Keesokan pagi setelah tidur malam dan bulan terganti oleh matahari. Aku bersiap melanjutkan aktivitas sekolah seperti biasa menikmati sarapan sebelum ke sekolah dengan sepotong roti dengan teh aromatic. Mengambil tas lalu siap menuju kelas yang sepi dipagi hari dengan hembusan angin pagi. Terlihat ka Ge sedang berbincang dengan seorang gadis dengan tinggi sekitar 165 cm dengan rambut wavy keemasan tergerai sesekali angin berhembus menggerakan geraian rambut dan meniup rok tampak tatapan serius dari Ka Ge yang tinggi putih tegap beribawa. Aku tak tau pasti apa yang mereka perbincangkan. Entah mengapa hatiku perasaanku terasa sakit ditengah dedaunan murphy yang berguguran sebanding lurus dengan perasaanku kala itu. Apakah aku mencintainya, Ya mencintai ka Ge. Entah apa yang sembunyiin tentang Ka Ge aku berhasil jatuh cinta pandangan pertama kepada sosok pria tinggi ketua OSIS. Aku memutuskan untuk mendaftar OSIS nanti sepulang sekolah.
Aku berjalan pelan menuju kelas pagi ini pelajaran pertama adalah mapel bahasa Prancis. Tampak teman- teman berbincang hangat entah memperbincangkan tentang makanan pagi tadi, gebetan, dll. Aku hanya fokus membayangkan sosok hangat ka Ge. Sampai bel berbunyi.
"Bonjour, mes etudients!" sapa madame Jean sebagai guru mapel bahasa Prancis.
"Bonjour, madame Jean!" jawab kami serempak.
Kami mendapatkan materi baru tentang budaya Prancis atau Francais des affairs sampai selesai. Sampai mapel berikutnya aku tidak fokus apakah ini dinamakan masa puber ya. Sampai bel istirahat berbunyi. Kami pada berhamburan ke kantin untuk makan makanan yang disiapkan. Aku makan seperti biasa ya kalau tidak croissant ya grass foie. Aku duduk dan makan dan terlihat ka Ge bersama anggota president Council ke kantin untuk memilih makanan mereka. Entah mengapa ka Ge berinisiatif duduk berhadapan denganku. Dan dimulailah perbincangan yang krik- krik.
"Hei, kamu Kei kan siswi kelas satu? Gimana udah kepikiran buat gabung di OSIS kei?" tanyanya sambil tersenyum tipis kek malu- malu. Aku yang mendengar itu hamper tersedak dan mukaku dan telingaku hampir merah serta menelan ludah.
"Mungkin nanti aku bisa mendaftar setelah pulang sekolah ka," jawabku. Banyak lirikan tajam dari orang- orang sekitarku. Tapi aku merasa beruntung yang duduk didepanku adalah ka Ge.
Disisi lain Ge. Saat bel istarahat berbunyi dia menuju ke Kantin seperti biasa. Ge memesan makanan croissant lalu melihat kea rah sekitar dan matanya terfokus pada sosok Kei. Dia merasakan yang berbeda jika melihat Kei lalu berinisiatif duduk berseberangan yang pada saat itu bangkunya kosong. Dalam hati Ge dia menginginkan sosok Kei bisa membantunya dengan bergabung di OSIS.