Keesokan hari, ayah memanggil paman George untuk mengantarku melihat asrama. Kulihat dari jendela mobil dedaunan kering murphy yang emas kecoklatan terhempas oleh angin dan arahnya berkebalikan denganku. Perjalanan yang harus ditempuh sekitar dua puluh menit. Dan akupun tiba di asrama, orang asrama membantuku mengangkat koper dan menunjukkan ruangan. "Nanti kamu segera turun ke pusat administrasi untuk mendapatkan tiket makan, buku pelajaran, dan seragam." Kata orang asrama bernama madame Julliete. Aku pun merapihkan rambut dan bagian kerah bajuku. Aku menuruni anak tangga yang keliahatan berkilau karena terbiaskan oleh cahaya mentari.
Sesampainya di pusat administrasi, "Nama, ukuran baju, kelas berapa?" tanyanya , aku menjawab, "Namaku Kei Gottlieb, aku L, aku baru masuk SMA tahun ajaran ini." Jawabku. Dia lalu menyodorkan 3 buah goodie bag dan sebuah tiket makan. Beberapa saat mme Julliete mengumumkan bahwa sebentar lagi akan diadakan gouter jadi bersiap untuk ke ruang makan asrama. Tapi aku menaruh goodie bag dulu lalu saat sampai ke ruangannya sudah penuh hanya ada satu bangku kosong, segera aku menuju tempat itu dan bertanya ke orang yang ada disampingnya apakah kursi itu kosong, lalu semua melipat tangan mereka untuk berdoa makan. Orang yang ada disampingku bertanya tentang namaku dan aku balik menanyakan namanya,"Aku Roie, aku di kamar nomor 37, klo senggang kamu bisa main ke kamarku kok," tawarnya. "Tunggu aku tadi di nomor berapa yak lo ga salah no 37 deh" kataku dalam hati sambil mengusap lembut dahiku. Dengan sigap aku jawab,"Wah kita sekamar, nanti kita bisa obrolin tentang besok kan ya!" kataku. Akupun menuju kamar sambil serasa ditarik oleh Roie, karena Roie mendahuluiku beberapa langkah jadi seperti dia yang mengguideku. Malampun segera tiba setelah kami melakukan diner kami pun berbincang sampai jam 10 malam madame Julliete berkeliling kamar untuk mematikan lampu. Aku pun membisikkan "Bonne nuit Roie" sambil menutup mataku untuk menunggu hari esok dimana hari pertama masuk sekolah.
Hari ini aku mulai masuk sekolah, aku mengambil baju seragam yang khusus musim gugur dari gantungan di lemari kemudian menuju ke ruangan makan untuk sarapan sebelum berangkat ke sekolah. Aku dengan cepat menghabiskan menu sarapan ya tidak lain roti baguette dengan sup krim jagung dengan minum teh merah rosalia. Dibutuhkan waktu sekitar 10 menit dari asrama menuju sekolah. Pelajaran pertama adalah pelajaran matematika. Aku tidak sekelas dengan Roie , jadi kami berpisah di koridor lantai dua, karena kelasku ada di lantai dua, lantai satu dipergunakan untuk kebun organic untuk bahan makan siang di kantin.
