Chereads / AITMP : Under The Sea / Chapter 8 - AITMP Arc I - Berpisah Sebentar

Chapter 8 - AITMP Arc I - Berpisah Sebentar

"Apakah kalian memiliki rencana menonton film hari ini?" tanya Seira.

✓✓✓

"Ya, aku dan Fe memiliki rencana menonton film hari ini," jawab Kla.

"Oh ... apakah kami boleh ikut?"

"Tentu saja, Lady. You're welcome." Kla berbicara layaknya seorang bangsawan sekarang, membuat saudari kembarnya menggelengkan kepala melihatnya.

Seira terkikik pelan. Dia benar-benar cocok dengan lelucon yang disampaikan oleh Kla. "Kau lucu," ungkap Seira.

"Terima kasih. Aku tahu aku lucu dan tampan," balas Kla.

Jika saja mereka tengah berada di tempat sepi sekarang, rasanya Fe ingin sekali menjitak kepala saudara kembarnya yang tak tahu malu tersebut. Beruntung sekali mereka berada di tempat ramai denagn banyak pasang mata memperhatikan, sehingga Fe mengurungkan niatnya untuk berbuat demikian.

Fe mengalihkan pandangannya dan mendapati Simon menatapnya kembali. Pria aneh ... setidaknya, kembarannya tidak demikian, pikir remaja perempuan itu. Dia membalas melotot tajam ke arah Simon, seolah bertanya "Apa?" pada pemuda tersebut.

Simon menatap tajam ke arah Fe. Dia sama sekali tidak bisa memahami seorang Felisha Archaios Dinata. Perempuan aneh, batinnya.

Fe memutar bola matanya malas. Benar kan? Kami tidak cocok sama sekali. Tidak seperti Kla dan Seira yang ekstrover sehingga mudah memahami satu sama lain, Fe berkata dalam hati. Dia merasa sedikit jengkel dengan Simon. Jelas sekali tatapan seorang Simon Venichii Levine seolah tengah menyatakan Perang Dunia III pada seorang Felisha Archaios Dinata.

Seira yang melihat mereka berdua tengah menatap tajam satu sama lain, paham sebentar lagi akan ada Perang Dunia III, sehingga dia mengalihkan pandangan Fe untuk ikut menimbrung dengannya dan Kla. "Jadi, Fe selain suka pada sejarah seni, suka apa lagi?" tanya Seira mencairkan suasana dingin seperti di kutub es antara Fe dan Simon.

Fe mengalihkan pandangannya ke arah Seira, lalu menjawab, "Aku suka sastra, sejarah dunia, dan beberapa hal tentang kimia."

"Dia menyukai kesenian, tapi tidak bisa membuat sebuah seni!" Kla menyela. Dia terkekeh geli ketika mengatakannya.

"Aku bisa membuat lukisan abstrak. Nilai melukisku lebih tinggi dibanding kau, Kla Archaios," Fe meledek kembali saudara kembarnya.

Kla menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Fe benar, saat kelas seni berlangsung, pemuda itu kerap kali menjadi sasaran empuk bahan bully-an guru mereka. Dia tidak begitu pandai soal sejarah seni dan melukis! Tidak semua orang memiliki bakat dalam kesenian.

Seira tertawa. "Tenang saja," katanya seraya menepuk-nepuk punggung tangan Kla, "Aku juga demikian, tidak bisa kesenian. Aku sering menyuruh Simon membuat PR kesenianku."

"Hahaha," Kla ikut tertawa bersama Seira. "Aku juga sering menyuruh Fe membuatkan PR kesenianku!" seru Kla. "Bayangkan ekspresinya yang seperti ini," Kla menirukan ekspresi lucu Fe saat pemuda itu menyuruhnya untuk menyelesaikan PR kesenian. "Atau seperti ini." Kla menirukan satu ekspresi lagi.

Kla dan Seira tertawa terbahak-bahak, sedangkan Fe menatap tajam ke arah mereka berdua dan memutar bola matanya malas. Beruntung sekali aku adalah orang yang sabar, pikir saudari kembar Kla. Jika tidak, aku mungkin sudah menjitak kepala dua orang menyebalkan ini!

"Kalau Simon, biasanya dia akan berekspresi sepeti ini," Seira berkata sambil menirukan ekspresi dingin Simon ketika dimintai pertolongan tentang PR Kesenian.

Simon mengabaikan lelucon yang dilempar oleh saudari kembarnya. Dia tidak tersinggung sama sekali. "Seharusnya, kamu berusaha agar nilai kesenianmu bagus, Pemalas!" Pemuda itu berseru dingin.

"Hah! Seperti itu juga yang disampaikan oleh Fe!" KIa terkekeh. "Memang kalian berdua itu cocok! Pasangan serba serius."

