"Sekarang, kalian berempat harus menjawab pertanyaan," kata Uncle Neca serius.
Oh no! Akankah kami selamat dari interogasi ini?
✓✓✓
"Jadi, bagaimana kalian bisa tertarik satu sama lain?" tanya Uncle Neca. Dia ternyata terdengar lebih ramah daripada saat melihat wajah datarnya dan tatapan tajamnya yang seakan siap membunuh orang tersebut. Sepertinya Simon mewarisi wajah tampan dan sifat Dad-nya.
"Sepertinya Uncle salah paham akan sesuatu," kata Fe dengan lembut. Dan itu mengingatkan Uncle Neca dan Aunty Haspy akan seseorang yang sudah lama hilang.
"Maksudmu, kalian tidak pacaran?" tanya Uncle Neca.
"Kami baru saja bertemu hari ini, Uncle. Tertarik atau tidak adalah urusan lain. Tapi, langsung berpacaran itu agak ...." Fe tersenyum. Dia gugup saat mengatakannya, sehingga tidak ada kata-kata cocok yang muncul di kepalanya.
"Tapi, anak kembarku tertarik dengan kalian berdua," kata Uncle Neca.
Fe menatap Kla sebentar. Saudara kembarnya membalas menatap remaja perempuan itu kembali. Mereka berdua tahu arah pembicaraan ini, tapi, untuk sementara waktu mereka benar-benar tidak ingin memiliki hubungan yang serius. Jad, ada baiknya mengatakan kebenaran yang menyakitkan daripada memberikan harapan palsu kepada orang lain.
"Maafkan kami, Uncle," kata Kla dengan berani, "kami belum ingin memiliki hubungan yang serius dengan orang lain. Apalagi aku dan kembaranku baru saja mengenal Seira dan Simon."
"Jangan terlalu serius, Nak," kata Aunty Haspy, "orang tua seperti kami cukup mengerti hubungan itu memerlukan waktu. Jangan terlalu dianggap serius ya!"
"Tentu saja, Aunty ... saya dan abang saya tidak akan memasukkannya ke dalam hati. Jika berjodoh, pasti akan dimudahkan jalannya," kata Fe. Dia tersenyum manis, sangat manis, sampai senyuman itu membuat Simon tidak ingin berpaling dari wajah Fe.
"Ehem!" Uncle Neca berdeham.
Simon berpura-pura mengalihkan pandangannya dari wajah Fe. Dia menundukkan kepalanya dan terkekeh gugup.
Seira lebih mudah mencairkan suasana dengan Kla. Mereka itu orang yang dimana pun dan kapan pun bisa bercanda-tawa-ria, sehingga tidak sulit bagi mereka untuk memecahkan kecanggungan yang melingkupi.
Berbeda sekali dengan Simon dan Fe. Mereka berdua sudah terbiasa membentengi diri sendiri dengan sebuah lapisan pelindung agar tidak mudah diterobos oleh orang lain. Mereka itu lebih menyukai ruang yang mereka bangun sendiri. Kosong dan hampa.
Fe terlihat tenang. Dia sudah membaca buku novel yang tadi dibelinya—lebih tepatnya dibeli oleh Neca. THE LADY OF QUALITY. Senyuman yang menghiasi wajahnya; mata sayu yang terpaku fokus ke arah tulisan-tulisan di buku novel; gerakan elegan saat membalikkan halaman buku. Semuanya ... terlihat sangat sempurna di mata seorang Simon Venichii Levine. Sepertinya pemuda itu akan tenggelam dalam lagi jika dia tak segera sadar dari lamunannya.
"Pesanan keluarga Levine: Jumbo Yakitori, Chicken Katsu, Ikura Chawanmushi, Salmon Fried, nasi putih, Crispy Cheese Roll, Omelette, Spicy Maguro Roll, Tenzaru Soba, dua Shoyu Ramen, Fuji Roll, Matcha Pot Tea, dan satu orange juice. Apakah benar?"
Dua pelayan meletakkan hidangan di meja yang ditempati keluarga Levine dan si kembar Dinata.
"Sudah benar," jawab Aunty Haspy.
Fe menutup buku novel yang dipegangnya ketika seorang pelayan meletakkan semangkuk Shoyu Ramen di hadapannya. "Terima kasih, kak," katanya.
Entah sudah berapa kali dua kata itu terlontar dari bibir seorang Felisha Archaios Dinata. Tapi, itu dilakukannya karena dia terbiasa sedari kecil. Kata Bunda Anne, mengucapkan "terima kasih" terhadap hal-hal yang dilakukan oleh orang, meskipun itu kecil dan tak berharga di mata orang lain, akan menumbuhkan rasa dihargai di dalam hati mereka.
