POV DARWIN
" bro aku duluan ya.. " aku segera mengemas barang dan meninggalkan kedua sahabat ku yang seperti biasa meraut wajah heran dan sedikit kesal
Maaf sekali, karena aku sering meninggalkan mereka. Aku selalu melangkah lebih dulu dikarenakan my baby sweet heart akan selalu menanti kedatangan ku
Kedua sahabat ku itu menyebut jalinan cinta kami terlalu berlebihan, mereka juga mencap bahwa aku ini budak cinta, hey ! ayolah.. mereka belum pernah memiliki wanita yang bisa menaklukkan diri nya, lihat lah Eki yang berganti pasangan setiap harinya karena sulit mendapatkan sosok yang pas
Rama ? ah dia apalagi, dia hanya mencintai buku buku dan tugas kuliah saja, mungkin dia akan menjadi profesor gundul yang menua dalam kesendirian, membayangkan itu semua membuat ku merinding, aku pikir aku lebih baik dari mereka
" Yank lama sih, aku terlambat tau ! " my baby dengan wajah merengut menyambut buruk kedatangan ku, aku hanya memasang senyuman lebar dan mencubit lembut di kulit pipinya yang halus
" sorry beb, maaf ya sayang, aku telat. Kita jadi ke store favorit kamu ? " Pacar cantikku itu tak menjawab, dia segera membanting pintu mobil dan melipat tangan di dada
Ah kadang aku sedikit frustasi menghadapi jiwa manja wanita, tapi mau bagaimana lagi, bagiku Ratih adalah yang terbaik di sisi ku, kami sudah lama menjalin hubungan. Belum tentu aku bisa melewati banyak cerita jika dengan gadis lainnya, aku terlalu nyaman duduk di sisinya, menyetir mobil mengikuti kemauannya
" sayang, hauuus.. " ujarnya dengan nada manja
" aku mau minuman segar, beli ya sayang " permintaannya membuat ku harus beberapa saat menatap wajah cantik nya, dia mengangguk pelan meminta aku segera mengabulkan permintaannya, aku tertawa kecil, mendaratkan bibir sekilas di pipinya lalu segera turun dan masuk ke swalayan
Aku tahu betul gadis ku menyukai minuman segar dengan rasa buah buahan, aku mengambil beberapa dan seperti biasa beberapa merk cokelat kesukaannya, dia pasti senang
Saat aku menuju kasir seorang gadis tak sengaja menabrak bahu ku, kami saling melempar senyum kecil dan mengangguk seolah saling memahami jika itu salah kami berdua, dia segera berlalu dan aku melanjutkan transaksi
Mata ku tiba tiba menyorot kumpulan koleksi mainan laki laki yang bergantung di rak
" kak, ada koleksi baru ? " si pelayan mengangguk pelan, dia mengiyakan pertanyaan ku, dengan bergegas aku keluar barisan dan meneliti mainan kecil yang digemari banyak pria ini, aku mencoba meneliti yang mana yang rare kali ini
Setelah cukup lama memilih, akhirnya aku mendapatkan juga. Dengan senyuman senang aku kembali ke meja kasir, membayar pilihan ku. Ah sepertinya aku harus segera kembali ke mobil, Ratih sudah menunggu cukup lama
" Yank!! " dengan nada tinggi kehadiran Ratih di pintu mengejutkan ku
Suaranya yang jelas emosi mencuri perhatian pengunjung swalayan, aku tersenyum ragu dan segera menenangkan emosi nya
" ah, maaf ya sayang, aku lama " ujar ku sadar diri dan menahan sedikit malu
Ratih bersidekap, dia meraut wajah kesal, tubuhnya membalikkan arah tak mau menghadap ke arah ku, aku berusaha membujuk sebaik mungkin agar dia berhenti membuat wajah sinis itu, aku masih terus mengukir senyum dan meminta maaf padanya
" aku haus tau.. " ujarnya kemudian setelah kesalnya reda
Aku menyodorkan minuman segar, tak lupa aku harus membuka tutupnya terlebih dahulu, tak mungkin kulit wanita ku bisa tergores bila harus memutar segel tutup botol
Ratih meneguk dengan cepat, sepertinya dia memang sedang kehausan
" yaudah yuu, nanti barangnya habis " ujar Ratih kemudian sambil melingkarkan tangannya di lengan ku, kami sudah berbaikan, bisa tersenyum dan menatap wajah bergantian. Kami meninggalkan sorot mata pengunjung yang menatap dengan aneh
Ratih dan aku berbeda kampus, itulah mengapa aku harus gerak cepat supaya bisa mengantar dan menjemputnya, kampus kami arahnya berlawanan
Aku dan Ratih sudah berpacaran sejak di bangku menengah pertama, perkenalan dua remaja yang saling malu malu, hingga merasakan degub jantung ciuman pertama
Ratih membuat ku melepas egois tinggi, aku adalah anak semata wayang di keluarga Darmono, orang tua ku lumayan sibuk hingga aku menjelma menjadi anak yang introvet
Awal pertemuan kami adalah saat aku masuk menjadi siswa SMA pertama kalinya, hari itu aku masih sangat culun dan kaku, tapi Ratih yang merupakan senior sangat ramah dan memperlakukan ku dengan baik, itulah mengapa aku menyukainya
flashback..
