Chereads / LOVE WITH YOUR GRUDGES / Chapter 7 - 7 menyesal

Chapter 7 - 7 menyesal

Sudah sebulan Semenjak kejadian Marcel dan Fany menemui Tristan waktu itu dan memukuli nya. Semenjak saat itu juga hari demi hari Tabita tidak pernah bisa merasakan damai karena Marcel selalu kasar dan bahkan tak segan-segan memukul atau memberikan hukuman, yang entah kenapa harus Tabita yang menerimanya.

Tiffany juga sudah mulai berani membuat Tabita terluka secara perlahan karena dia yang selalu saja berpura-pura disakiti oleh Tabita dengan alasan kalau Tabita lah yang melarang Marcel kembali padanya.

Wanita ular tetaplah wanita ular. Sekarang saja dia pura-pura di siram air oleh Tabita padahal dia sendiri yang menyirami dirinya

"Akhhhhh bita kamu kenapa siram aku sih? Aku kan cuman mau ketemu Marcel. Aku tahu kamu benci aku tapi please jangan seperti itu" rengekan Fany membuat bita melotot tak percaya juga bingung karena dia sendiri yang mengambil gelas air milik Tabita yang akan bita minum.

Mendengar ribut-ribut di ruangan sebelah. Marcel keluar dari ruang pribadinya tadi karena dia harus terganggu istirahat nya karena suara berisik itu. Marcel yang melihat Fany yang menangis dengan keadaan basah, tanpa basa-basi Marcel menampar dan menjambak Tabita didepan Tiffany dan membuat dia puas akan kasarnya Marcel terhadap Tabita.

"Saya harus bilang berapa kali kekamu bita? Dia wanita kesayangan saya dan dia yang akan menjadi istri saya apapun yang terjadi. Kalau kamu cemburu bukan begini caranya" jambakan Marcel makin erat hingga kepala bita menengadah kearah Marcel.

Fany hanya tersenyum penuh kemenangan saat melihat bita dikasari oleh Marcel. Tabita hanya bisa diam tanpa perlawanan karena dia tahu semua hanya percuma kalau melawan.

Setelah kejadian tadi Tabita berlari meninggalkan Marcel dan Tiffany yang kini sedang bermesraan diruang pribadi Marcel. Tabita tak bisa lagi menahan rasa sakitnya. Bukan karena di Jambak atau tamparan tadi, tapi penyakit yang sudah beberapa bulan dia rahasia kan dari orang terdekatnya. Marcel ataupun bi Retno tidak mengetahui nya. Dia bahkan sempat di pergoki bi Retno meminum obat tapi dia beralibi kalau itu hanya vitamin penambah darah karena dia yang memiliki darah rendah. Dia hanya bisa mencengkram kuat ujung dresnya, sakit diperutnya sangat membuat dia tersiksa di dalam salah satu bilik toilet itu. Dia hanya bisa menahan tangis dan skit Secara bersamaan supaya tidak bisa di dengar oleh orang lain.

Bita kini sudah mulai merasa baikan walaupun sedikit demi sedikit sakitnya mendatanginya secara tiba-tiba tapi masih mampu dia tahan.

"Bit kamu bokernya lama ish. Kebelet tahu gue. Malah disebelah penuh lagi." Bita hanya tersenyum untuk menutupi rasa sakitnya. Siska mulai curiga dengan bita yang akhir-akhir ini wajahnya pucat pasi. Tapi dia berusaha berpikir positif kalau dia mungkin hanya kecapean kerja.

"Iya maaf soalnya semalam makan banyak." Jawab bita disertai cengirannya. Sungguh pandai dia menutupi sesuatu. Bita menatap pantulan dirinya di kaca toilet dan dia mulai memolesi lipstik yang lumayan terang supaya tidak ada yang curiga dengan wajahnya yang pucat. Tak lupa dia membasuh keringat dingin di pelipisnya dan melapisi dengan bedak.