Kla juga melakukannya. Sepasang kembar itu benar-benar terlatih menjadi orang yang bertata-krama tinggi sejak kecil. Kata Ayah, seorang pria harus gentle, tidak kasar, dan menghargai orang lain. Kata Bunda Anne, seorang wanita harus berhati lembut, bersikap dan bertutur kata baik, anggun dan misterius dalam setiap gerak-geriknya. Tapi, bukan berarti bisa diperlakukan seenaknya oleh orang lain karena mereka baik hati.
"Aunty!" seru White kepada Fe.
"Ya, White?" tanya Fe dengan lembut. Dia sangat menyukai anak kecil, apalagi yang menggemaskan seperti White.
"Boleh White minta Fuji Roll-nya?"
"Tentu saja White," kata Fe sambil meletakkan piring berisi Fuji Roll di hadapan White.
"Thank you, Aunty!—Terima kasih, Aunty!" kekeh White seraya mendorong piring tersebut kembali ke tempat semula. Dia sangat menikmati Fuji Roll itu.
"Kalau kalian ingin, silahkan diambil. Jangan sungkan!" Fe berkata kepada si kembar Levine sambil mengambil sepotong Fuji Roll menggunakan chopstick. Dia handal menggunakan chopstick, sedangkan saudara kembarnya kesusahan ketika menggunakan benda tersebut. Dia hanya bisa terkekeh pelan melihat wajah kesal saudara kembarnya.
Simon juga menyodorkan Spicy Maguro Roll yang dipesannya ke hadapan si kembar Dinata. "Silahkan diambil jika mau."
Seira juga berlaku sama.
Mereka berempat terlihat akrab sekali. Padahal mereka baru saja mengenal satu sama lain di hari yang sama.
Kla dan Fe lebih terlihat seperti pasangan romantis daripada saudara kembar. Kla mengambil Crispy Cheese Roll setelah meminta izin kepada Seira, lalu menyuapi adiknya. Dia memakan sisanya setelahnya. Mereka berdua sudah sangat dekat sedari mereka kecil, sehingga tidak heran mereka tidak malu memamerkan 'kemesraan sepasang anak kembar' di hadapan publik.
Bertolak belakang dengan si kembar Levine yang tidak pernah akur sedari mereka kecil. Kakak-beradik itu terlalu sibuk dengan dunia mereka masing-masing. Belajar bersama saja sangat jarang. Jika mereka melakukan yang dilakukan si kembar Dinata, tentu akan terasa sangat aneh dan baru bagi mereka.
Empat puluh menit ke depan si kembar Dinata dan keluarga Levine bercengkrama ringan di dalam restoran SUSHI TEI. Sambil menikmati makan malam mereka, si kembar Dinata menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh anggota keluarga Levine. Tak jarang juga Kla dan Felisha yang bertanya-tanya kepada keluarga Levine. Sepertinya si kembar Dinata memiliki kepribadian yang sangat cocok dengan keluarga Levine. Dalam waktu tak lebih dari enam jam saja, mereka sudah akrab bagaikan kertas dan lem.
"Terima kasih atas makan malamnya, Uncle, Aunty," ucap Fe dan Kla secara bersamaan.
"Sama-sama, Kla, Fe. Aunty dan Uncle akan pulang dulu. Semoga acara film kalian di bioskop menyenangkan!"
Uncle Neca dan Aunty Haspy menghilang dari pandangan mereka, terbalut kerumunan orang-orang yang memenuhi lantai mall. Meninggalkan anak kembar mereka bersama dengan si kembar Dinata.
"Kalian akan menonton film apa?" tanya Seira.
"Aku dan adikku berencana akan menonton THE INVISIBLE MAN," jawab Kla, "bagaimana dengan kalian?"
"Aku cukup lemah dalam menonton film horor seperti itu sih. Tapi, aku dan Simon akan mengikuti kalian." Seira menyeimbangkan langkahnya dengan Kla. Dia terang-terangan sekali menyatakan bahwa dia benar-benar sangat tertarik dengan pemuda itu.
Mereka menaiki eskalator hingga sampai di lantai tujuh, tepat di depan C-21.
Keempat pemuda-pemudi itu memasuki lobi C-21 untuk membeli tiket.
"Selamat malam kakak-kakak sekalian. Ingin menonton film apa? Malam ini beberapa film seru akan tayang. Bla ... bla ... bla ...." Seorang pria yang menjaga kasir di lobi mulai berceramah tentang film yang akan tayang kepada mereka.
