Hazel memasang senyuman termanis, untuk Vira. Tapi gadis itu mana peduli.
"Lu mau kemana?" Tanya Hazel mendapati Vira beranjak dari kursinya.
"Gue harus ke suatu tempat, vino nunggu disana"
"Kemana? Gue ikut!"
"Ga, gaa.. gue rasa ada hal penting. Gue buru buru soalnya!" Vira segera menarik tas dan meninggalkan Hazel, senyuman gue percuma. Ga mempan buat Vira.
"Vir!!" Panggil Hazel menyusul langkah cepat Vira. Azka dan Nico menyusul langkah Hazel, mereka keluar dari ruangan lain. Azka dan Nico kompak menghentikan langkah cepat Hazel.
"Bro kenapa. Vira mau kemana?" Tanya Azka dan Nico kepo, melihat gadis itu lari buru buru.
"Justru gue juga ga tau! Lu berdua malah ganggu jalan gue aja!" Sewot Hazel. Dia jadi ketinggalan langkah Vira kan.
"Lah, ko bisa.." Azka dan Nico kompak ga percaya. Hazel menautkan alis. Apanya yang bisa? Kehilangan Vira?.
"Lu kan belakangan udah kayak buntutnya Vira. Kemana aja nuturin, masa ga tau!" Ledek Azka dengan wajah menyebalkan. Hazel melirik sinis.
"Maksud lo!" Tantang Hazel kesal. Nico melirik wajah teman temannya. Gaswat nih kalau udah pada narik urat. Dia harus ambil alih topik pembicaraan. Udah tau Hazel ga suka kalau Vira di senggol, Azka malah sengaja.
"Yaudah yuk mending kita makan siang aja. Kemana nih kita, cafe? Resto, hotel?" Nico menengahi sebelum dua sohibnya adu bacot lebih ngegas lagi.
"Lu juga sama, semenjak punya temen baru lupa sama gue!" Hardik Hazel pada Azka, dia masih berniat memperpanjang perdebatan.
"Dih, siapa yang lupa! Lu kali yang lupa.."
"Lah, malah nyalahin gue!" Sergah Hazel dia menarik lengan Azka kasar.
"Duh!" Nico bingung sendiri, dia mengacak rambut. Paling ribet kalau dua sohibnya ini udah bersitegang.
Sesuatu yang bersinar mencuri perhatian Hazel.
"Loh, ini seri baru jam tangan Times ya, ko Uda keluar sih?" Hazel membulatkan mata ga percaya, Azka udah make benda mewah ini aja.
"Tuhkan! Masa lu ga tau! Makanya jangan kebanyakan ngikutin Vira sampe lupa sama dunia!" Sinis Azka berang. Nico menyikut perut Azka, dia berusaha menenangkan Azka. Hazel memutar bola mata, dia ga begitu peduli dengan ucapan Azka, yang dia peduli adalah benda mewah yang melingkar di lengan pria itu, kenapa harus Azka yang duluan punya. Harusnya kan dia!
"Apaan sih! Lu bedua sengajakan! ke pameran ga ngajak gue, lu bedua emang ya!" Balas Hazel geram.
"Dih, malah nyalahin lagi!"
"Udah, udah kita makan aja deh sekarang! Mau apa? Daging? Vegie?" Nico menengahi. Hazel dan Azka kompak menggeleng.
"Terus lu pada mau makan apa, gue laper nih!" Sekarang Nico yang kehilangan kesabaran.
"Nasi bakar aja!" Balas Hazel yakin.
"Whaat!!" Nico menghentikan langkah, sumpah deh Hazel bener bener berubah!
"Masa nasi bakar lagi sih! Emang lu ga bosen apa?" Sambar Azka menyusul langkah Hazel.
"Abis enak sih"
"Iya sih, yaudah yukk.." Azka dan Hazel sudah akur lagi. Kedua berangkulan menuju cafetaria.
"Wooi tungguin gue!" Susul Nico yang ketinggalan di belakang. "Jangan sering seringlah makan kaya gituan." Sambar Nico menjajarakan langkah diantara dua sohibnya yang ga makan waktu lima menit udah kembali akur lagi.
"Emang kenapa?" Azka bertanya bingung.
"Tar pup lu pada bau!!" Sergah Nico memasang wajah super jijik!
___
Seorang gadis memakai masker penutup wajah dan topi ternama. Dengan tungkai kaki jenjang dia turun dari sebuah taksi mahal, ya meski mahal tetap aja taksi. Gadis itu menuju sebuah showroom mobil.
Drrrttt!!
