Vino membolak balik brosur mobil di meja kerjanya. Dia sudah memikirkan hal ini sejak tadi. Dia jelas terlihat sedang berpikir keras.
"Tim, model mana yang paling pas untuk istriku?"
"Kau harus tahu seperti apa.istrimu terlebih dahulu!"
"Dia cantik!" Vino tersenyum sendiri memuji wajah istrinya. Baginya Vira adalah wanita tercantik. Meski tanpa polesan makeup, pakaian bermerk. Tapi bagi vino viralah yang teristimewa. Tim manggut manggut saja. Namanya bos lagi kasmaran kan. Jangan berani membantah.
"Maksud saya, kepribadian nyonya.."
"Maksudnya, kau mau bilang istriku tidak cantik. Begitu!"
"Bu, bukan tuan! Bos! Bukan begitu. Sungguh!"
Salahkan. Salah lagi. Apa yang ditanya. Apa yang di jawab. Inget hukum alam ya tim, bos itu selalu benar. Jangan macam macam.
"Maksud saya adalah, kepribadian nyonya. Misal dia menyukai sesuatu yang detail, cantik, simple, atau khas tertentu yang menjadi daya tariknya dalam memilih benda di sekitar atau barang yang akan dia kenakan"
"Oh, ya. Aku paham maksudmu!" Vino ber- oh saja. "Tapi istriku cantikan!" Tim mengangguk cepat.
"Awas kau bohong!"
"Tidak bos" vino tersenyum mendapati pengakuan sekretaris Tim.
"Istriku wanita yang elegan, simple dan tak bertele tele.." dia sedang memilih mobil yang cocok untuk Vira, tapi yang terbayang bukan rangka besi melainkan wajah Vira di hadapannya. Tim melongo melihat bosnya hilang fokus. Sekretaris itu meraih dokumen di meja vino yang telah selesai di tanda tangani, dia merapikan berkas dan hendak meneruskan pekerjaan. Sementara vino masih terus membayangkan wajah istrinya dengan pipi merona merah.
"Vira itu begitu sederhana. Sesederhana cara dia mencium bibirku.. dia begitu hati hati dan lembut. Telapak tangannya yang hangat dan mungil.. meraba kulit wajahku dengan hati hati. Dia meraba seakan takut mengupas kulitku. Dia sungguh penuh perhatian."
Suara vino terdengar lirih, dengan bayangan malam tadi. Ya, dia tak bisa melupaka apa yang telah terjadi tadi malam. Sungguh di luar dugaan.
"Ah, bibirnya atasnya yang tipis dan bibir bawahnya yang berisi, berwarna merah jambu. Sungguh manis dan membuatku tak bisa berhenti terus dan terus ingin mengecupnya.. dia sungguh membuatku gila" vino menopang dagu dengan kedua tangan. Matanya berbinar binar bahagia.
Dia kembali ke bayangan malam pertama mereka yang panas.
Bagaimana dia mengangkat tubuh ramping Vira. Merebahkan di kasur. Menatap dalam mata istrinya dan mengatakan.
"Aku cinta padamu, aku sangat mencintaimu, aku sudah jatuh cinta padamu.." berulang ulang. Seperti kaset kusut.
Wajah Vira, lekukan hidungnya yang Bangir, bibirnya yang kenyal menggoda. Tak bisa menunggu lagi. Hasrat keduanya seakan saling mengerti. Keduanya mendekatkan kepala menyambar tujuan masing masing. Menempelkan kedua bibir, merasakan permukaan yang terasa lain. Begitu kenyal dan lembut. Bermain di antara degup jantung yang terayun hebat. Sungguh mendebarkan dan mengejutkan.
"Ternyata seperti itu rasanya.."
Lirih vino kasmaran. Sekretaris Tim sudah mengembalikan file yang tadi menumpuk di meja vino. Pria paruh baya itu masuk lagi dan masih mendapati wajah aneh bosnya. Tim menggeleng bingung. Dia tak mau peduli. Pria itu melanjutkan pekerjaan.
"Aaahh.. viraa.." bagi vino hanya Vira saja yang bisa menaklukkan kepribadiannya yang aneh dan lain itu. Ya, sebetulnya kepribadian Vira juga aneh sih. Mereka pasangan yang ditakdirkan Tuhan, saling melengkapi. Sama sama aneh. Tapi yang lebih aneh adalah, kejadian malam tadi.
Setelah mencoba pemanasan menghabiskan banyak waktu. Baik Vira ataupun vino. Saling berusaha untuk belajar. Namanya juga belum pengalaman, jadi masih pada buta arah.
"Menurutmu, aku harus kemana?"
