Kepala manager toko seketika snut snut, melihat penampilan Vira yang sudah tak karuan. Pakaiannya yang kotor, rambutnya yang basah, dengan bekas botol menggelinding di lantai. dia segera meraih dan membuangnya ke tong sampah. (ngomong ngomong, kemana karyawannya?) Sementara wanita dengan Stiletto dan masker menutupi wajah ini terlihat begitu angkuh melipat tangan di dada, mengangkat dagu, dan gesture tubuh yang aduhai, sombong luar binasa.
"Dit, ambilkan handuk, cepat!"
"Tapi pak, saya lagi ada pelanggan!"
"Ga ada tapi tapian hah. Cepat lu ambil aja. Palak gue puyeng ini! Capatan ga pakai lama loh!" Tuh kan, logat nya jadi keluar. Dita langsung lari ke belakang.
"Ah maaf maaf.. saya jadi emosian. Silahkan nona jalan, saya akan pandu. Nona mau cari model seperti apa?" Si manager toko mempersilahkan Vira dengan begitu sopan membuat si gadis dengan masker (sebut saja seperti itu) tak suka.
"Pak, aku yang lebih dulu disini! Tidak sopan bapak melayani dia lebih dulu. Lagipula orang seperti ini mana mampu beli!"
"Ah, iya. Maaf nona. Saya akan panggil karyawan lagi untuk nona ya.. mohon tunggu sebentar.."
"Ga bisa dong pak! Bapak kan manager toko disini, penanggung jawab. Harusnya bapak layani saya lebih dulu. you never heard. the buyer is king!"
"Maaf nona. Kalau perempuan bukan king" balas si manager toko ogah ribut. Dia melambaikan tangan, bukan mau menyerah. Dia memanggil karyawan lainnya.
"Gunawan! sini.."
"Gun, tolong bantu nona ini ya. Dita mana sih. Ambil handuk lama sekali.." gerutu manager toko meninggalkan si gadis dengan masker bersmaa Gunawan. dia masih menunggu Dita sambil Melangkah santai.
"Maaf ya non, aduh jadi basah.."
"Tidak apa apa pak. Saya memang dari tadi sudah basah, basah sama keringat karena jalan kaki.." balas Vira santai.
"Aduh aduh, jangan sampai bos CEO tau kalau bininya di remehin di sini, bisa bisa besok dealer papah jadi toko kelontong" gumam manager toko kelabakan sendiri.
"nah silahkan non.." tunjuk manager toko sangat sopan dan beradab.
"Bagaimana dengan SUV, ini adalah keluaran terbaru. Mau lihat?" Dengan sopan, menggunakan jempol Manager toko memandu Vira. Keduanya mendekati mobil berwarna hitam mengkilat dengan desain sporty dan mewah. Sayang sekali ketika manager toko baru akan menarik handle pintu. Si gadis bermasker segera menyambar dan duduk manis.
"Oke! Aku suka interiornya. Terlihat manly, mewah, dan berkelas!" Dari sudut mata yang menyempit, bisa terbayang senyum sinis si gadis di balik masker yang dia kenakan. Kenapa dari tadi dia menggunakan masker? Apakah dia berkumis? Atau jangan jangan.. ah sudahlah! Jangan berpikir yang bukan bukan.
"Non, itu tadi saya buka pintu buat nona Vira.."
"Ups sorry ya, tapi aku lebih dulu!" Balasnya segera keluar dari mobil. Dia mengulurkan kartu pendanaan.
"Bisakah kau urus semuanya. Aku sudah menyiapkan berapa pun down payment untuk kendaraan mewah ini!" Serunya dengan nada riang sambil mengelus mobil mewah di sampingnya, dia menggeser posisi Vira agar sedikit lebih menjauh. Gunawan menerima kartu si gadis bermasker. sementara gadis itu semakin mendekati mobilnya dan mengitari dengan sorot mata takjub.
"Ah maaf, sepertinya mobilku alergi dengan gembel!" Balasnya tertawa kecil sambil melengos, ogah menatap wajah Vira. sementara Vira cuma bisa menggeleng saja melihat tingkah tidak masuk akal wanita sok kaya ini.
Tap tap tap..!!
Suara sol sepatu menapaki lantai marmer. Biar kata abis naik ojek dan cukup bermandi keringat. Tapi pesona Vino tak lantas luntur. Cuma melangkah santai dengan bahu tegap, punggung lurus. Vino mencuri perhatian seisi ruangan. Dia melangkah mendekati posisi Vira.
"Kenapa dirimu basah?" Hal pertama yang Vino tanyakan begitu melihat sebagian rambut istrinya basah, bahkan hingga bagian leher blus. Matanya turun dan mendapati noda cokelat di permukaan pakaian Vira.
"Ck.. " dia menggeleng dan segera melepas jasnya. Pria itu menutupi tubuh Vira dan menyeka rambut istrinya yang terjatuh. Dia mengeluarkan sapu tangan menyeka dahi basah Vira.
"Sesuatu terjadi disini?" selidik Vino.
"Ah…" manager toko ragu untuk menjawab, dia melirik Vira takut. Duh, gawat kalau sampai vino tahu apa yang terjadi di sini.
"Bukan apa apa. Aku hanya sedikit kehujanan tadi" balas Vira berbohong.
"Hujan?" Mana ada hujan? Vino barusan naik ojek dan dia jelas jelas terbakar panas terik matahari. Vino mengangguk saja, dia tahu Vira sedang berbohong. Tapi dia tak mendesak istrinya untuk jujur.