Skip malam

Sudah waktunya Marcel membalas waktu dia mengalami koma selama sebulan dan tersadar dengan luka yang begitu dalam. Tiffany yang dia cintai tiba-tiba menghilang saat dia koma dan mamanya hanya member tahu terakhir kali melihat Fany dengan Tristan bersama di sebuah halte. Dan dengan demikian dia simpulkan kalau Tristan yang menyembunyikan Fany selama ini tapi seiring berjalannya waktu semuanya harus di tambah oleh dendam mengetahui kalau Tristan yang membuat dia koma selama itu karena akan merebut wanitanya.

Flashback on

"Sayang kita mau kemana?" Tanya Fany yang duduk di samping Marcel dengan tangan yang selalu bergandeng pada lengan Marcel.

"Kita mau kesuatu tempat yang akan buat kamu bahagia sayang." Ucap Marcel yang membuat senyum manis Fany mengembang.

Tanpa di sangka sebuah truk bermuatan pasir itu terbalik dari atas tanjakan jalan dan mengenai mobil yang dikendarai Marcel.

Naas saat itu Fany melompat keluar lebih dulu tapi seat belt milik Marcel tidak bisa dilepas karena macet. Saat itu juga mobil Marcel ikut terguling dan berakhir masuk jurang yang lumayan dalam.

Fany entah kemana saat Marcel sudah di bawah ke rumah sakit. Dia hilang begitu saja.

Mulai dari koma Marcel sampai dia sadarpun pria itu tidak lagi melihat wanita yang akan dilamarnya itu berada disisinya.

Dan di situlah dia tahu dari ibubya kalau Fany bersama dengan Tristan. Dendamnya makin menjadi setelah beberapa bulan dia sembuh dan mulai bangkit dari keterpurukan keluarga dia harus berduka mendapatkan kedua orang tua nya meninggal secara tragis dengan sebuah kecelakaan yang disana ada ayah Tristan yang selamat. Bahkan ayah Tristan tidak terluka parah. Kecurigaan terhadap keluarga Wijaya makin menjadi saat mereka menghilang selama empat tahun dan dia bertemu kembali dengan anak perempuan mereka setelah sekian lama dia menyimpan dendam.

Flashback off

Semua kilas balik masa lalu yang dia ingat kembali membuat dadanya sesak dan kini dia harus lebih hati-hati supaya tidak jatuh cinta dengan wanita dari orang yang dia benci yang kini berstatus sebagai istrinya. Memikirkan semua itu membuat dia merasa sedikit pening. Dengan berbaring menghadap langit-langit kamarnya dia memijat pangkal hidungnya.

Marcel bangun dari kasurnya dan menuju balkon kamarnya dan membukanya, membiarkan angin malam menyapu wajahnya.

"Sudah saatnya aku harus membuat anaknya menderita.tapi kemana dia malam-malam begini? Siapa pria memakai pakaian serba hitam itu?" Marcel yang melihat ada yang tidak beres dengan pria yang memakai setelan hitam itu segera menyusul bita yang ternyata sudah melesat pergi dengan mobil hitam yang entah siapa yang mengajak dia keluar malam seperti ini.

Mata Marcel menengadah kearah jam dinding kamar dan dia terkejut ternyata waktu sudah sangat larut."wanita jalang sialan" Marcel dengan cepat mengambil jaket kulitnya untuk menutupi dirinya yang hanya memakai kaos dalam putih polos dan tak lupa jeans panjang dengan warna senada

Saat menuruni tangga Bu Retno begitu gugup untuk bertanya tapi dia beranikan karena melihat pemilik rumah ini sudah rapi.

"Mau kemana tuan?" Tanya bi Retno yang keluar dari arah toilet dekat tangga.

"Kemana perempuan itu pergi?" Tanya Marcel dengan raut wajah yang diyakini bi Retno sedang menahan emosi yang bisa kapan saja akan meledak.

"Mungkin di kamar tuan. Soalnya saya tadi sedang merapikan dapur." Jawab bi retno yang bingung akan pertanyaan Marcel.

