Chereads / BUKAN SALAH JODOH / Chapter 42 - Cemas

Chapter 42 - Cemas

Dua puluh menit sebelumnya

Seorang pria dengan jaket dan topi yang menutupi dahinya mencoba menekan layar pengaman ruangan suami istri baru, dia bisa berada di sana pastilah bukanlah orang sembarangan, tapi sedang apa dia berada di sana ?

Pintu itu terbuka dengan cepat dia masuk dan mencari apa yang dia inginkan, pria itu mulai mencari di atas meja, laci meja dan lemari di depan, dia juga meneliti setiap benda yang mungkin bisa di jadikan tempat menyimpan dokumen penting, tapi dia tak menemukan apa yng dia cari

Pria itu berkeliling sekali lagi hingga menoleh dengan langkah mengendap endapnya ke kamar tidur, pria itu mengacak kotak laundry, dia membalikkan selimut dan mendapatkan noda merah di sana, dahinya berkerut, wajahnya jadi menegang, apa yang sebenarnya dia cari? mengapa noda merah itu mengganggu wajahnya ?

Dia membuang selimut itu dengan kesal dan wajah yang terlihat sangat kecewa

Mendengar pintu yang terbuka membuat wajahnya berubah panik, pria itu mencari tempat yang tepat untuk bersembunyi, dia naik ke kasur dan mendapati noda merah dengan jyjyk, pria itu langsung melompat ke bawah kasur tapi dahinya terpentok kayu jati yang ternyata tidak ada cela di bawah sana.

Wajahnya semakin khawatir, berubah pucat puas seketika. dia segera menyembunyikan diri di balik daun pintu kamar, pria itu hampir saja kepergok oleh Vino yang juga mengulang aksi yang sama sepertinya.

Vino masuk terburu buru, mengacak acak meja, lemari, dan ke kamar tidur.

" apa dia mencari apa yang aku cari ? " batin pria itu bingung

" apa kita satu misi ? " batinnya bertanya sendiri, wah berarti banyak juga yang menginginkan dokumen itu! dia jadi tersenyum mengingat dia tidak sendirian di sini dengan niat jahat yang sama, apa dia harus ku sapa? putus pria itu ragu. Barangkali bisa jadi partner on crime kan.

Triiingg...

Suara nada ponsel di lantai mengagetkan Vino, pria itu segera berjongkok perlahan menjangkau handphonenya yang berada di lantai saat tangannya menggapai benda itu matanya justru menangkap pemandangan lain.

Triiing!!!

Suara nada dering ponsel membuyarkan perhatian vino.

"Hallo!" Suara sekretaris di ujung sana terdengar menjawab sapaan vino.

"Bos, kau dimana? Ada meeting pagi ini"

"Maaf aku terlambat, aku meninggalkan ponsel." Balas vino keluar meninggalkan kamar dengan menarik handle pintu. Pria di balik daun pintu menahan nafas dan memperhatikan bertapa dekat wajah mereka sejenak tadi. Tapi vino tidak sadar juga dengan keberadaannya.

Jadi dia yang bernama Vino? Tanya pria asing dengan niat jahat itu.

"Ya, aku segera ke kantor.." ujar vino meninggalkan rumah tanpa menutup rapat pintu rumahnya. Dia terburu buru sekali.

"Kau bisa menyuruh siapapun saat membutuhkan bantuan.." balas sekretaris.

"Tidak usah, aku bisa melakukannya sendiri.." suara vino menghilang dari balik pintu.

Pria asing itu keluar dari persembunyian dengan nafas lega.

"Fiuuh.. selamaat.. selamat.." ujar pria asing itu mengurut dada.

"Sepertinya misi kali ini gagal. Aku harus meninggalkan tempat ini segera!" Dia melangkah ragu keluar kamar. Matanya melirik lagi selimut dengan noda di keranjang laundry. "Ngomong ngomong itu noda apa ya?" Tanya nya ingin tahu. "Aku harap bukan noda yang ada di pikiranku. Aku takut sesuatu yang buruk terjadi pada Vira.." lirihnya melangkah pelan meninggalkan rumah pasangan baru itu. 

"Lho, tuan masih di rumah.." suara housekeeping mengejutkan pria asing tadi. Dia mengurut leher belakang kikuk, tanpa menoleh dia menjawab kalimat housekeeping.

"Ya, aku harus pergi.." ujarnya bersikap tenang lalu melangkah cepat meninggalkan wajah melongo housekeeper.

"Ko suara tuan lain ya?" Tanya pelayan bingung, tapi dia menggeleng saja, lalu masuk ke rumah vino, mengerjakan tugasnya.

___

"Iya, gue udah di jalan! Sabar kenapa sih!" Gerutu vino kesal mendapat panggilan telepon berkali kali dari sekretaris nya.

"Bukan gitu bos, masalahnya ini gawat!"