"Tidak, kami sama sekali tidak cocok," Fe mengakui ketidakcocokan antara dia dan Simon. "Dua orang yang cocok bisa tampak dari dua cara yang berbeda. Pertama, seperti kalian," Fe menatap ke arah Kla dan Seira bergantian, lalu melanjutkan perkataannya, "Yang bisa bercanda-ria, saling melontarkan lelucon yang hanya kalian mengerti, dan berbicara luwes layaknya sepasang kekasih seumur hidup. Y-"

"Hei! Sepasang kekasih seumur hidup? Bukankah itu terdengar ambigu?" Kla menyela ucapan saudari kembarnya.

Fe mengabaikan pernyataan Kla, melanjutkan kembali ucapannya yang tertunda. "Yang kedua," katanya, "Mereka bisa berbicara lewat mata dan hati. Hal ini biasanya dilakukan oleh sepasang introver-ekstrover maupun sepasang introver. Biasanya mereka memahami apa yang dikatakan lawan bicara mereka dari tatapan mata dan gerak-gerik mereka. Tapi, aku dan Simon jelas sekali tidak berada dalam dua jangkauan itu, sehingga bisa dipastikan bahwa kami berdua tidak cocok sama sekali."

"Oh ... begitukah," Seira menatap Fe dan Simon bersamaan. "Ada yang ingin ikut ke Fun Land sebelum jam makan malam tiba?" tanya Seira sambil mengacungkan tangannya ke atas.

"Aku!" seru Kla sama semangatnya dengan Seira.

"Skip ... save your spirit, boy, girl—Aku tidak ikut ... simpan tenagamu. Aku akan pergi ke Gramedia," ujar Fe sambil melambaikan tangannya.

"Yah .... Fe tidak seru," sahut Kla dengan wajah cemberutnya.

"Aku akan pergi ke Gramedia bersama dengan Fe." Jelas sekali Simon merasa akan lebih nyaman bersama dengan Felisha Archaios Dinata dibandingkan bersama dua orang yang membuatnya sendiri pusing meributkan apa.

"Baiklah. Berarti sudah diputuskan ya! Aku dan Kla akan berada di Fun Land, sedangkan Fe dan Simon akan berada di Gramedia. Kita bertemu di jam makan malam depan Fun Land, sekitar jam tujuh sampai jam tujuh lewat sepuluh menit," Seira mengumumkan.

Semuanya mengangguk paham.

"Kami akan pergi dulu. Sampai jumpa jam tujuh malam, adik temperamen beserta ehem ... pacarnya(?)" Kla langsung ditatap tajam oleh Fe. Saudari perempuannya mendengus kasar melihat kelakuan pemuda yang semena-mena.

"Baiklah, untuk mengulur waktu agar puas bermain di Fun Land, aku memutuskan untuk berangkat sekarang!" Kla bangkit dari duduknya disusul oleh Seira. "Lady?" Pemuda itu mengulurkan tangannya.

"Apakah ini semacam godaan?" tanya Seira terkekeh. Dia membalas, meletakkan tangannya di atas telapak tangan Kla.

Mereka berdua hilang dari jangkauan pandangan mata Fe dan Simon dengan tangan tergandeng. Ya ampun, katanya bukan pacar, tapi harus sampai bergandengan seperti itu ya! batin remaja perempuan itu sambil menepuk jidatnya pelan.

Simon sendiri tidak berkomentar apa pun tentang Kla dan saudari perempuannya yang bergandengan tangan. Dia tidak peduli sama sekali—dia tahu si kembar Dinata adalah orang baik.

Fe mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan mendapati Bunda Anne mengirimkan sebuah video kepadanya.

»->

[Video diterima]

Bunda Anne: Lihat Ayahmu!😂

Bunda Anne: Dia menjadi pawang anak-anak di taman!😂

Fe: Ya ampun! Lucu sekali.😂

Fe: Oh ya, Bun ... Kla benar-benar dapat pacar loh.😆

Fe: Masa dia gandengan tangan di depan jomblo kaya Fe.😢

Fe: Kan mata Fe sakit lihatnya.😢

<-«

Setelah mengirimkan beberapa pesan ke Bunda, Fe memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana. Sesaat kemudian, dia mengingat akan pesanan Bunda dan menatap ragu ke arah Simon.

"Apa?" tanya Simon, menangkap basah Fe tengah menatap ke arahnya.

"Em ...." Fe ragu mengatakannya.

"Katakan saja, aku tidak akan memakanmu hanya karena sebuah permintaan kecil," Simon berucap tak sabar dengan keraguan Fe.

"Sebelum pergi ke Gramedia, bolehkah kita mengunjungi Market sebentar?"