Marcel yang tak pernah as dengan jawaban itupun pergi menyusul mencari Tabita dengan mobil tadi.

"Argh perempuan malam rupanya." Mobil Marcel melaju meninggalkan kediaman mewah itu.

"Mau main-main dengan saya rupanya. Kamu sudah berani keluar malam tanpa sepengetahuan saya dan kamu juga sudah berani berbuat kasar pada Fany seperti tadi." Gumam marvel dan memukuli kemudi dan saat sampai di jalanan yang lumayan sepi mobil yang dia ketahui ada bita itu berhenti. Kesempatan Marcel untuk turun menemui wanita itu. Dengan cepat dia turun dan segera menuju ke mobil hitam itu.

"Keluar kamu bita." Teriak Marcel yang memukuli body depan mobil itu.

Seorang wanita keluar dari kursi kemudi dan bingung saat melihat orang asing memukuli mobilnya begitu kasar. Marcel yang merasa salah sasaran itupun malu dan segera pergi dari situ tanpa sepatah kata lagi. "Brengsek. Ternyata salah mobil." Mobil Marcel pergi dari jalan itu dan melanjutkan perjalanan mencari keberadaan wanita itu.

"Kamu kemana sih jalang. Mau main-main rupanya." Sudah sekitar satu jam Marcel mencari mengelilingi jalanan yang dia ketahui dan mobilnya berhenti didepan sebuah rumah sakit saat melihat mobil yang dia kenal keluar dari sana. Dengan cepat Marcel mengejar mobil itu yang melaju begitu saja dijalanan yang mulai sepi karena waktu sudah larut.

Setelah mobil yang dia ikuti menuju jalan kearh rumahnya Marcel dengan perlahan mengikutinya dan dugaan nya benar karena dia bisa melihat mobil itu berhenti tepat didepan rumahnya dan dari dalam mobil keluar wanita yang dari tadi dia cari.

Saat mobil itu pergi Marcel dapat melihat kalau bita masuk kerumah secara mengendap-endap karena mungkin wanita itu berpikir kalau Marcel berada di rumah.

"Mau main-main dengan ku. Lihat saja kamu"

Mobil Marcel sudah terparkir di parkiran dan kini dia memasuki rumah dan mendapati Tabita yang mengambil air putih di kulkas tanpa bita sadari Marcel menuju kearah nya dan tanpa aba-aba pria itu menarik rambut bita lagi seperti tadi siang dikantor dan dengan cepat menarik bita menuju kamar marcel di lantai dua.

"Tu_tuan. Sa_sa_sakit tuan" ringis Tabita yang kini sudah berada di kamar suaminya.

"Sakit ya? Hm? Rasakan ini!"

Plak

Tamparan keras itu menjiplak di pipi mulus bita. Bita yang tak dapat menahan air matanya lagi kini menangis karena perih yang dia rasakan bukan di pipi saja tapi di hatinya. "KAMU MAU JADI PELACUR HA? KAMU PIKIR SAYA TIDAK TAHU KAMU PERGI KELUAR MALAM-MALAM SEPERTI TADI TANPA MEMBERI TAHU SAYA HA?" Teriak Marcel lantang Bahkan kini Marcel menarik dirinya menuju kamar mandi dan mengangkat tubuh mungilnya kedalam bathtub dan dengan teganya Marcel mengguyur tubuh bita dengan air dingin dan lagi bita hanya bisa menangis meminta ampun kepada Marcel.

"Tuan shhh ampun tuan saya minta maaf. Saya janji tidak akan mengulanginya lagi tolong tuan shhh saya hanya menjenguk kakak saya tuan." Marcel seakan tuli dia terus mengguyur tubuh bita yang sekarang menggigil kedinginan.