"Gawat gimana?" Vino mengatur suara pada earphonenya. Dia mempercepat laju mobil.

"Nyonya besar ingin bertemu denganmu!" Vino hampir saja melonjak kaget, dan mengerem mendadak. Suhu dingin dalam mobil mendadak gerah. Hingga dia harus melonggarkan ikatan dasi.

"Bertemu gimana?"

"Beliau ingin obos mengunjungi kediaman nyonya besar.."

"Gue ga bisa!" Tegas vino.

"Tapi bos,"

"Ga ada tapi tapian. Ga, gue ga bisa. Gue sibuk!" Balas vino malas.

"Boss.." lirih suara sekretaris. "Nyonya mengetahui kalau bos sudah menikah!"

CKIIIITTTTT!!!

Mobil vino mendadak berhenti, sampai tubuhnya terguncang cukup hebat.

"Bos, kau ga papakan?" Vino bisa mendengar suara cemas sekretarisnya. Tapi..

"Siapa yang memberi tahunya?" Lirih vino tak percaya. Dia membuka pintu mobil dengan cepat, meninggalkan mobil di depan lobi, dan melemparkannya kunci mobil pada karyawannya. Dengan cepat vino memasuki lobi kantor diikuti salam sopan para pekerja, sekretaris sudah menanti kedatangan obosnya sejak tadi. Dia menuntun vino naik ke lift khusus hanya untuk obosnya saja.

"Meeting sudah di undur" vino mengangguk. "Meeting rutin masih bisa ku handle, tapi untuk antar jemput nyonya, kau harus mencari orang terpercaya. Kau tahu sekali jika sudah mengunjungi nyonya besar tidak cukup hanya sepekan."

"Aku tidak akan menemuinya." Sekretaris menarik nafas berat.

"Kau harus menemuinya vino. Aku takut dia melakukan hal nekad!" Vino tidak takut.

"Selama ini aku selalu bisa mengatasi orang orang kirimannya!" Balas Vino yakin.

"Baiklah. Tapi satu hal yang aku ingin kau tahu!" Seru sekretaris dengan wajah serius. 

Ah kita belum berkenalan dengan tangan kanan vino untuk urusan pekerjaan. Dia adalah tim, pria berumur empat puluh lima tahun. Berkaca mata, dan lihai dalam pekerjaan. Sekretaris Tim memang bisa di andalkan.

"Satu hal apa?" Tanya Vino.

Pintu lift terbuka. Vino melangkah lebih dulu disusul sekretaris nya. Semua penghuni ruang meeting kompak berdiri menanti kedatangan bos besar yang sangat terlambat hari ini.

"Bagaimana kalau yang jadi target nyonya besar adalah nona Vira.." vino mendadak menghentikan langkah. Dia menatap wajah sekretaris nya serius. Vino kehabisan kata kata. Wajah cemas sekretarisnya seakan menular.

"Jadi menurutmu, aku harus menemuinya?" Tim mengangguk setuju. 

"Ck!" Balas vino malas. Tapi dia berusaha mengatur ekspresi wajah. Vino memasuki ruang meeting disambut oleh rekan kerjanya sopan. Pria itu mengedarkan senyum. Aura yang berbeda saat di hadapan pekerja dan istrinya. Vino memang luar biasa.

"Silahkan duduk. Kita langsung memulai meeting hari ini. Sekretaris Tim akan menerima laporan kalian.." Vino berucap dengan nada berat yang lantang.

Sekretaris Tim menerima laporan satu persatu, dilanjutkan kepala bagian berdiri satu persatu menyampaikan laporan. Dilanjutkan presentasi produk dan ide baru pemasaran.

"Sekretaris Tim.." panggil vino dengan menggerakkan alisnya. Dengan patuh sekretaris menurunkan kepalanya.

Vino bersandar santai pada singgasananya dengan melipat kaki dan memainkan ballpoint di tangannya.

"Segera Carikan mobil terbaik untuk Vira, dia harus memilih sesuai keinginannya." Karena ucapan sekretaris Tim. Sejak masuk ke ruang meeting vino tak sedikitpun memperhatikan presentasi pegawainya. Dia hanya terus memikirkan Vira.

Vino menatap monitor dengan wajah serius. Kini kedua telapak tangannya terjalin di depan wajah. Membuat pegawai yang sedang presentasi gugup maksimal ditatap seperti itu. Jangan sampai dia melakukan kesalahan saat bos besar sedang mengerahkan perhatian penuh pada layar presentasi..

"Gue takut Vira kenapa Napa.." lirih vino menyimpan suaranya. Dia tak mendengar dan melihat sama sekali apa yang pegawainya kerjakan di luar sana. Di kepalanya cuma Vira doang!

**

kode rendeem koin gratis

Ab6UYK3KAH27EUDLA

hari ini doang