"Daripada marah-marah tak jelas seperti itu, kita pergi menonton film saja. Aku juga sudah mengatakan kepada Bunda mungkin kita akan telat pulang hari ini," Fe berjalan meninggalkan Kla.
Pemuda itu berseru kepada adiknya, "Tunggu! Hei!" Dia mengejar saudari kembarnya yang seenaknya itu.
"Ada film apa saja yang tayang hari ini?"
✓✓✓
"Bentar cek C-21 dulu," Fe menatap layar ponselnya, membaca-baca judul dan sinopsis film yang tayang hari ini. "Banyak sih filmnya. 'Sebelum Iblis Menjemput 2', 'Underwater', 'The Invisible Man', 'The Conjuring 3', 'A Quite Place: Part II'. Mau nonton apa?" tanyanya.
"Pengen yang horor sih ... tapi, 'Underwater' juga seru dibaca dari sinopsisnya," jawab Kla. "Kalau Fe mau nonton apa?"
"Semua seru deh. Ambil film setelah jam makan malam aja deh. Yang tayang setelah jam makan malam itu 'Underwater' sama 'The Invisible Man'. Pilih yang mana?" Fe menatap kakaknya, berharap dia segera memberikan jawabannya.
"Em ... duh ... susah mau pilih," Kla menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia berbalik menatap adiknya. Jangan selalu aku dong yang pilih, kau juga! batinnya.
Fe seakan tahu maksud tatapan saudara kembarnya, lalu berkata, "Ya sudah, kita nonton 'The Invisible Man' aja ya? Biar kau tak bisa tidur!" Dia tertawa pelan melihat ekspresi wajah Kla yang melotot ke arahnya.
"Btw, itu filmnya baru dirilis kan?" Kla berjalan melewati toko-toko aksesoris, parfum, baju, hingga sampai di depan lift yang dikerumuni oleh orang-orang, diikuti oleh saudari kembarnya.
Fe mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Kla. Dia mengalihkan pandangannya ke depan. Ah ... kembar bule itu lagi! serunya dalam hati.
Tak sengaja, mata Fe dan Simon beradu. Entah mengapa, remaja perempuan itu merasa aneh dengan seorang Simon Aguilera Levine, tidak ada alasan, hanya perasaannya saja. Aneh sekali, sepertinya perkataan Kla benar. Mereka sedang menguntit aku dan saudara kembarku! pikirnya. Dia segera mengalihkan pandangan ke arah lain.
Kla sendiri melangkah hingga berdiri tepat di samping Simon. Dia mendongakkan kepala, menatap lift dengan simbol anak panah turun ke bawah. Sial. Banyak sekali orang. Lebih baik pakai eskalator saja! Dia memutuskan untuk memakai eskalator. Pemuda itu mencolek bahu saudari kembarnya. "Fe, pakai eskalator saja. Banyak orang, malas menunggu," ujarnya pelan, disambut anggukan kepala.
Si kembar Dinata kembali menyusuri kerumunan orang-orang dan berjalan menuju eskalator.
"Ini baru jam empat lewat tiga puluh menit, Kla. Sebaiknya jangan terlalu terburu-buru. Kita boleh bersenang-senang sedikit di J.Co," ujar Fe memberi saran.
"Aku jadi ingin pengen Sour Sally," kata Kla, melangkahkan kaki ke eskalator. Dia menarik saudari kembarnya agar tidak terpisah dengannya.
"Aku tak begitu suka dengan Sour Sally sih .... Kalau Froyo—Frozen Yoghurt, aku lebih suka punya J.Co," Fe mengangkat bahunya. Terkadang, dua anak kembar pun bisa berbeda pendapat.
"Ah ... tetap saja Food Street itu yang numero uno!" seru Kla.
"Yup!" Fe menyetujui ucapan saudara kembarnya.
"Bazar tahun ini ada tidak ya?"
Mereka berdua turun dari eskalator. Dan sekali lagi, si kembar Levine tepat berada di samping mereka. Namun, si kembar Dinata mengabaikannya. Mereka tidak ingin tahu apa maksud si kembar Levine mengikuti mereka dari pameran seni hingga ke mall di pusat kota.
"Ada. Awal September loh! Di hari ulang tahun kita!" Fe bersemangat sekali ketika menjawabnya.