Sebenarnya, tanpa diberitahu pun, si kembar Dinata sudah search sana sini mengenai film yang akan mereka tonton. Jadi, mereka hanya bisa mendesah pasrah mendengar pria yang menjadi petugas di kasir lobi itu berceramah tentang film-film.
"Jadi, apa pilihan kalian?" tanya pria itu seraya menatap intens ke empat orang yang sudah bosan tersebut.
"Baiklah kak, saya dan teman-teman saya memutuskan untuk menonton film THE INVISIBLE MAN," jawab Fe. Dia lah yang paling sabar menunggu pria cerewet itu menyelesaikan ceramahnya.
"Oke. Empat tiket untuk film THE INVISIBLE MAN. Ini tiketnya. Terima kasih sudah memilih tempat ini untuk menonton film-film berkualitas."
Mereka berempat segera pergi dari sana menuju ruang bioskop film mereka. Ada empat ruangan yang berbeda di sana. Mereka mendapatkan nomor tiga.
"Oh ya, lupa beli popcorn dan soda," bisik Kla saat mereka sudah berada di depan ruangan. Untung saja Fe belum menyerahkan tiketnya kepada petugas.
"Ya sudah beli dulu. By the way, yang rasa caramel ya," kata Fe balas berbisik.
Akhirnya, Kla dan Seira yang pergi membeli popcorn. Sedangkan Fe dan Simon menunggu mereka kembali di depan pintu ruangan nomor tiga bioskop.
Fe dan Simon saling diam-diaman satu sama lain. Mereka berdua tidak memiliki topik yang ingin mereka bicarakan. Lebih tepatnya, mereka berdua masih awkward satu sama lainnya, sehingga mereka tidak tahu harus membahas apa.
"Ayo!" ajak Kla. Dia dan Seira baru saja kembali dari acara membeli popcorn dan soda.
Fe menyerahkan tiket masuk kepada petugas yang berjaga di depan pintu ruangan. Mereka berempat sudah memutuskan untuk duduk dalam posisi seperti berikut: Simon berada di paling ujung kiri, Fe dan Seira berada di tengah diapit oleh Kla dan Simon. Jadi, kedua pemuda itu bisa leluasa menjaga kembaran mereka, barang kali ada orang iseng yang berani menyentuh mereka.
Untungnya tidak banyak orang yang ingin menonton film THE INVISIBLE MAN. Mereka lebih memilih menonton UNDERWATER atau A QUITE PLACE: PART II. Mereka mendapatkan kursi di barisan tengah. Itu bagus. Barisan tengah merupakan posisi yang paling cocok ketika ingin menonton di bioskop.
Fe mengaktifkan layar ponselnya. Banyak pesan masuk dari Bunda Anne. Em ... tidak terlalu banyak, namun tetap saja bisa dikatakan banyak.
Seira dan Kla, yang berada di sebelah kanan Fe, mengoceh panjang lebar tentang hitungan fisika-kimia yang mereka sukai. Sedangkan Simon, di sebelah kiri remaja perempuan itu, sibuk dengan dunianya sendiri, melamun, menerawang jauh seakan-akan dia sedang menuliskan lirik untuk kisah cinta yang menyedihkan di dalam kepalanya.
Fe tersenyum singkat membaca beberapa pesan dari Bunda Anne.
»->
Bunda Anne: Makanya Felisha Archaios .... Cari juga dong! Jangan lupa suruh Kla bawa pacarnya ke rumah.😆
[Video diterima.]
Bunda Anne: Aduh ... ayahmu tampan. Bunda kan jadi cemburu dia banyak yang dekatin gitu.😧
Bunda Anne: Huhu.😢
Bunda Anne: Apaan sih ... Bunda. Sok jadi anak muda banget.😂
Bunda Anne: Bagaimana dengan kegiatan kalian hari ini? Apakah menyenangkan?
Fe: Hahaha!😂
Fe: Tidak apa-apa loh Bun, sesekali menjadi anak muda.
Fe: Kegiatan kami seru loh Bun .... Hehehe. Filmnya sudah mau mulai.😉
<-«
Fe mematikan layar ponselnya ketika iklan film sudah mau dimulai. Sudah filmnya horror, iklannya juga iklan film horror. Benar-benar memacu adrenalin para penonton. Beberapa dari mereka ada yang menutup mata mereka, termasuk juga Seira yang berada di sebelah kanan Fe. Masih saja iklan yang ditayangkan, dia sudah kaget dengan jumpscare iklan tersebut.