Bel pun berdering tiga kali, aku memilih duduk di dekat jendela, jika melihat keluar bisa melihat dengan jelas anak- anak yang mengambil mata pelajaran olahraga pertama, kami pun memberi salam kepada guru, guru menjelaskan materi tentang bilangan, karena guru melihat aku yang focus melihat ke luar jendela yang focus ke satu pria yang berseri terkena biasan mentari pagi, aku dipanggil sebanyak 3 kali sampai aku menoleh ke bu guru. Guru memberikan soal lisan dan melarang siswa lain memberitahuku. "Seorang sastrawan Ferdinand de Saussures menghabiskan seluruh usianya pada tahun 1800 an. Pada tahun terakhir dalam masa hidupnya dia mengatakan bahwa: "Dulu aku berusia x tahun pada tahun x2." Tentukan pada tahun ia di lahirkan!" katanya sambil melihat buku rangkuman yang ia buat. Aku berpikir sejenak lalu," Ini menggunakan teori Erathosthenes , karena Ferdinand de Saussures menghabiskan seluruh usianya pada tahun 1800 an, maka x2=18AB dengan A dan B adalah bilangan bulat kuadrat yang nilainya 1800 an hanya 1849, yaitu 432=1849. Jadi usia Saussures pada tahun 1849 adalah 43 tahun. Jadi intinya, Saussures dilahirkan pada tahun 1849- 43=1806." Aku menjabarkanya. Semua ternganga sampai Madame Erica ternganga, katanya itu adalah soal untuk bangku perkuliahan untuk masuk universitas ternama. Yap beberapa menit aku harus mendengarkan materi bilangan sampai istirahat sebentar untuk ganti pelajaran. Beberapa menit perwakilan presidident council(OSIS) masuk ke kelas kami, aku hanya focus ke kakak kelas pria aku pandangi terus matanya langsung matanya yang hijau berseri sampai ia memperkenalkan dirinya. "Kenalkan aku Amadeus George, panggil aku ka Ge aku president council." Dia memperkenalkan dirinya dan katanya jika berminat mendaftarkan diri, maka pulang sekolah akan diadakan wawancara. Aku hanya merasakan kak Ge adalah sosok kakak laki- laki yang dah aku dambakan, maklum aku anak tunggal perempuan lagi. Aku teringat ucapan ayah yang menyuruh aku daftar OSIS, dan nama Amadeus dan Gottlieb itu adalah unsur yang ada pada nama Mozart. Aku akan menanyakannya nanti.
Jam menunjukkan pukul 5 sore, aku bergegas menuju asrama karena ingin menggunakan telepon asrama untuk menelpon papa. Aku menekan tombol "01-33-45-12-48-31" sampai tersambung aku ingin memastikan bahwa ka Ge tidak ada hubungan apa- apa denganku. Dan akhirnya telepon tersambung, terdengar suara papa yang memulai dengan menanyakan kabarku, aku menjawabnya dengan santai, sampai aku memberanikan diri untuk menanyai papa tentang kak Ge.
"Pa, apakah papa ingat untuk mempertimbangkan untuk bergabung dengan President Council?" tanyaku memulai mengorek Ka Ge.
"Oui, tentu papa memang menyuruhmu untuk bergabung. Apakah kamu memang tertarik?" Tanya papa.
"Pa, aku akan berbicara serius sekarang, apakah papa tau mengenai Amadeus George?" aku mulai serius menanyakan hal ini.
"Amadeus ya? Ketua OSIS itu ya? Papa memang penasaran dengannya." Papa mulai serius dan perbincangan semakin tegang. Papa lalu bercerita bagaimana perjalanan hidupnya sebelum memiliki aku. Seperti yang diketahui bahwa Papa adalah keturunan Mozart pianis yang terkenal. Saat itu papa bertunangan dengan mama, tapi nenek membuat keputusan untuk menguji kesuburan sebelum menikah, maka nenek membuat keputusan untuk menyuruh papa dan mama menanamkan sel sperma dan ovum yang sudah terfertilisasi di rahim mama melalui program bayi tabung. Mama terus dijaga dan diawasi oleh nenek sampai tiba dimana mama harus bersalin, mama yang masih muda tidak diberitau wajah anaknya yang telah dikandungnya. Sejak saat itu papa dan mama dilarang mencari keberadaan anak yang lahir sebelum aku. Tapi saat papa yang saat itu ngga sengaja melihat data ka Ge, langsung merasakan perasaan seorang ayah yang telah berpisah selama 15 tahun. Papa berharap jika aku bergabung dengan OSIS maka ia bisa mengawasi anaknya lewat aku. Papa juga masih heran kenapa di nama Amadeus George masih terdapat unsur nama Mozart.
"Kei ini sudah jam makan malam, kenapa belum bergegas?" Madame Julliette mengagetkanku dan langsung telpon pu terputus.
*Oui= iya dalam bahasa Prancis
*Program bayi tabung=Program bayi tabung (in vitro fertilization/IVF) adalah teknologi reproduksi dengan proses pembuahan mengekstrak telur dan mengambil sampel sperma. Kemudian menggabungkan telur dan sperma di piring laboratorium. Setelah digabungkan, embrio ditransfer ke rahim.