadi dipakainya saat berkendara di atas motor.
"Bo…doh…" bisik Arina lemah ketika akhirnya kepalanya terkulai lemas di bahu pemuda tersebut.
"Apa kata menyerah masih berlaku untukmu?" tanya Bruno sambil tersenyum geli pada pasangan konyol di hadapannya.
Mereka berdua sudah terkepung musuh. Dengan banyaknya pengawal yang mengacungkan pistol ke arah dirinya dan Arina, nasib Leo sudah dipastikan habis total malam ini! Ia kalah jumlah.
Tapi kemudian, lantai di bawah kaki mereka mulai bergetar hebat. Dan terdengar suara menderu yang sangat kencang dari arah langit di atas mereka. Dalam waktu singkat, 5 buah helicopter militer sudah berada di atas hangar dan mulai menembaki seluruh pasukan pengawal Bruno dengan ganas. Teriakan kesakitan serta lolongan ngeri langsung terdengar di area tersebut. Sementara tubuh mereka berguncang hebat akibat terjangan hujan peluru tanpa henti dari para tentara yang menembaki barisan pengawal tersebut dari atas.
Bruno langsung berlutut di atas lantai dengan mata melotot lebar. Ia tak memperhatikan sebelumnya. Tapi ada sebuah cincin khusus dengan ukiran mawar yang tercetak di jari manis Leo.
"Le…..Le….Levy??"
"Kau dari Klan Levy?" tanya Bruno lemas. Kalau itu benar, mampuslah ia!!!
Sudut mulut Leo kembali menyunggingkan senyum licik.
"Siapa yang tertawa sekarang, bocah gendut?"
Semua orang di dunia bawah tanah tahu kalau Klan Levy adalah salah satu bangsawan dunia yang keberadaannya sama sekali tak terguncangkan. Keberadaan mereka selalu tersembunyi di balik bayangan dan sangat ekslusif. Tapi merekalah penguasa sebenarnya dari hampir seluruh negara di 3 Dunia yaitu Dunia Atas, Dunia Tengah dan Dunia Bawah.
Menantang mereka artinya sama saja dengan menggali lubang kuburmu sendiri!!
Bruno meneguk ludahnya sendiri dengan susah payah. Gadis urakan ini…
Bagaimana bisa ia terikat dengan salah satu klan paling elite tersebut?
.........
Dalam waktu singkat, semua mayat pengawalnya sudah bergelimpangan di atas tanah dengan bersimbah darah. Bruno sendiri sudah kehilangan kekuatannya. Wajahnya pucat pasi dengan tatapan ngeri seperti mayat hidup.
Di menit berikutnya, 10 buah mobil van langsung datang dan menyergap sisa pegawal yang tersisa. Semua pasukan militer berbaju hitam langsung keluar dan mengepung Bruno yang sudah menyerah kalah. Salah satu tentara juga membukakan pintu van untuk Leo dan pemuda tersebut langsung masuk ke dalam mobil sambil tetap membopong Arina yang masih berada dalam gendongannya.
"Bagaimana, Pak?" tanya salah satu tentara tanpa mengendorkan penjagaannya.
"Bunuh semuanya tapi sisakan pria gendut tersebut…" kata Leo kalem. Tentara itu lalu mengangguk sambil menutup pintu mobil.
"Jalan.." perintah Leo singkat pada supir pribadinya.
"Ke mana, tuan muda?"
"Penthouseku saja…."
Rose Mansion masih dalam tahap finishing dan Leo masih punya rencana lain untuk kompleks mewah tersebut. Sekarang ini, lebih baik untuk membawa gadis ini ke tempat tinggal pribadinya. Tubuh Arina yang tadinya menggigil, kini perlahan mulai berangsur tenang. Desah nafas gadis itu juga mulai teratur di dalam pelukannya.
Di dalam perjalanan menuju ke arah penthousenya, Leo memandang ke luar jendela sambil tersenyum. Ia teringat ucapannya kemarin dengan Sante.
" Akan kutunjukkan...."
"Betapa besarnya perbedaan kekuatan antara aku dan dirimu…"
Leo tak pernah menyangka kalau ucapannya akan secepat itu menjadi sebuah kenyataan.
.............
Sante dan teman-temannya sampai di hangar tersebut dan langsung berlari masuk ke dalam sambil meneriakkan nama Arina keras-keras.
"ARINA!!!!" teriak Sante panic.
Tapi ketika kakinya memasuki tempat itu, kedua matanya langsung terbelalak kaget.
Bau anyir darah memenuhi area tersebut sementara ratusan mayat bergelimpangan di mana-mana. Sementara seorang pria bertubuh besar hanya bisa terpaku diam di tempat dengan posisi tubuh berlutut. Wajahnya sepucat mayat. Ia masih hidup tapi melihat keadaannya, ia sama saja seperti orang mati.
"Bruno Crux!!!" desis Sante geram sambil berjalan menghampiri pria tersebut dan menjambak rambutnya supaya mata pria itu menatap dirinya.
"DIMANA ARINA, BANGSAT!!!"
Bruno tergagap. Ia terbata-bata mengucapkan sebuah nama.
"Le…Le….vy...."
"APA????!!!"
Bruno berusaha mengulang kata-katanya, tapi Sante sudah keburu emosi dan langsung memelintir kepala pria malang tersebut. Bunyi tulang leher yang patah langsung terdengar dan habislah nyawa seorang Bruno Crux di atas muka bumi ini.
"KEPARAT!!!!"
"BAKAR TEMPAT INI!!! SEGERA!!!" perintah Sante yang langsung diikuti oleh para anak buahnya.
Api besar berwarna kemerahan kembali mewarnai langit malam itu. Sante mencoba untuk menahan kemarahannya di dalam hati. Kedua tangannya mengepal erat sampai semua buku jarinya memutih. Ada seseorang yang sudah mendahului mereka malam ini. Tapi siapa??
Salah satu anak buahnya lalu membawakan sebuah emblem militer kepadanya. Terbuat dari perak murni dan ada sebuah ukiran di atasnya. Bunga mawar.
.