Ponselnya berbunyi. Dia segera menekan tombol bluetooth pada earphone yang terpasang cantik di telinganya.
"Hello my dear. I arrived in Indonesia, and now I'm looking for a suitable car. You said you don't have a car, I'll buy one for you ..." Ujarnya lembut. Dia mengatakan baru tiba di sini dan mencari sebuah mobil yang sesuai dengan keinginannya, berikut satu untuk seseorang yang dia panggil sayang di ponsel tadi.
"Why didn't you say your scholarship was revoked. Tell me! I'll do anything for you.." ujarnya lirih, dia ingin seseorang di seberang sana mengatakan kalau dia bisa membantu perihal beasiswa yang sudah tak diterima oleh teman spesialnya itu. Dia akan melakukan apapun untuk temannya itu.
Seorang pegawai showroom dengan pakaian kerja formal dan lengkap menghampiri wanita yang hampir menutup semua bagian wajahnya.
"Selamat pagi nona.. mari silahkan saya akan memandu anda. Apa ada spesial request yang anda cari?"
"Something very luxurious and elegant .. " ucapnya berbahasa asing. Sales mobil itu mengangguk mengerti. Dia menuntun ke bagian pameran mobil lainnya, sebuah keluaran ternama Ferarri, Ford, Mercedez.
"Maybe something suits your taste, miss. " Balas si sales sopan dengan menyunggingkan senyuman, tapi wanita itu tak merespon. Dia menegakkan dagu dan menatap dengan tangan terlipat di dada. Okey kalau di lihat dari penampilan dan tas yang menggantung di lengannya jelas dia bukanlah orang biasa. Tapi gaya angkuh dan sorot matanya sungguh sangat tidak ramah.
Sales membuka pintu mobil dan mempersilahkan nona dengan balutan baju brand butik Eropa dengan sangat sopan dan ramah.
"please miss ... " Ujarnya. Tapi nona itu mengangkat telapak tangan, melengos pada mobil lain.
"What color do you like? " Ternyata dia masih tersambung dengan rekannya di ponsel. Gadis itu menanyakan warna yang cocok dengan selera rekannya.
"It suits you, Dion. Meet me here! " Ujarnya kemudian menekan end pada panggilan telepon.
Sales dengan penuh kesabaran menunggu respon si gadis yang tak menampakkan wajahnya ini. Tapi dari gaya bicara dan penampilannya pastilah dia seseorang yang cukup terkenal, mungkin itulah mengapa dia menutupi wajah. Mungkin artis, anak pengusaha, atau ya siapapun lah.
"Aku tak suka yang ini!" Tunjuknya malas pada mobil mewah pertama. Sales membulatkan mulut. Oh ternyata gadis ini bisa bicara bahasa dengan sangat baik.
"Baik nona, mari kita lihat yang lain.." dia memperlihatkan mobil yang lainnya.
___
Vira setengah berlari menuju lokasi yang dijanjikan vino, kenapa vino mengajaknya pada sebuah pameran mobil? Vira bisa melihat banyak kendaraan mewah di depan sana.
Triiing..
Ponselnya berbunyi. Dia mengecek ponsel masuk.
Vino : kau masuklah lebih dulu, aku sedikit terlambat karena terjebak macet. Pilih yang paling kau suka!
"Apa!!!" Saking terkejutnya Vira menjatuhkan ponsel di jalan, dia tak percaya dengan pesan singkat vino. Yang benar saja, sebuah mobil? Dia bahkan belum bisa menyetir. Vino pasti lagi bercanda! Pikir Vira tak percaya. Gadis itu membungkukkan badan, hendak meraih ponselnya. Tapi sepasang kekasih sibuk saling bercengkrama dan menabrak Vira, untunglah gadis itu tak jatuh. Cumaa--
"Ah, sorry ka.." Vira tertawa getir mendapati noda coklat pada atasan yang dia kenakan.
"Sudahlah, tidak apa apa.." lirih Vira pasrah, dia mencari tisu dan mengelap pakaiannya yang kena tumpahan minuman coklat. Sayang sekali bercak minuman tetap tertinggal di sana. Buruk sekali!
"Maaf ya kaa.." ujar sepasang muda mudi meminta maaf sopan. Vira tidak tega juga melihat wajah menyesal mereka. Lagipula dia juga salah sih, menjatuhkan ponsel di jalanan.
Triing..
Vino : kau sudah dimana? Sekretaris Tim sedang mencari sepeda motor! Aku akan segera tiba.
Vira membaca pesan vino dan mentautkan alis. Dia cuma bisa menggaruk belakang leher yang tidak gatal.
"Suami gue kenapa sih?"