Chereads / AITMP : Under The Sea / Chapter 2 - AITMP Arc I - Today's Plan

Chapter 2 - AITMP Arc I - Today's Plan

"Kla? Fe?"

Seorang wanita paruh baya—Ibunda Kla dan Fe, Bunda Anne—mendorong pintu kamar Kla hingga terbuka, menemukan kedua anak kembarnya tidur bersama. Lagi.

Sudah berumur sembilan belas tahun pun mereka masih saja ingin tidur bersama. Dasar anak kembar aneh menggemaskan .... Bunda Anne terkekeh menggelengkan kepalanya, lalu beranjak pergi meninggalkan ambang pintu kamar Kla.

✓✓✓

Sekitar pukul sepuluh pagi, Kla membuka matanya perlahan. Pemuda itu mengumpulkan jiwanya sehabis tidur panjangnya.

Sinar matahari menembus tirai dan menerangi ruang kamar Kla. Rintik hujan pun sudah tak terdengar telinga. Hari sudah cerah, pikirnya.

Kla menoleh ke sebelahnya. Dia bisa melihat Fe dengan mata yang masih terpejam dan meringkuk membentuk tubuh udang. Dasar Fe! Dia sendiri saja bisa tidur dengan sangat nyaman sampai telat seperti ini, dengus Kla kesal mengingat Fe yang meneriakinya di pagi buta tadi.

Kla bangkit dari posisi terlentang dan duduk bersandar di kepala kasur.

"Tuan Muda?" Dia bisa mendengar seseorang memanggil.

Kla mengalihkan pandangannya ke ambang pintu kamarnya. Ada seorang wanita paruh baya yang lebih muda sekitar tiga tahun dari Bunda Anne. "Oh, Bi Tum," sapanya ramah. "Ada apa?"

Bi Tum adalah orang yang sudah bekerja di rumah mereka sedari Kla dan Fe berusia lima tahun—saat mereka baru saja menduduki bangku Sekolah Dasar.

"Nyonya menyuruh saya memanggil Tuan Muda dan Nona. Sudah hampir pukul sebelas sekarang. Lebih baik Tuan Muda bersiap-siap terlebih dulu. Saya akan membangunkan Nona," jawab Bi Tum.

"Aku akan membangunkan Fe, Bi. Bibi kerjakan saja pekerjaan rumah yang tertunda. Biar bisa lebih cepat pulang," ucap Kla.

"Terima kasih, Tuan Muda. Semoga hari ini menyenangkan." Segera setelah mengatakannya, sosok Bi Tum yang tadinya berada di ambang pintu kamar Kla, menghilang untuk melanjutkan pekerjaan yang tertunda.

"Fe ...." Kla menepuk tubuh Fe yang terbalut selimut pelan, berharap dirinya akan segera bangun.

"Hm?" gumam Fe. Matanya masih terpejam.

"Bangun. Sudah hampir jam sebelas," kata Kla.

Terlihat sekali Kla lebih sabar dalam membangunkan saudari kembarnya dibandingkan remaja yang tengah tidur di sebelahnya itu.

"Fe," Kla mencubit hidung Fe—saudari kembarnya paling tidak suka diperlakukan seperti itu saat tidur.

"Kla!" teriak Fe. Matanya terbuka dan sekarang memicing ke arah saudara kembarnya yang masih mencubit hidungnya. Dia menepis tangan Kla kasar. Remaja itu menggembungkan pipinya kesal.

"Balas dendam untuk alarm tadi pagi. Bahkan sekarang pun kau sungguh berisik," ledek Kla.

Fe yang tidak peduli dengan ledekan Kla, lantas turun dari kasur empuk milik saudara kembarnya dan melangkahkan kaki, menghilang dari dinding kamar.

Kla hanya bisa menggelengkan kepalanya menatap tingkah Fe yang labil itu. Terkadang remaja perempuan itu bisa menjadi seorang yang dewasa, lain hari dia bisa menjadi sangat labil. Dan sepertinya, saat ini merupakan masa labilnya mulai kambuh.

Kla mengambil handuk yang menggantung di rak handuk dinding di sebelah kamar mandi. Pemuda itu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Di ruangan sebelah, kamar Fe sendiri, remaja itu melakukan hal yang sama.

✓✓✓

"Selamat pagi, Ayah-Bunda," ucap Kla dan Fe bersamaan.

"Pagi juga monster-monster kecil Ayah," sapa Ayah. Matanya beralih sejenak dari surat kabar hari ini. Senyuman terukir di bibir pria paruh baya itu.

