"Ck!"
Sudah sekian kali Tim mendengar vino berdecak kesal. Ya, jalanan hari ini sangat macet, entah apa yang terjadi di tikungan sana. Wajah bosnya udah merah padam. Tim ga bisa bayangin apa yang bakalan terjadi selanjutnya kalau vino masih harus nunggu lagi.
"Tim, kau tidak cek map? Jalanan macet begini!" Berhubung usia tim lebih tua, jadi vino tidak bisa tega untuk bilang lu gue.
"Maaf bos.."
"Ah, tiada maaf bagimu!"
Vino meraih ponsel menghubungi nomer telepon istrinya.
"Hallo.." nada suara yang seketika berubah.
"Sayang, kamu ke dealer duluan ya. Aku kirim alamatnya. Ga jauh ko dari kampus. Aku segera menyusul. Jalanan macet sekali.." mendengar jawaban Vira, vino menarik nafas lega. Dia mematikan sambungan telepon dan menatap tim dengan sorot tajam melalui kaca mobil.
"Cepat cari cara!" Pinta Vino. Tim mengangguk.
"Apa bos mau mengendarai motor?"
"Hah? Yang benar saja?"
"Ya, itu jalan satu satunya"
"Apa kau serius? Jangan Ngadi Ngadi deh!"
"Bos, entah sampai kapan kita stuck di sini. Bisa bisa sampai malam. Cuma dengan motor saja bos bisa sampai lebih cepat"
"Kau serius tim?"
Sekretaris Tim mengangguk serius. Dia bukan sedang bercanda. Jalanan terlalu padat merayap dan mungkin sesuatu yang buruk terjadi di depan sana. Jadi tidak bisa di prediksi berapa lama mereka akan terjebak kemacetan ini.
"Seharusnya aku memakai heli!" Kesal Vino pasrah. "Ya sudah. Mana motornya?"
"Sebentar. Aku akan menghubungi ojek online"
"Yang benar saja!"
Tak berselang lama tim menghubungi pengemudi ojek online. Dia sudah mendapatkan pengendara yang akan menghantar bosnya.
"Kali ini aku maafkan. Kau yang membuat ide. Seharusnya aku tidak ikuti ide mu sejak awal. Padahal mobil bisa dikirim ke rumah, malah mau lihat langsung di showroom!"
"Maaf boss.. ojek bos sudah menunggu di pinggir jalan.." lirih tim sopan.
"Terus aku harus bagaimana!"
"Bos harus turun dari mobil, kemudian berjalan diantara jarak mobil, sampai menemukan ojek dengan nama ini. Dia akan mengantar bos ketujuan.."
"Berani sekali kau menyuruhku keluar dan berjalan kaki.."
"Maaf boss. Kalau saya yang keluar dan berjalan. Berarti bos yang mengemudi dan terjebak macet disini.."
Tim benar juga. Terpaksa vino mendorong pintu mobil, dan keluar. Dia sedikit kesulitan melangkahkan kaki, karena jarak kendaraan begitu rapat.
"Ah, sial!!" Umpat vino kesal. Dia berusaha melewati celah sempit sampai jas nya harus terkena debu jalanan. Pria itu terbaik batuk, mendapati asap pekat kendaraan motor yang lalu lalang, memaksa menyelinap di antara jarak yang ada.
"Awas kau tim!"
Seorang melambaikan tangan dengan helm di tangan dan kepalanya. Vino mengerti. Sepertinya itu yang ditunjuk oleh tim. Dia segera menghampiri.
"Silahkan pak, helmnya"
"Hah?"
Vino tak mengerti cara pakai helm yang diberikan pengemudi motor padanya, dia memasang asal saja mengikuti si pengendara motor. Padahal lubangnya salah. Harusnya itu bagian leher bukan bagian wajah. Sudahlah, tidak ada yang peduli juga kan!
"Sudah pak?" Tanya pengemudi bersiap.di motornya, dia menoleh sejenak pada vino yang duduk kaki dengan punggung tegak.
"Ya!" Vino menjaga jarak.
"Berangkaaat!!"
Bruuumm!! Hampir saja dia terjatuh, dengan cepat vino mendekatkan duduk, gawat kalau dia jatuh di motor, bisa jadi berita heboh nih.
____
Seorang pegawai membukakan pintu sesaat setelah Vira tiba di depan showroom. Dimana kendaraan mewah keluaran terbaru terpajang. Bibir gadis itu terbuka, takjub.
Seorang wanita dengan heel dan wajah yang hampir tertutup rapat melewati Vira, tak sengaja bahu Vira menyenggol bahu gadis itu.
"Ah, maaf.." ujar Vira sopan. Gadis itu menghentikan langkah dan menatap penpilan lusuh Vira. Belum lagi noda di kemeja yang dia kenakan.