"Serius? Di hari ulang tahun?" Kla juga sama senangnya dengan Fe. "Traktir 'itu' ya, adikku sayang." Pemuda itu mengacak-acak rambut panjang hitam bergelombang Fe yang sudah dilepas ikatan ekor kudanya. Dia tersenyum manis.
"Etah ... kau yang harusnya mentraktirku, dasar kembaran menyebalkan," Fe melotot tajam pada kakaknya.
Si kembar Levine sepertinya tidak kaget mendengar Fe mengatakan "kembaran menyebalkan", seolah mereka berdua sudah tahu bahwa si kembar Dinata memang anak kembar.
"Jadi, Sour Sally atau J.Co?" tanya Fe mendelik tak sabar.
Akhirnya Kla dan Fe memutuskan untuk bersantai di J.Co, dengan ... ya, si kembar Levine yang juga menuju ke tempat itu.
"Mau pesan apa, Mbak?" tanya kasir tempat tersebut ramah kepada Fe.
"Dua Froyo, samakan saja Mbak. Topping-nya, pakai blueberry, keju, sama Graham cracker. Sausnya pakai hazelnut. Topping tambahan pakai choco chips." Bukan Fe yang menjawab, namun kembarannya. "Pesan mini donuts juga ya Mbak. Makan sini."
"Ok, Mas." Pelayan tersebut tersenyum dan mengedipkan matanya centil kepada Kla.
Pemuda itu tersenyum gugup. Jujur, dia merasa tidak nyaman dengan Mbak kasir itu. Dia mengeluarkan kartu debit miliknya sendiri.
"Bayar pakai kartu, Mbak," katanya sebelum kasir itu bertanya. Dia ingin cepat-cepat pergi dari sana, berdua dengan saudari kembarnya.
Fe terkekeh melihat ekspresi wajah Kla. Dia tahu, pemuda itu sedikit jijik dengan wanita centil. Sepertinya kembar bule akan diperlakukan sama, batinnya.
Kla menarik Fe pergi setelah proses pembayaran selesai. Mereka duduk di sebelah jendela. Tidak ada couple table yang tersisa, hanya ada meja yang dapat memuat empat orang.
Fe duduk di sebelah jendela dan Kla duduk di sebelahnya, alih-alih duduk di hadapannya.
Fe melihat orang-orang berlalu lalang dari jendela. Sesaat kemudian, si kembar Dinata dapat mendengar suara lembut seorang wanita. Mereka refleks bersama-sama mengalihkan pandangan, menemukan si kembar Levine sudah berada di sebelah meja mereka.
"Hai," begitu yang didengar mereka dari mulut Seira. Remaja perempuan sebaya si kembar Dinata menyungging senyum manis. "Bolehkah kami berdua duduk di sini bersama kalian?" tanyanya polos.
"Tentu saja. Silahkan," jawab Fe. Dia kembali mengalihkan pandangannya keluar jendela, menerawang bangunan-bangunan tinggi di seberang jalan sana.
Simon duduk di hadapan Fe, juga di dekat jendela dan Seira, sang Kakak, duduk di sebelahnya di hadapan Kla.
"Izinkan kami memperkenalkan diri," kata Seira. "Aku Seira Veranichii Levine, biasa dipanggil Seira, dan ini kembaranku, Simon Venichii Levine, Simon. Salam kenal." Seira mengulurkan tangannya ke depan.
Kla menjabat tangan Seira sesaat, disusul oleh Fe.
Simon terlihat tidak peduli dengan acara berjabat tangan. Dia lebih memilih memandang keluar jendela seperti yang dilakukan oleh Fe setelah menjabat tangan kembarannya.
"Aku Kla Archaios Dinata dan ini kembaranku, Felisha Archaios Dinata," kata Kla membalas perkataan Seira. "Salam kenal juga."
"Abaikan ketidaksopanan adikku. Dia memang selalu kaku seperti ini," Seira menyikut lengan Simon dan memberikan deathglare.
"Tidak apa. Adikku juga sama. Ya kan, Fe?"
Kla langsung terkena cubitan maut dari Fe. "Aku tidak kaku. Kau menyebalkan," ujarnya.
"Hahaha," Seira tertawa melihat perlakuan si kembar Dinata. "Oh ya, Felish—"
"Fe, panggil saja Fe," Fe menyela.
"Fe ... kata Simon dia tertarik dengan dirimu."