"Pagi kesayangan Bunda." Berbeda dengan Ayah, Bunda Anne tengah sibuk dengan acara 'mengeluarkan bolu dari oven', sehingga tidak menatap ke arah si kembar.

Si kembar selalu saja terlihat serasi dengan pakaian mereka, padahal mereka tidak berencana untuk couple sama sekali. Si kakak—Kla Archaios Dinata—tengah memakai kaos putih oblong dan celana training panjang berwarna hitam, memakai jam tangan berwarna hitam, dan sebuah kalung tag name ala Tentara Amerika Serikat menggantung di lehernya. Sedangkan adiknya, memakai baju yang sama seperti dirinya dengan celana training pendek berwarna hitam juga, memakai jam tangan biru langit dengan gambar Doraemon menghiasinya, dan memakai kalung bertuliskan huruf "F"—inisial namanya, Felisha. Dia juga mengikat rambut panjang hitam bergelombangnya seperti ekor kuda.

"Aku pikir kita tidak membicarakan soal couple hari ini." Fe memicingkan mata menatap saudara kembarnya jengkel.

"Memang tidak," balas Kla santai.

"Apa yang kalian ributkan?" tanya Bunda Anne meletakkan potongan-potongan bolu di atas meja makan. Wanita paruh baya itu melepas dan menggantung celemeknya, lalu duduk di samping Ayah.

"Abaikan Felisha, Bun. Kami tidak meributkan apa pun," jawab Kla mengambil tempat duduk di seberang Ayah dan Bunda Anne.

Fe memutar bola matanya malas, lalu duduk di sebelah kembarannya yang menurutnya sendiri sangat menyebalkan.

"Jadi, apakah kalian sudah menentukan kapan kalian akan pergi ke ibukota negara untuk melihat-lihat rumah di sana?" tanya Ayah sambil menyesap kopinya.

Fe memandang saudara kembarnya dan seakan mengatakan: Kau saja yang menjawab pertanyaan itu.

Kla menaikkan sebelah alisnya, menggoda saudari kembarnya: Jangan kau menyesal membiarkanku memilih!

"Ini baru awal bulan, Ayah. Sepertinya aku dan Fe akan pergi melihat-lihat di akhir bulan. Lagipula kuliah kami akan dimulai dua bulan lagi," jawabnya. "Ya kan, Fe?"

Fe hanya mengangguk tanda setuju. Terlepas dari sifat sensinya, dia adalah orang yang cukup bebas jika disuruh memilih sesuatu—dia akan mendengarkan pendapat orang lain terlebih dulu.

"Baiklah, terserah kalian saja," kata Ayah.

Sarapan pagi itu adalah risotto dan salad sayur.

Fe menuangkan air putih ke dalam gelas kaca dan meneguknya rakus. Dia sangat haus.

Kla merebut gelas kosong di tangan Fe, lalu menuangkan air ke dalamnya. Dia juga merasa sangat haus.

Meski si kembar tahu apa itu indirect kiss, mereka tidak begitu peduli dengan hal itu—mengingat mereka itu sepasang saudara kembar!

Ayah dan Bunda Anne sudah makan sedari tadi. Sekarang, mereka tengah menikmati bolu yang baru saja dikeluarkan dari oven dan dipotong oleh Bunda.

"Apa kalian ada rencana hari ini? Kalian terlihat serasi seperti pasangan pada umumnya, memakai baju couple," goda Bunda Anne.

"Tidak ada rencana, Bun," balas Fe.

"Apakah Bunda ingin menitip sesuatu?" tanya Kla. Dia memasukkan sesendok risotto ke dalam mulutnya.

"Bunda ingin menitip gula dan beberapa bahan lainnya jika kalian berencana untuk keluar rumah hari ini, Kla," jawab Bunda Anne. Wanita paruh baya itu mengibas poninya yang berantakan.

"Oke. Kla akan membelikannya. Kebetulan sekali Kla ingin mengunjungi suatu tempat, Bun," Kla menyeringai manis kepada adiknya. Dia akan suka sekali dengan tempat itu, batinnya.

Fe menatap saudara kembarnya curiga. Apa maunya manusia menjengkelkan yang satu ini? batin Fe.

"Oh. Kamu ingin mengunjungi suatu tempat?" Bunda Anne memotong bolu di hadapannya menggunakan garpu. "Tempat apa yang ingin kamu kunjungi, Kla?"

"Hanya sebuah pameran seni."