"Ah ... aku benci film horror!" seru Seira berbisik.
Fe terkekeh pelan. "Film tidak akan menyakitimu, Sei. Ya, paling juga kau tidak akan bisa tidur malam ini karena membayangkan wajah-wajah seram dan mengerikan."
"Hei ... jangan bilang begitu. Aku kan jadi semakin ingin kabur dari tempat ini," decak Seira dengan kesal sekaligus manja kepada Fe.
Simon dan Kla terlihat tenang. Tapi, Fe tahu sebenarnya mereka sangat gugup. Apalagi sebentar lagi filmnya akan dimulai. Sepertinya hanya aku di sini yang tidak akan menutup mata atau setidaknya tidak akan memakai telapak tangan untuk menghadang indera penglihatanku, pikir remaja perempuan itu.
Benar seperti dugaan Fe. Simon yang berada di sebelah kirinya, terlihat tenang, tetapi wajahnya saja sudah memucat, memutih. Meskipun begitu, dia tetap memaksakan diri untuk menonton film menegangkan tersebut. Seira yang berada di sebelah kanannya, sudah menempelkan kepalanya ke kursi bioskop, memalingkan wajahnya, dan memejamkan matanya erat. Kla sendiri sendiri menutup-nutupi wajahnya dengan telapak tangannya. Apalagi saat ada sound effects yang menyeramkan.
Di antara keempat remaja itu, hanya Fe yang paling santai. Meskipun kadang dia kaget dengan sound effects speaker yang bervolume tinggi, dia tetap saja bersikap biasa saja. Seolah dia sudah terbiasa melihat hal-hal yang menyeramkan seperti itu.
Saat film selesai, Kla, Seira, dan Simon, berjalan sempoyongan keluar dari pintu EXIT. Mereka segera mencari toilet terdekat untuk memuntahkan isi perut mereka yang sedari tadi bergejolak. Mereka benar-benar tidak bisa menonton film horror atau thriller dengan banyak jumpscares seperti itu.
Fe hanya bisa memggelengkan kepalanya, menunggu mereka keluar dari toilet kamar mandi. Tidak hanya mereka, ternyata banyak orang, khususnya remaja yang mengalami 'mual' selesai menonton film bergenre horror.
Seharusnya tadi aku mengusulkan untuk menonton UNDERWATER saja, pikir Fe. Dia menyesali pilihannya dan merasa bersalah telah memaksa ketiga orang tersebut untuk menuruti keinginannya untuk menonton THE INVISIBLE MAN.
"Bagaimana perasaan kalian?" tanya Fe seraya terkekeh pelan saat melihat Kla, Simon, dan Seira keluar dari toilet.
"Buruk sekali, Hermana," decak Kla dengan kesal. Dia kesal karena saudari kembarnya baik-baik saja setelah melihat film menegangkan tersebut.
"Jangan samakan aku dengan kau. Hahaha." Fe tertawa pelan seakan tahu apa yang dipikirkan oleh saudara kembarnya. "Lain kali, jika ke bioskop, aku tidak akan memaksa kalian untuk menonton film horror lagi. Cukup sekali ini saja. Tapi, ini pun aku tidak ingin bertanggung jawab atas apa yang kalian alami ya!"
Ketika sampai di parkiran, Mamad sedang menunggu Tuan Muda dan Nonanya datang. Sudah hampir pukul sebelas lewat tiga puluh menit, namun pria itu tetap setia menunggu di sana.
"Kak Mamad?" tanya Seira.
"Halo, Nona Seira," sapa Mamad, "ini kunci mobil dan card-nya, Tuan Muda. Ini tadi belanjaan Nona Manis yang tadi. Saya permisi dulu." Pria itu pergi setelah mengembalikan kunci mobil dan kartu kredit kepada Simon, serta memberikan kantongan plastik besar kepada Fe.
"Terima kasih ya, kak!" seru Fe. Dia bisa melihat Mamad melambaikan tangan kepadanya, tanda dia mengucapkan kembali kasih kepada seorang Felisha Archaios Dinata.
"Baiklah, kita akan berpisah di sini. Jika berjodoh, kita akan bertemu kembali," kata Kla seraya membukakan pintu untuk saudari kembarnya.
"Terima kasih. Hari ini sangat menyenangkan."
Seira dan Simon melambaikan tangannya ke arah mobil Kla yang melaju terlebih dulu dari gedung parkiran mall.
Si kembar Dinata yang menyenangkan!
Si kembar Levine yang misterius!