" hallo, panggil aku Ratih, mulai hari ini mari berteman.. "
Dia selalu datang padaku saat jam istirahat atau kelas sedang tak ada guru, sekedar mengajak mengobrol dengan topik ringan hingga menbahas film film baru, semuanya menjadi menyenangkan jika bersama dengannya
Awalnya aku tak begitu merasakan keistimewaan diantara kami, hingga suatu hari..
" Darwin, ayo kita berenang " ajak Ratih dengan wajah riangnya
Aku tak begitu menyukai wisata air yang ramai, jika ingin berenang kolam di rumah ku cukup luas untuk di nikmati
" di rumah mu ada kolam ? " tanya Ratih dengan wajah terkejutnya, aku mengangguk mengiyakan
" waaah.. " ujar Ratih dengan wajah takjub
" apa aku boleh berenang di rumah mu ? " tanya nya mengejutkan ku kali ini, aku mengangguk ragu. Masalahnya hanya teman pria saja yang pernah berenang bersama dengan ku, bahkan mama pun jarang sekali ku lihat berenang, apalagi dengan ku
Hari minggu di pagi hari, Ratih datang dengan jaket dan celana hot pant nya. Untunglah weekend ini orang tua ku masih sibuk dengan urusan mereka, aku mengurut dada, setidaknya aku hanya menghadapi Ratih saja dengan degup jantung tak menentu ini
gadis itu meletakkan barang bawaanya di kursi kayu panjang tempat dimana aku biasa bersantai di bawah terik matahari, gadis itu melepas ikatan rambutnya, menggerai jatuh ke punggungnya
Tangannya perlahan menarik risleting jaket dan melepaskannya, dia menggunakan tanktop warna putih yang begitu ketat hingga lekuk tubuhnya kian jelas terlihat
HUF !
Aku berusaha menahan nafas dan segera membuang pandangan, ya ampun, apa itu ? gadis itu terlihat begitu menggoda, sesuatu nyaris saja mengacung penuh di celana renang ketat ku, tahan.. tahan..
Ratin melangkah mendekati ku, dia tersenyum menatap wajah merah ku, kedua telapak tangannya mendarat di bahuku yang bergetar gugup, dada ku terasa sesak dan terus saja berayun tak menentu, aku tak berani mengangkat pandangan, aku tak berani melihat wajah cantik yang sejajar dengan ku
Ratih mendekatkan wajahnya, hingga memakan jarak diantara kami, bibirnya perlahan menumpuk bibir ku
SET !
dadaku sungguh sesak, rasanya terjadi letupan di dalam sini, perasaan apa ini. Tingkah Ratih seperti membangunkan macan yang tertidur, aku menikmati sentuhan lembutnya, merasakan kenyal bibir mungilnya
Kedua tangannya turun dari bahu hingga menemukan telapak tangan kami, dia menggenggam erat dan aku membalasanya, aku mengikuti tubuhnya yang kian miring hingga kami berdua tercebur dalam kolam
dinginnya air kolam membuat tubuh ku semakin enggan menyelesaikan tingkah awal Ratih, dia yang membangkitkan gelora jantan ku yang masih muda, yang sedang bergejolak
Aku menarik tubuhnya, kami menautkan lagi bibir dan tenggelam dalam dinginnya air, itulah awal aku bisa begitu menurut akan keinginan wanita ku. Jika dia memberikan semua keinginan ku, maka akupun begitu