"Pak, ini handuknya.." Dita datang mengulurkan handuk kecil ke manager toko. Vino melirik curiga.
"Ah, handuk ini. Untuk hadiah! Siapa yang membeli mobil akan dapat handuk. Bukankah begitu pak?"
"Iya, iya. Non. Non. Nyonya benar.." balas manager toko penuh kegugupan dan ketakutan. Pelanggan terbaik dia adalah bos besar ini. Kalau sampai vira buka mulut bisa habis lah usaha keluarga yang di bangun turun temurun ini.
"Oh ya?" Vino tak begitu saja percaya.
"Iya.." Vira membuat senyuman palsu. Vino membalas sambil menautkan alis heran.
"Oiya, mana mobil yang kau katakan di ponsel tadi?"
"Ah, ini dia pak!"
Posisi gadis bermasker tiba tiba tergeser begitu saja. Entah terpesona atau apa dia tiba tiba diam mematung dan tak henti menatap wajah tampan Vino.
"Oh, maaf. Bisa kau geser posisimu?" Tanya Vino melihat gadis bermasker menghalangi jalannya.
"Ah, i, iyaa.. silahkan.." balasnya sopan. Memang ya, ada harga ada rupa!
"Sayang.. kau coba lihat dulu. Kata bapak manager ini yang terbaik saat ini.." Vino mengulurkan tangan, menuntun istrinya untuk mencoba mobil yang baru akan di DP oleh wanita bermasker tadi.
"Tu, tunggu.." ujar wanita bermasker tadi.. vino dan Vira menoleh.
"Ah, sayang. Dia lebih dulu mencoba mobil ini. Sebaiknya kita cari yang lain saja.." pinta Vira sambil melempar senyum. Vino melirik sekilas dan tak peduli.
"Tidak masalah, kita bisa membeli dua sekaligus.." ujar Vino tak mau menyerah begitu saja.
"Tapi sayang, biarkan wanita ini lebih dulu"
Vira membujuk sekali lagi. Vino urung mencoba membuka pintu mobil, dia menatap wajah memohon istrinya. Pria tampan, tinggi, parlente itu menyerah, dia menggaris senyuman tipis. Tangannya mempersilahkan wanita bermasker dengan sopan.
"Baiklah, kalau begitu biar aku lihat pilihan yang kedua. Kita tinggalkan mobil seharga empat setengah miliar ini!"
"APA!!"
Teriakan suara wanita di belakang punggung mengejutkan Vino, Vira dan manager toko.
"Ya, nona. Ada apa?" Seorang sales datang membawa file form pembelian.
"Silahkan nona, kita isi di depan sana.."
"Ah, ti, tidak.. aku rasa aku ku, kurang suka modelnya.." ujar wanita bermasker itu gugup.
"Oh, tidak masalah non. Mari kita cari yang lain.." dengan terburu buru wanita bermasker meninggalkan mobil SUV mewah yang jadi bahan rebutan. Vino tersenyum sinis.
"Kau ingin warna apa?" Tanya Vino pada Vira.
"Tapi aku tak bisa menyetir"
"Aku akan mengajarimu"
"Kau serius?"
"Tentu saja.." Vira membuat raut wajah tak percaya.
"Kalau begitu aku akan membuat pesanan dua mobil itu.."
"Tidak tidak.. itu terlalu mahal. Kau bilang harganya empat setengah miliar?" Vino mengangguk. Dia berkata benar.
"Jangan, jangan! itu sayang sekali kalau lecet, rusak. Kau tahu aku masih tahap belajar.."
"Apa masalahnya. Kita akan membeli tipe rendahnya untuk uji coba."
"Oh, ada tipe rendah juga?"
"Iya, harga dan kualitasnya di bawah yang itu."
"Oh, baiklah kalau begitu." Ujar Vira setuju.
"Kau bisa belajar menggunakan tipe rendahnya untuk sementara waktu. Sampai kau bisa pergi ke kampus dengan mobilmu sendiri."
Vira mengangguk setuju. Wajahnya boleh kalem tapi dalam hatinya jelas berteriak. Mimpi apa dia semalam. Tunggu! Sepertinya semalam bukan mimpi deh!
"Tolong urus pembayaran, dua SUV hybrid. Dan tipe x nya satu!" Manager toko mengangguk dan segera meninggalkan pasangan muda ini.
"Vin, kau lagi pesen mobil apa gorengan. Ko gampang banget ngomongnya!"
"Memang gampang!"
"Kalau boleh tahu, mobil tipe rendahnya seperti apa? Apa seperti mini bus?" Vino menggeleng cepat.
"Model dan bentuk sama, hanya beberapa fungsi yang selisih beda."
"Kenapa ga beli versi murahnya aja. Kan lumayan selisih harganya"
"Kau jangan memikirkan itu. Menghabiskan uang sampai one billion bukanlah masalah.."
"Hah!!" Vira cuma bisa melongo.
"Yang penting adalah.." vino mendekatkan kepala ke telinga Vira.. "servis malam kita.." goda vino sambil melangkah meninggalkan Vira yang mematung dengan kepala mengebulkan asap. Apaan sih!!
Vino melangkah menuju pada seorang staff keamanan yang baru kembali dari jam makan siang, di duga habis makan soalnya masih sibuk nyongkel sela gigi pakai lidi.
"Bisa aku melihat rekaman cctv hari ini?"