Marcel yang tak puas kini membuka ban pinggang nya dan memukuli tubuh bita yang basah. Bita hanya bisa meringis takut berteriak karena mulutnya kini di bekap dengan handuk yang entah sejak kapan masuk kedalam mulutnya. "KAMU HARUS TANGGUNG AKIBATNYA KALAU MELANGGAR PERATURAN YANG SAYA BERI KE KAMU. DASAR PEREMPUAN JALANG." dengan kasar Marcel menarik tubuh bita yang basah menuju gudang di ujung lorong lantai dua itu. Dia tahu ruangan itu untuk siapapun melanggar peraturan rumah pasti akan menyesal kalau berada di ruangan itu.

Bita yang kini sudah mulai lemas harus tersungkur karena dorongan marcel diantara barang-barang dan perutnya harus terbentur di ujung meja, yang berada di ruangan yang lumayan gelap itu karena penerangan disana sangat minim. Marcel yang tadi mendorong tubuh mungil yang kedinginan itu tersenyum miring dan mengunci pintu gudang itu membiarkan wanita itu terkurung disana dalam keadaan basah dan memar di beberapa bagian tubuh. Kini tidak ada yang bisa menolong bita karena dia tahu ruangan ini tidak boleh dikunjungi siapapun kecuali Marcel yang akan melakukan suatu hal.

Seakan ruangan itu dipersiapkan untuk dirinya dikurung. Bita sudah pasrah mulai sekarang. Mencintai seseorang yang berstatus suaminya itu ternyata begitu menyakitkan hati bahkan begitu menyiksa diri. "Kamu luka sekaligus semangat aku untuk bisa merawat janin ini cel. Maaf aku tidak jujur kalau aku mengambil hasil pemeriksaan kandungan ku cel. Sekasar,sekeji apapun kamu cel aku tetap cinta dan akan sabar menghadapi sifat kamu cel. Maaf juga menutupi penyakit yang membuat ku tersiksa secara bersamaan dengan sikap mu."

Suara parau bita akan ungkapan hatinya itu hanya bisa dia dengarkan diruangan sunyi ini dia sudah tidak kuat lagi untuk bisa bangun dari lantai. Dingin dari bajunya yang basah tak lagi dia rasakan karena seakan mati rasa tubuhnya tak bisa dia rasakan bahkan Pandangan nya kini buram dan tidak begitu jelas sampai gelap menyeruak penglihatan nya dan saat itu juga wanita itu sudah tak sadarkan diri.

**********

Keesokan harinya Marcel pagi-pagi buta sudah mengunjungi apartemen Fany yang tiga Minggu lalu dia belikan karena permintaan Fany.

"Morning sayang. Aku mau kita ke mall yuk aku mau blanja." Ucap Fany yang kini berada di pelukan marcel diatas kasur besar itu.

"Siap-siap saja sayang kita berangkat sebentar lagi sesudah sarapan." Marcel dengan cepat bangun dari duduknya tadi dan Fany kini berlari kearah kamar mandi untuk bersiap-siap.

Marcel kini sedang berdiri menghadap kearah jendela menikmati pemandangan pagi hari yang cerah. Dia sedikit tenang saat ini karena harus melupakan kejadian tadi malam yang membuat emosi nya memuncak. "Sayang" tangan halus Fany melingkar di pinggang Marcel. Wanita itu memeluk marcel dari belakang membuat dirinya merasakan semua cinta yang dulu dia impikan kembali. Semua itu dia rasakan sangat penting baginya kalau menyangkut Fany.

Dia tidak perduli lagi dengan wanita di rumahnya yang sudah menjadi istri yang dia anggap hanya penghalang kebahagiaan nya. Dia akan fokus bahagiakan Fany yang sekarang didepannya sudah mulai menggoda nya. Tak mungkin kalau kucing dilempar ikan asin akan larikan? Sudah pasti dia akan menerkamnya. Sama seperti pagi ini dia dan Fany melakukan nya lagi. Dasar Marcel Adnan Hermawan.

Skip

"Yang aku mau beli sepatu baru dong. Sepatu yang kemarin lecet jadi gak bisa di pake" rengek Fany dengan menggandeng manja tangan Marcel. Tanpa sadar suami Fany melihat semua perlakuan wanita yang sudah berstatus istrinya itu bermanja-manja dengan suami orang yang dia kenal.

