Chereads / AITMP : Under The Sea / Chapter 7 - AITMP Arc I - Sifat Si Kembar

Chapter 7 - AITMP Arc I - Sifat Si Kembar

"Hahaha," Seira tertawa melihat perlakuan si kembar Dinata. "Oh ya, Felish—"

"Fe, panggil saja Fe," Fe menyela.

"Fe ... kata Simon dia tertarik dengan dirimu."

✓✓✓

"Hah?" Fe merasa seperti dia memiliki masalah pendengaran. Apa katanya tadi?

Simon langsung menatap saudari kembarnya. Dasar kembaran gila, batinnya. "Sepertinya ada kesalahpahaman di sini," katanya. "Pertama, aku tidak tertarik dengan Fe. Kedua, yang benar adalah aku sempat berpikiran bahwa ada orang yang suka dengan sejarah seni, bahkan mengetahui novel Kathryn Littlewood, The Bliss Bakery. Novel itu jelas novel fantasi ringan. Tidak begitu menarik perhatian orang-orang Indonesia." Simon kembali melemparkan pandangannya ke jalan yang dilalui kerumunan orang.

"Jika menyukai sastra, mengapa tidak tahu tentang novel itu? Novel itu menarik—tentu saja maksudku untuk orang-orang yang menyukai sastra, kecuali jika kalian menyukai hitungan seperti kembaranku yang menyebalkan ini," ujar Fe, menunjuk ke arah saudara kembarnya.

"Menurutmu, bagaimana MAFIA—matematika, fisika, kimia—itu?" tanya Seira seraya menumpukan dagunya di kedua sisi telapak tangannya.

"Menarik," Kla menjawab singkat. "Suka dengan soal hitungan juga?" Kla menyeringai penuh arti.

"Sangat."

Fe tahu sebentar lagi, Seira akan digombal oleh kakaknya. Biasanya, Kla akan memberikan pertanyaan aneh ke guru-guru matematika, fisika, maupun kimia, terutama yang guru perempuan berstatus singel. Tak jarang juga dia menanyakan kepada guru laki-laki.

"Karya Vincent van Gogh apa saja yang kau tahu?" tanya Simon.

Jelas sekali pertanyaan itu ditujukan untuk Fe. Meskipun Fe ingin mengabaikannya, dia tidak bisa. "Banyak sekali. Jika kau bertanya tentang kesukaanku, aku sangat menyukai Yoko no Cafe Terrace, Teras Kafe di Malam Hari, jika kau tahu."

"Kafe di Place du Forum, Prancis?"

Pertanyaan itu disambut anggukan kepala oleh Fe.

"Tidak buruk seleramu, Nona," lanjutnya.

"PESANAN KLA DAN SEI!"

Kla pada akhirnya mengambil pesanan terlebih dahulu di kasir bersama dengan Seira. Mereka terkikik lucu. Saling melempar gombalan dan candaan. Biasanya, Kla tidak akan pernah dekat langsung, apalagi dengan seseorang yang baru saja dikenalnya. Sepertinya mereka berdua benar-benar cocok.

"Dasar manusia-manusia kaku," ledek Kla.

"Diam kau, menyebalkan!" pekik Fe pada saudara kembarnya.

Temperamental, pikir Simon.

Kla menyodorkan Froyo ke hadapan Fe yang langsung disambar olehnya. Remaja perempuan itu menatap saudara kembarnya kesal.

"Aku tahu aku manis dan imut adik tercinta, jangan menatapku seperti itu ... kan aku jadi malu," Kla bergaya menutup-nutupi wajahnya, sedangkan Fe sendiri mendengus kesal melihat kakaknya.

Fe menendang kaki kakaknya, berharap agar kakaknya segera diam dan tidak mengganggunya. Dia mengalihkan pandangan ke depan. Matanya kembali beradu dengan manik merah darah milik Simon. Dia mengabaikan tatapan Simon untuknya, lalu menatap Seira yang tengah berbincang ringan dengan kakaknya.

Fe memasukkan sesendok Froyo ke dalam mulutnya, mood-nya langsung berubah seratus delapan puluh derajat. Lebih baik dari wajah cemberutnya tadi. Dia mengeluarkan ponselnya, menatap layar ponsel, menemukan bahwa Bunda mengirim sebuah pesan.