"Are you sure you let this woman here?" Pegawai diam saja. Dia melirik Vira sejenak mendengar hardikan wanita yang tak mau melihat Vira berada di ruangan yang sama dengannya.
"Aku bicara denganmu! Kau yakin membiarkan orang ini di sini! Apa kau tak dengar!" Tudingnya kasar pada sales yang dari tadi menuntunnya, dia juga mengalihkan telunjuk ke arah wajah Vira.
"Kau tahu, ini akan buruk dengan kualitas udara disini. Kenapa.kau membiarkan wanita lusuh masuk kesini! Dan kau!" Dia menatap tajam ke arah Vira setelah menghardik pegawai showroom.
"Apa yang kau lakukan disini. Mencari pekerjaan? I want to give a lot of money! " Suaranya ketus dan sangar. Vira menautkan alis. Apa yang salah dengan dirinya. Dia tak melakukan apapun sebelumnya. Kenapa wanita ini begitu tak menyukai kehadirannya.
"Maaf, aku tak ada urusan denganmu.."
"What are you saying! Aku ingin mencari barang bagus disini, dan kau menghancurkan mood-ku. Kau tak lihat betapa kontrasnya dirimu berada di sini!" Oh my God! Vira mulai kesal. Jadi dia ini titisan Hazel. Si sombong yang mendarah daging. Darah busuk, daging bangkai!
"Hai nona yang tertutup topeng, urus saja urusanmu. Aku juga ada urusan sendiri disini!" Balas Vira, dia melengos dan meninggalkan si sombong. Baru saja Vira hendak melangkah, tungkai jenjang gadis itu sengaja menghalau langkah Vira, hingga dia tersungkur di lantai.
"Aku mau kau usir dia! Wanita seperti itu mana sanggup beli!" Hardik si sombong melipat tangan di dada.
Pegawai toko ikut jongkok membantu Vira berdiri. Membuat si sombong kian murka.
"Wah, kalian terlihat serasi. Sales mobil dan wanita lusuh!" Ujarnya menarik handle pintu BMW hitam, gadis itu menduduki kursi kemudi dan memeriksa interior. Dia sepertinya tertarik dengan mobil ini.
"Kau tidak apa apa nona? Maaf ya.. sebaiknya kau tinggalkan tempat ini. Kau mengganggu mood pelanggan kami non. Maaf ya.." meski sopan tapi kalimat dari pegawai membuat Vira naik pitam.
"Apa lu bilang barusan!" Hardik Vira setengah berteriak.
"Maaf non, kecilkan suaranya nanti manager saya dengar. Non mengganggu pelanggan saya. Nanti saya ga dapat bonus."
"Bodo amat!" Vira bangkit dari posisinya. Suara ketus Vira membuat gadis di dalam mobil melirik sinis. Dia tak menyukai orang miskin, apalagi orang miskin yang sombong, itu adalah musuh baginya.
"Oh, jadi lu punya nyali ya!" Hardik si sombong mendorong dada Vira kasar. Setelah itu dia menepis telapak tangannya, membuang bekas sentuhan mereka.
"Apa tadi terlalu lembut!" Mata si sombong melirik botol air mineral yang terabaikan di atas tong sampah stainless. Dia membuka tutup botol beralaskan tisu dari dalam tasnya. Tanpa ampun gadis itu menumpahkan sisa air mineral ke atas kepala Vira.
"Ap.." Vira kehabisan kata kata. Kenapa sih sama cewe sedeng ini!, Kedua tangan Vira mengepal kesal. "Heh!!"
Vira mendorong kasar dengan kedua tangannya. Tapi si sales mobil membantu melepaskan tangan Vira di tubuh gadis tinggi dengan bantuan heel ini.
"Ada apa ini?" Manager toko mengejutkan ketiganya.
"Bagus sekali anda disini. Seharusnya anda yang memandu saya sejak tadi!"
"Maaf, tapi ada apa di sini?" Ulang si manager toko dengan sopan.
"Kau lihat si lusuh ini! Dia menghalangi jalanku, dan mengganggu mood baikku. Kenapa pegawai mu membiarkan pengemis masuk kesini?" Pupil mata manager toko bergetar. Gila, sudah gila ya!
"Jangan bilang kau yang melakukan semua ini?" Tunjuk manager toko terlihat gemetar, dia menoleh pada gadis angkuh yang wajahnya bersembunyi di balik masker dan topi.
"Why not. They must be aware of where they are!" Sambung si sombong mendorong kasar dada Vira dengan telapaknya.
"Oh Tuhan.." lirih manager toko mengurut dahi. Seketika pandangannya berkunang kunang. "Mati gue. Mati gue!" Ujarnya panik berulang ulang.