"Mana aku tahu?" Sergah Vira tak paham.
"Sebetulnya ada apa saja disini?"
"Mana aku tahu, aku bahkan tak bisa melihat jelas ke bawah sana!" Ya ampun. Setelah pemanasan mereka belum bisa menembus pertahanan kedua duanya. Karena bingung yang mana pintu yang harus di masuki.
"Haruskah kita mencari tahu lebih dulu?" Vira mengangguk setuju.
Keduanya kompak merebahkan punggung di kasur dengan tubuh yang masih polos. Telapak vino mengelus lembut pangkal lengan Vira. Sesekali mereka berciuman sambil menunggu loading artikel mana yang masuk akal dari Mbah Google.
Bagaimana cara melakukan malam pertama
Itu keyword pertama yang vino ketik di mesin pencarian. Membuat Vira tertawa geli.
"Kenapa kau tertawa?"
"Coba saja kau baca apa yang kau ketik! Bukankah itu lucu!"
Vino membaca kalimat yang dia ketik. Pria itu menahan tawanya dengan susah payah.
"Ini terlihat konyol tau!"
"Memang!"
"Tapi mau gimana lagi. Aku ga pernah melakukan ini sebelumnya!"
"Samaa.." balas Vira dengan wajah merona dan suara pelan hampir tak terdengar.
"Jadi ini memang kali pertama untuk kita?" Tanya Vino.
"Entahlah.." Vira tak bisa menjawab, dia malu lah. Harus jawab apa. Jelas jelas keduanya terlihat bodoh dan konyol. Kalau mereka sudah pengalaman mana mungkin harus mencari tau dulu.
"Memangnya kau tak pernah menonton atau mendengar dari temanmu?" Vira ga yakin sama pengakuan vino.
"Pernah sih, tapi aku ga peduli. Ternyata ini hal penting! Bahkan saat pelajaran anatomi tubuh aku malas menyimak bagian di sini!" Tunjuk vino pada organ tersembunyi Vira.
"Hati hati telunjukmu!" Protes Vira.
"Memangnya kenapa?" Vino bangun dari posisinya. Dia duduk di atas tubuh istrinya.
"Mau mau apa?"
"Menurutmu?"
"Ga tau ah.."
"Biar aku yang beri tau!" Vino menurunkan tubuh perlahan. Dia menyambar bibir Vira sekali lagi, dengan ritme rendah, sedang hingga cepat. Membuat Vira harus mengontrol pergerakan kepala suaminya dengan kedua tangan yang menopang kepala vino. Permainan lidah, bibir dan gigitan gemas. Ah, sebentar saja pria itu membaca artikel sudah bisa mempraktekkan dengan baik.
"Apa kau siap?" Tanya Vino membuat Vira tak bisa menjawab.
"Aku sudah lebih paham kini.." Vira menaikkan dua alisnya. Dia bingung harus merespons apa.
Pria tampan di atas tubuhnya ini terlihat makin tampan dan panas. Vira menarik kepala vino sekali lagi. Memberi kecupan panas hingga pangkal leher suaminya. Menikmati bibir kenyal dan basah milik Vira membuat vino kian berani menurunkan tangan. Dia mencari daerah basah di bawah sana. Menuntun jari jemarinya untuk bermain santai.
"Aah.." Vira mengeluarkan suara aneh dan ekspresi sedikit protes.
"Ada apa?" Vira diam saja. "Apa kau bisa menikmatinya?" Dengan ragu Vira mengangguk.
"Ah! Aku benar benar dibuatnya gila!!"
Vino menepuk meja membuat langkah Tim yang dari tadi keluar masuk ruang kerja bosnya seketika terperanjat.
"Kenapa bos!" Seru tim heran. Pria paruh baya itu menghampiri meja vino. Membuat bosnya ikut bingung. Dia melihat wajah Vira begitu dekat. Tidak mungkin! Vino menggelengkan kepala dan benar saja bukan wajah Vira melainkan sekretarisnya yang mulai beruban.
"Ehem!" Vino mengendurkan ikatan dasi. Ah, kacau sekali pikiran nya hari ini. Ini semua gara gara malam panjang tadi.
"Tim, jadi mobil mana yang cocok?" Tanya Vino sekali lagi dengan pilihan gambar mobil di atas mejanya. Sekretaris Tim menarik senyuman lebar.
"Bagaimana kalau nyonya saja yang memilih sendiri.."
Vino membalas senyuman sekretarisnya yang sangat kompeten ini. Dia meraih ponsel dengan cepat. Memanggil kontak istrinya. Ah, dia sudah sangat rindu akan istrinya.
"Hallo.. sayang.. mari bertemu.."