»->

Bunda Anne: Oh ya, Fe ... Bunda lupa kasih tahu ke Kla sekalian belikan roti tawar, mentega, sama telur ya. 😁

Fe: Iya, Bun, nanti Fe belikan. Kla lagi ngebucin soalnya. 😉

Bunda Anne: Hah!? Ngebucin!? Sama siapa? Cantik ga? Duh ... kalau punya calon ajak ke rumah dong ... kan Bunda kepo jadinya. 😒

Fe: Cantik kali Bun. Sudah macam malaikat loh! Orangnya bule lagi macam Bunda. 😆

Bunda Anne: Kamu kapan punya calon? Mau jomblo terus nih? 🙄

Fe: Apaan sih Bun ... kan Fe masih lama, umur juga masih sembilan belas, pelan-pelan cari dong! Ga perlu buru-buru. 😵

Bunda Anne: Cari pacar sana. 😒

Fe: Dih ... au ah gelap. 😎

Bunda Anne: Ya sudah, sana senang-senang! Bunda mau ke taman bareng Ayah. Tumben Ayah mau ke taman bawa gitar. 😋

Fe: Okay ... sana kencan. 😚

<-«

"Ketawa sendiri Fe? Masih sehat kan?" Kla memegang jidat Fe, barang kali saudari kembarnya yang satu itu mengalami demam mendadak.

"Apaan sih ... kalau aku demam, kau juga bakal demam tuh," ledek remaja perempuan itu.

"Iya ya," balas Kla. Pemuda itu selalu saja bermain-main. Tak heran, kadang Fe bisa meledak karenanya.

"Adikku sama temperamentalnya dengan dirimu, Fe. Sepertinya kalian cocok sebagai pasangan yang akan menukar apa yang ada di dalam pikiran kalian. Aku dan Kla cocok sekali dengan bidang kami. Sepertinya kalian juga akan demikian," tutur Seira.

"Kalian tahu? Orang temperamental lebih memilih memakai hati saat berbicara. Jiwa logistik mereka terpusat tidak hanya pada satu hal, melainkan banyak hal yang berkeliaran di dalam pikiran. Itu sebabnya kami—para manusia temperamental—memiliki emosi berlebihan terhadap suatu hal atau suatu event. Yang jelas, kami lebih pendiam," Fe memasukkan sebuah donat mini rasa matcha, kesukaannya.

"Aku tidak begitu mengerti," Seira menggelengkan kepalanya. "Tapi, Simon mungkin mengerti tentang perkataanmu! Aku adalah perempuan dengan logistik dan semena-mena—Simon berkata demikian."

Fe tersenyum tipis kepada Seira. Mirip sekali dengan Kla, batinnya.

Seira balas tersenyum kepada Fe, lalu melanjutkan kembali perbincangan tentang "logistik hitungan" dengan Kla.

Simon sendiri beradu tatapan dengan Fe. Seperti perkataan remaja perempuan di hadapannya, mereka berbicara menggunakan hati. Apa pun itu, jika mereka berada dalam satu konsep yang sama, mereka pasti mengerti tentang apa yang lawan bicara mereka katakan—tidak sempurna, namun tujuh puluh persen benar.

Simon dan Fe, mereka tengah melakukan kontak batin demi mengenal masing-masing pihak. Apa saja yang disukai, juga apa saja yang tidak disukai.

Fe memasukkan sesendok demi sesendok Froyo ke dalam mulutnya seraya memahami Simon. Laki-laki aneh. Meski aku telah banyak melakukannya dengan orang lain, kali ini agak berbeda, batinnya.

Perempuan aneh. Apa yang ada di dalam pikirannya? Aku sama sekali tak bisa menebak, Simon mengangkat sebelah alisnya tanda dia berhenti mencari tahu. Dia mengalihkan pandangannya ke sekeliling tempat ramai tersebut seolah untuk pertama kalinya.

Fe jelas tahu maksud Simon dan segera menyudahi. Jelas sekali kami berdua tidak cocok, pikirnya.

Fe sendiri memperhatikan percakapan antara Kla dan Seira. Mereka sedari tadi tertawa. Gombalan dan candaan yang dilempar dianggap lucu. Mereka sangat cocok dalam sifat mereka yang hampir sama.

Simon kembali menatap Fe. Dia memang orang yang berbicara sedikit. Atau lebih tepatnya dia tidak bisa memilih sebuah topik pembicaraan. Yang diingatnya saat dia berusaha berbicara kepada orang lain, yang ada malah dijauhi oleh mereka. Jadi, dia memutuskan untuk memperbanyak diamnya.

Fe tidak demikian. Remaja perempuan itu banyak bicara dan dapat memilih topik pembicaraan. Dia mungkin setengah ekstrover dan setengah introver.

Kla adalah seseorang yang ekstrover. Di balik itu, saudari kembarnya tahu bahwa dia seseorang yang dingin, bahkan tidak segan-segan membogem mentah orang yang mengganggunya.

Seira sendiri merupakan kebalikan dari Kla. Dia benar-benar seorang ekstrover. Ya, namanya juga perempuan, dibilang menggunakan logika pun, lebih banyak menggunakan hatinya.

"Apakah kalian memiliki rencana menonton film hari ini?" tanya Seira.