Hari yang telah lama dinanti 14 Juli. Festival sekolah yang diadakan oleh OSIS akhirnya tiba dengan suasana kota Venisia yang identik dengan yacht. Omong-omong terkait yacht masih ingat ada legenda Eropa abad ke 12, kisahnya bernama Tristan dan Isolde, dimana konon katanya Tristan harus berpisah dengan Isolde cinta pertamanya lantaran permasalahan politik. Jika Isolde mengirim kapal putih berarti Isolde masih mencintai Tristan dan jika kapal yang dikirim Isolde bewarna hitam Isolde tidak mencintai Tristan. Hari H pun tiba banyak siswi yang memakai gaun bak bangsawan Prancis pada umumnya, sedangkan siswa pria tampak gagah dengan setelan jas dan tuksedo. Aku tidak bisa fokus memalingkan wajah dari sosok pria bertuksedo dengan masker hitam bak three muskeeteers, ya dialah kak Ge. Berjalan menyusuri jembatan sembari mengawasi jalannya acara. Aku dengan gaun emas dengan penutup leher berbentuk mawar yang dikirimkan ayah tiga minggu sebelumnya. Tak sengaja mata kami bertemu, dengan anggun kak Ge menghampiriku yang fokus melihat keadaan sekeliling.
"Kei, apakah kamu mau berdansa denganku?" Kak Ge menyodorkan tangannya dengan senyum yang merekah dengan semerbak parfum beraromakan flora dan musk.
"Tentu, tapi sejujurnya aku kurang pandai melakukan dansa kak." Enggan untukku melakukan dansa karena merasa rendah dihadapan Kak Ge yang beribawa.
"Tak apa, nanti ikuti irama dan langkah kakiku." Ucap Kak Ge sambil tersenyum tipis dan kusambut tangan yang dari tadi menengadah.
Alunan musik opera dan klasik mengiringi langkah kami sampai sandyakala kian sirna, topeng-topeng menandakan ketakutan untuk memulai cinta remaja.
Berharap terpaan angin dan sandyakala menjadi saksi semesta pernah mengirimkan sosok cinta pertama Kei.