"Kamu rupanya matrealistis juga ya Fany. Gak jauh beda dengan mama kamu." Senyum miring itu terukir dibalik masker hitam pria yang kini memakai setelan bernuansa hitam.misterius bukan.

"Apa sih sayang yang gak buat kamu. Ya sudah ayo kita ke toko sepatu pilihan kamu." Semua permintaan Fany Marcel turuti untuk membahagiakan wanitanya. Aish dasar Marcel.

"Sayang kita pulang sekarang yuk. Aku ngantuk Ama cape juga dari tadi belanja terus." Jawab Fany yang kini duduk disamping kursi kemudi Marcel. Hanya anggukan yang marcel berikan karena dari tadi perasaan pria itu sudah tidak enak dan dia juga lupa membawa handphone nya yang tertinggal di apartemen Fany tadi.

Mobil Marcel melaju menuju ke apartemen Fany. Di perjalanan Marcel bertemu dengan Vano yang tiba-tiba saja memberhentikan mobilnya dengan menyalip didepan mobilnya. Marcel terkejut dan untungnya mengerem dengan cepat, Vano turun dan berlari kearah samping mobil marcel. "cel di kantor ada Tristan sama Teddy." Spontan saja Marcel melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju kantor tanpa memedulikan ocehan Fany sepanjang perjalanan.

Skip kantor

"Ngapain kalian berdua disini?" Tanya marcel yang kini baru memasuki ruangan nya.Fany seakan gelisah saat melihat kehadiran Teddy beserta Tristan disini. Dia bahkan dari tadi diam tanpa suara dan sesekali mengepalkan tangannya gugup.

"Bukan apa-apa. Aku hanya mau memastikan kalau Fany tidak membuat onar aja. Lagian kamu ngapain balikan dengan wanita itu. Sedangkan kamu sudah menikah!" jawab Tristan dengan senyum liciknya dan dengan meminum air putih di gelas yang tersedia diatas meja Marcel. Seakan tak terima dengan ucapan Tristan,marcel dengan emosinya memukul wajah Tristan yang tak dapat mengelak harus mengeluarkan darah di hidungnya. Tristan hanya tertawa kecil dan membalas pukulan Marcel tadi hingga pria itu terjatuh di dekat Fany dan Teddy yang dari tadi diam kini harus turun tangan mengamankan kakaknya yang marah.

Vano yang baru tiba harus dibuat kaget dengan keadaan kedua pria yang saling mendendam itu dengan wajah yang satunya berdarah dibagian hidung dan yang satunya yang kini memar dipelipis. "Kalian ributin Fany lagi? Gak banget sih" suara Siska membuat semua orang menatap kearah nya yang berdiri depan pintu.

Tristan yang kini melihat kearah Siska mengangkat bahu masa bodoh karena dia malas berdebat kalau ada siska disana. Dan tanpa diduga mereka semua ternyata teman lama termasuk Siska, Vano, Tristan, Teddy, dan Marcel dan semua harus hancur saat kehadiran wanita ular "Fany".

"Ngapain Lo disini Ampe bedarah kayak gitu. Dan lu juga cel dari dulu gak berubah semasa SMA. Lu gila ya Ted, Diam-diam kayak tadi udah kayak barang mati aja. Gue cuman risih liat kalian ributin WANITA ULAR satu ini." Sindir Siska yang sekarang ditatap benci Marcel dan Fany yang mengepalkan tangannya kuat menahan emosi.

"Kalau kamu sayang gaji kamu sebaiknya tutup mulut kamu Siska." Jawab Marcel dan Fany tersenyum puas.

