Seperti biasa keesokan hari di pagi yang cerah, aku memakai ranselku, mendengarkan alunan lagu Symphoni no 40 karya Mozart yang diputar di musik playerku. Selang beberapa lama kelas dimulai. Kami belajar seperti biasa sampai bel pulang pun berdering. Tak lama terdengar dari radio sekolah, bahwa siswa yang mau daftar OSIS segera berkumpul seusai pulang. Karena aku akan mendaftar aku segera ke aula. Disana sudah cukup banyak orang berkumpul dan Ka Ge sudah di mimbar memberikan arahan dan nanti kami akan diwawancarai oleh kakak- kakak OSIS. Aku mendapat giliran wawancara yang diwawancarai oleh Ka June anak kelas 11. Aku ditanyai apa motivasi ikut OSIS ini dan bidang apa yang mau aku geluti.
" Aku memilih bidang kepemimpinan Ka." Kataku waktu itu.
Setelah selesai wawancara Ka Ge memberikan apresiasi dan terimakasihnya untuk yang berpartisipasi mendaftar OSIS. Aku fokus melihat ke mata Ka Ge selama ia berpidato, dan sempat beberapa kali Ka Ge memalingkan pandangannya seolah- olah takut dilihat olehku.
Sore pun tiba dengan cuaca yang tidak bersahabat, sementara teman- teman Ka Ge satu persatu pulang aku masih di aula itu sambil melihat derai hujan dari jendela dilantai dua itu. Ka Ge mendekatiku dan bertanya, "Mengapa kamu masih disini Kei kan namamu?" dengan suara lembut.
Aku menjawab baik ka sekarang aku mau pulang. Belum sempat menyelesaikan kata terakhir terdengar petir yang bersahabat. Aku langsung meringkuk memegang kedua lutut. Maklum aku ada phobia terhadap petir atau nama lainnya Astraphobia.
Ka Ge yang melihat tingkahku tersenyum kecil, dan bila dia ingat itu sama seperti ibunya yang sama- sama astraphobia. Dia lalu mengusap kepalaku dan menawariku headset," Mau dengar lagu sambil menunggu hujan reda, Kei?" aku pun menerima tawarannya, terdengar alunan yang sangat sedih dari playlist lagu dia.
"Aku punya ibu yang astrafobia, aku pernah menemaninya dalam waktu sulit ini, dan dia membagi headsetnya kepadaku untuk mendengar lagu "G Minor bach karya Mozart" sampai hujan berhenti kami mendengar lagu itu." katanya menjelaskannya padaku. Aku menikmati alunan musiknya sampai aku tertidur. Aku bermimpi bahwa Ka Ge mengajakku bermain hujan- hujanan sambil berlarian sampai akhirnya kita berteduh di teras sebuah rumah dan berkata," Kei sebenarnya aku men" Belum selesai ucapanku bahuku sudah digonjangkan dengan pelan.
"Sudah waktunya untuk pulang."