"Idih sok berkuasa banget loh. Gue tahu gue cuman karyawan tapi lu pikir keadaan kayak gini, kita semua ada,udah kayak reunian tahu gak. Lu mikir dong cel. Lu lebih mentingin wanita ular kayak dia tapi lu gak mikirin Tabita yang jelas-jelas istri lu." Jawab Siska dan melesat pergi. Tristan dan Teddy kompak menatap Marcel dan yang ditatap pun hanya tertawa keras membuat semuanya bingung.

"Bita ya... Hahaha dia mungkin sekarang sudah mati." Perkataan Marcel membuat ketiga pria itu menatap horor kearahnya. Vano yang dari tadi diam kini memukul Marcel dengan membabi buta. Dia sudah cukup lama menunggu waktu yang tepat untuk memberikan pelajaran kepada Marcel kalau dia akan menyakiti Tabita lagi. Dan sekarang adalah waktunya.

"Sialan. Bangsat loh cel. Gue udah bilang jangan sakiti dia kalau loh gak bisa buat dia bahagia. Brengsek" teriak Vano didepan wajah Marcel. Vano segera berdiri dari atas tubuh Marcel dan dengan cepat dia pergi untuk mencari tahu keberadaan wanita yang telah merenggut hatinya dari jaman SMA dulu.

Skip rumah Marcel

Ketiga pria tampan itu memasuki rumah Marcel dengan cepat mencari di seluruh penjuru rumah. Namun nihil. Mereka bertiga sampai berkeringat karena mengitari seluruh penjuru rumah itu. Hingga Marcel tiba dengan wajah tegang nya dan sedikit panik karena dia baru mengingat semalam dia memberi hukuman terhadap bita dengan mengguyurkan air dingin di kamar mandi dan mengurung wanita itu di gudang tersembunyi di rumah ini.

"Loh ngapain Ade gue bangsat." Tristan yang frustasi akan keadaan Tabita yang tidak tahu sedang berada dimana pun makin emosi akan perlakuan Marcel yang terlampau ekstrim itu akan berakibat fatal.

"Gue lakuin itu karena gue benci sama Lo udah nyem bunyiin Fany dari gue" teriak Marcel dan segera naik ke lantai atas membuka pintu gudang itu. Ketiga pria itu juga bi retno yang khawatir pun mengikuti Marcel. Saat pintu terbuka betapa terkejutnya mereka semua melihat bita yang tak sadarkan diri di dalam sana. Teddy yang khawatir dengan cepat menyerobot masuk ke gudang dan menyambar Marcel yang terpaku didepan pintu.dia merasa bersalah akan perlakuan nya terhadap Tabita yang sudah tidak memiliki kesadaran lagi.

"De, bangun de. Bita ini kakak de" tepukan di wajah bita tidak bita rasakan karena keadaannya yang lemah akibat ulah manusia titisan iblis seperti marcel.

"Brengsek sialan loh cel. Gue benci sama Lo" teriak Vano di depan wajah Vano yang kini sudah mulai menetes kan air mata.

Kini tubuh bita di gendongan Tristan yang kini menangis gelisah akan adiknya yang kini tak ada sahutan saat dia memanggil. "Nak bita ini bibi nak bangun nak" panggil Bi Retno yang berusaha memanggil bita. Nihil tak ada pergerakan dari bita.

Semua sekarang panik. Marcel yang akan mengambil alih bita dari gendongan Tristan untuk masuk ke mobil di tepis Teddy dan dia juga mendapatkan tatapan tajam dari Vano yang sudah naik pitam karena ulah Marcel.

Skip RS

Semua menunggu dengan panik. Bahkan kini Marcel tak henti-hentinya menyesali perbuatannya yang membuat Tabita berada di rumah sakit saat ini. Tristan yang dari tadi sudah berusaha agar tidak membentak Marcel dibuat kaget saat Siska datang dan tanpa segan-segan menampar Marcel yang membuat semua yang berada disana tercengang."lelaki biadab gak punya hati loh cel. Loh udah nyakitin sahabat terbaik gue dan loh juga udah buat dia kayak gini. Sekarang loh puas? LOH PUAS KAN BUAT DIA DAN CALON ANAKNYA MENDERITA. LOH MAU BUNUH DIA GAK GITU CEL. GUE KECEWA BIARIN BITA NIKAH AMA PRIA BRENGSEK KAYAK LOH" teriak Siska dengan air mata yang mengalir deras. Dia tak memusingkan tatapan orang disana yang menatap kearah nya. Sungguh Pernyataan Siska membungkam semua yang ada disana termasuk Marcel yang kini jatuh luruh kelantai karena dia tidak menyangka istrinya sedang mengandung anaknya, darah dagingnya. Dan apa yang dia buat? Dia hanya menyakiti bita. Dia pantas dikatakan brengsek. Air matanya tak bisa dibendung lagi dia menangis sesenggukan hanya karena istrinya yang kini berjuang didalam sana karena perbuatannya.cemburu buta telah membuat dirinya menyesal akan sikap nya

Dokter yang keluar dari ruangan tadi memanggilnya.

"Suami pasien?" Marcel menyeka air matanya dan berdiri menghampiri dokter yang kini memanggil nya keruangan dokter. Disusul Tristan yang tanpa disadari Marcel sudah duduk di sampingnya.

"Bagaimana keadaan istri saya dok?" Tristan berdecak kesal karena kata-kata Marcel yang membuat emosional nya kembali naik.

"Istri? Baru sadar loh?" Ucap Tristan dengan dinginnya.

"Maaf ini rumah sakit tolong jangan ribut" lerai dokter yang akan menjelaskan.

"Jadi begini pak. Pasien mengalami kekurangan cairan juga benturan diperutnya yang cukup keras membuat janin yang masih sangat muda itu harus keguguran. Keadaan pasien sangat lemah karena pasien yang mengalami demam yang mengakibatkan perubahan pada tensi darah pasien yang begitu rendah." Marcel masih menyimak dengan wajah kacaunya. Tristan tak bisa lagi menahan air matanya hingga menetes Hingga dokter melanjutkan kembali perkataan nya yang membuat kedua pria itu terpaku di duduknya.

"Pasien juga menderita miom yang bersarang di rahimnya dan itu sudah cukup parah jadi kami langsung mengadakan operasi untuk mengangkat miom itu pak. Saat ini pasien masih dalam keadaan kritis dan sudah dipindahkan ke ruangan ICU" Marcel yang kaget akan itupun hanya bisa terdiam dan meneteskan air mata. Tristan dan Marcel pergi meninggalkan ruangan itu dengan diam yang menyimpan luka.

Tristan yang menyesal karena telah mengacuhkan adiknya dari dulu itu tak bisa berhenti memukul dadanya karena sesak secara bersamaan menyerang hatinya. "Gue kakak gak guna. Gue BRENGSEK ARGH" Teriakan Tristan juga tak dapat menyadarkan Marcel yang diam tanpa kata karena dia tahu semua perlakuan nya telah menghilangkan nyawa calon anaknya. Memang penyesalan selalu datang belakangan.

Skip ICU

"Van gue gak nyangka Marcel bisa seperti iblis. Gue nyerah kalau harus kerja lagi sama dia bisa-bisa gue akan menghabisi iblis itu kalau tiap hari ngeliat dia." Ucapan Siska hanya di simak Vano karena sekarang dia sedang fokus menatap kearah Tabita yang terhalang oleh kaca yang hanya bisa mereka lihat keadaan bita tanpa bisa menyentuh dirinya. Sungguh Vano ingin memeluk tubuh wanita pujaannya. Dia begitu menyayangi wanita ini. Dia tidak sanggup melihat wanita nya terluka bahkan sampai tak berbicara seperti ini dengan kritis seperti itu dia takut bita akan meninggalkan dirinya.

Vano bahkan sudah tak perduli lagi akan kehadiran Marcel yang tiba di sampingnya dengan keadaan urak-urakan seperti ini. Dia tahu Marcel menyesal tapi rasa benci kepada Marcel Membuat dirinya tak ingin menegur atau sekedar menyapa pria itu. Sungguh dia benci Marcel yang sekarang. Karena dia wanita pujaannya harus seperti saat ini.

"Ngapain loh datang disini? Gue benci ngeliat loh" sindir Siska yang berdiri diantara Vano dan Marcel.

"Gue suaminya jadi tolong hargai gue sis. Gue tahu gue salah gue tahu gue kelewatan. Tapi gue juga berhak tahu keadaan istri gue. Gue_"

"Brengsek tetap brengsek. Jadi loh gak pantas sebagai suaminya" Vano tiba-tiba memotong perkataan Marcel. Dia tahu kalau pria itu sudah menyesal akan perlakuan buruknya tapi kini dia juga benci dengan Marcel yang baru menyadari akan cinta tulus wanita yang terbaring lemah di atas ranjang ICU itu, dan itu semua karena ulah Marcel.

Marcel hanya bisa diam dan terpaku karena suara mesin denyut jantung itu berbunyi nyaring membuat semua yang melihat kearah sana panik dan segera memanggil dokter.

"Bit_" gumam Vano.

"Dokter, dokter" teriak Siska histeris.

"Permisi kami harus menangani pasien" suster segera menutupi gorden jendela penghubung antara ICU dan Marcel. Kini Tristan berlari kearah mereka bertiga dan tiba-tiba Bogeman mentah lagi menerjang rahang marcel dengan brutalnya. "Gue makin benci sama loh cel. GUE BENCI" pukulan demi pukulan diberikan Tristan kepada Marcel. Dia sangat kecewa dengan Marcel yang telah membuat adiknya dalam keadaan seperti sekarang ini.

"STOP TRISTAN." Teriak Siska dan Vano. Vano menarik Tristan dan Siska mengamankan Marcel yang sudah babak belur karena ulah Tristan.

"Udah berhenti sekarang bita sedang berjuang tapi kalian berdua malah saling adu jotos seperti ini. Mikir dong kalau ini juga rumah sakit. Kalian pikir saling memukul seperti tadi bisa buat bita bangun? iya?" Siska sangat emosi sekarang dan pergi meninggalkan ketiga pria yang frustasi itu.siska kecewa terhadap dua pria yang hanya memikirkan dendam mereka tapi tidak memikirkan keadaan bita yang jelas-jelas menjadi korban dari keegoisan mereka berdua.

Kedua pria yang berarti bagi bita itu terdiam satu dengan yang lain saat dokter keluar dari ruang ICU.

"Dok bagaimana keadaan Tabita dok?" Tanya Vano. Dokter hanya membuang nafas kasar dan segera berbicara dengan mereka.

"Pasien hanya mengalami penurunan denyut jantung saja. Tapi dapat kami atasi. Kondisi pasien juga masih dalam keadaan kritis. Kalian berdoa saja yang terbaik supaya pasien bisa cepat melewati masa kritis nya.kalau begitu saya permisi" Dokter menepuk pelan bahu Marcel dan segera pergi meninggalkan mereka.

Ada rasa lega karena Tabita tidak apa-apa. Jadi Tristan kembali menatap kearah ruang ICU lewat jendela penghubung keruangan Tabita.

Begitupun Marcel yang masih setia menatap kearah Tabita yang kini memakai berbagai peralatan untuk menopang tubuh lemah wanita itu."aku sadar siapa sebenarnya yang aku cintai. Aku sadar kamu begitu menyayangiku walaupun aku kini menyesal telah membuat kamu seperti ini dan kita harus kehilangan calon malaikat kecil yang sebenarnya aku harapkan. Maaf beribu maaf mungkin tak sanggup membuat semua luka yang ku torehkan terhadapmu bisa sembuh sayang. Aku mencintaimu Tabita miselia Wijaya. Maaf baru menyadari bahwa kamu begitu berarti. Aku akan sangat bersyukur kalau kamu bisa memaafkan aku bit. We love Tabita" ungkapan hati Marcel itu juga yang kini membuat air matanya menetes.